-7-
"Bye bye college!" Semua orang tertawa ketika mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh clay sebagai penutup pidato singkatnya. Sudah enam bulan berlalu, akhirnya pakaian Toga ini resmi aku pakai begitu juga Clay.
Ibu dan ayah sempat datang ke wisuda, tentu saja mereka bertanya-tanya mengenai kehidupanku selama di Inggris, juga kapan aku bisa pulang ke Indonesia sekedar untuk berlibur. Mereka sudah sangat merindukanku rupanya, tapi sayangnya aku tidak bisa, tiga hari setelah wisuda ini, jadwal interview sudah menunggu. Lagi pula, ibu dan ayahku akan pulang besok malam.
"Gimana? Udah ada calon belum dek?" ah, setiap kali ibu memanggilku dengan kata 'dek' pikiranku selalu melayang ke tanah air, pekarangan rumah yang dipenuhi dengan rumput hijau dan beberapa tanaman tinggi. aku rindu berat suasana rumah yang sebenarnya.
"Ibu, apa sih nanya-nanya yang begituan." Ibu terkekeh sambil meminum teh manis hangat yang baru saja aku buat, hari ini cuacanya tidak terlalu dingin, cukup untuk duduk-duduk di balkon kamar melihat pemandangan inggris sore hari.
Terbukti, dengan orang-orang yang mulai keluar dari rumahnya sekedar untuk berjalan-jalan menyusuri toko-toko penjual barang antik dan perlengkapan natal. Suasana menjadi lebih berwarna saat semua toko mulai menyalakan lampu-lampu hias. Sangat indah.
"Kamu kenal dia?" ibu menunjuk salah satu dari pria yang sedang berjalan sambil mengangkat pandangan kearah balkon. Mulai dari perawakan hingga caranya melihat kearahku, asing.
"bu, udah sore. Mening masuk aja yuk. Ntar takut masuk angin." Semua kejadian-kejadian aneh, sudah mulai menjadi hal yang biasa.Justru, dengan menjauhnya Reece, kejadian itu tidak separah saat ia sedang berada di sisiku. Apa pria tadi ada hubungannya dengan Red water? Pesan-pesannya tetap sampai ke depan pintu rumah, dua hari sekali dengan isi yang berbeda.
*****
Clay masuk tiba-tiba ke dalam apartemen. Rambutnya acak-acakan, tangannya penuh dengan baju-baju dress pesta dengan warna yang berbeda-beda. "empat jam menuju pesta ulangtahun. Apa yang sudah kau siapkan?" Clay menggiring semua barangnya ke kamar.
"Huhh, di luar dingin sekali." Clay duduk disamping sembari memberikan satu cup cokelat panas yang baru saja ia beli di luar tadi. "kau akan memakai semua itu?" Clay menggeleng kepalanya sambil terkekeh. "Justru itu, aku bingung harus memakai yang mana. Jadi, aku putuskan untuk membawa semua pilihanku."
"kau masih berhubungan dengan pria itu?"
"Siapa?"
"Reece."
"lupakan."
Empat jam menuju pesta ulang tahun Amy, dan aku harus mempersiapkan semuanya. Mulai dari baju, sepatu hingga make up yang akan aku pakai.
"Lebih baik kau membantuku, sebentar lagi pesta dimulai." Clay bergidik, mengikutiku menuju kamar kemudian.
Abu, merah maroon, merah mudah sampai warna biru langit aku tidak menemukan yang pas. Waktu tersisa dua jam lagi. "ternyata kau lebih parah dari diriku. Pakai yang maroon saja. Itu juga cocok untukmu." Aku mendengus, mengikuti saran clay pada akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONDON
FanfictionLondon itu tak seindah seperti yang kau bayangkan, pria aneh ini terus menghantuiku. Mereka yang membuat sahabatku pergi. Ini bukan khayalan melainkan kenyataan. #29 - new hope club (3/1/19)