14. Anime

23 3 48
                                    

-Aku pingin banget punya cewek yang sehobi. Suka anime, gamer, kekinian. Ah, tapi siapa?- Arvino.

****
Bela menyisir rambut dan memoles wajahnya. Semalam ia sempat menangis mengingat ibunya dan pernikahan ayahnya. Namun, ia bisa apa? mengingat saja pada ibunya yang belum sempat ia bahagiakan. Ia tak lupa ketika acara doa bersama di sekolah ia mendoakan ibunya. Ia juga berdoa agar ia bahagia dan tidak tertimpa masalah yang menambah beban hidupnya.

Ia menoleh ke arah dinding kamarnya. Ia melihat jam dinding.

06.03 AM.

Masih sangat pagi untuk berangkat sekolah.

Ia memutuskan untuk berdiam diri di kamarnya sambil menunggu waktu berlalu.

****

Arvino menggandeng adiknya menuju mobil mamanya. Adiknya mengoceh terus dengan bahasa khasnya sedangkan ia mendengarkan dan menanggapinya dengan 'agak' berlebihan. Ya, mungkin si Arvino dikenal dingin padahal sebenarnya tidak. Ia hanya 'tidak suka' sekolah. Makanya, ia selalu dingin di sekolahnya.

"Ayo cepat!" Suara lantang mama Arvino terdengar.

"Iya ma," ia menanggapi lalu menggendong adiknya dan menaiki mobil.

Perjalanan berlangsung seperti biasanya. Kadang mamanya bercerita kadang tidak. Namun, kali ini mamanya bercerita tentang 'Filia'. Ya, perempuan yang kemungkinan dijodohkan dengan Arvino. Toh, hanya karena bisnis, perusahaan, dan peminjaman dana saham, dan mungkin tentang lainnya juga. Namun, kemungkinan yang sangat besar alasan perjodohannya adalah hutang budi Ayahnya yang bisnisnya telah ditolong oleh keluarga Filia.

"Vino, Filia itu anaknya baik, penurut, dan pintar ditambah cantik lagi," puji mamanya pada Filia.

"Oh," Arvino mulai bersikap dingin.

"Iya. Dia itu pintar. Buktinya kemarin ia lolos seleksi olimpiade dan akan mewakili sekolah ke salah satu universitas lho,"

Me too mom. I'm join it. Batin Arvino.

"Dan dia dapat ranking satu katanya," mamanya melanjutkan kalimatnya.

"Apa?" Arvino kaget bukan main.

"Tuh kan kamu kaget. Pintar memang," puji mamanya lagi.

Bukan. Bukan kaget karena pintarnya. Ia tahu Filia juga pintar. Namun, karena rankingnya. Satu sekolah tahu. Ranking satu adalah Bela. Ia juga tahu. Lalu, untuk apa Filia berpura-pura?

"Bukan ma..." Mamanya memotongnya "Sudahlah. Toh, ia memang pintar."

Arvino pasrah. Ia tidak membalas perkataan mamanya. Ia tidak mau melawan ibunya hanya karena masalah ranking.

****

07 AM

Ketua kelas dipanggil ke kantor untuk mengambil tugas. Ya, pelajaran IPS hari ini jam kosong. Siapa yang tidak suka? Ya, mungkin beberapa.

Bela mengambil hand-phonenya dan mengecek sesuatu.

"Yes, Aye-aye. I'll watch it. Yes. Yuhu," Ia berteriak kegirangan.

"Napa?" tanya Jessica.

"Anime terbarunya uda kedownload," Ia tidak berhenti tersenyum. "Eh, Alicia. Liat bareng yuk!" ajaknya.

"Ok," Alicia langsung menggeret kursinya ke bangku Bela.

Setelah hampir menonton selama 35 menit. Mereka langsung berhenti menonton.

"Uda. 35 menit aja. Pasti bersambung. Episode selanjutnya belum rilis," ucap Bela sambil mengotak-atik ponselnya.

"Iya deh. Thanks ya?" Alicia menggeret kembali bangkunya dan membuka buku untuk mencatat tugasnya dan ia akan mengerjakan tugasnya di rumah.

Don't You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang