-9-
"Athaya!" Seseorang perempuan menepuk pundakku saat clay memberikan satu kaleng susu putih.
Kami sedang belanja bulanan disalah satu supermarket terdekat, mengingat persediaan makan kami sudah habis.
"Belle? What are you doing here?" Belle, teman satu kampusa yang popularitasnya paling tinggi, cantik, pintar, ramah pula.
Kami tidak saling mengenal begitu banyak, tapi kami sempat bertemu dan berbincang saat perkumpulan suatu komunitas di kampus.
Clay yang sedang mengambil beberapa kaleng susu lagipun terkesiap saat melihat belle dihadapannya, ia memang sempat ingin menjadi salah satu temannya. "Oh my...Belle?"
Belle terkekeh melihat tingkah lakunya, ia mengulurkan tangannya kemudian "hi, nice to meet you..?"
"Clay, namaku clay teman satu kampus dan satu apartement Athaya. And nice to meet you too." Clay menjabat tangannya dengan sangat erat kemudian tersenyum kikuk kearahnya.
"Kau datang kemari dengan?" Ah, ini dia basa-basi terbasi yang pernah adapun dimulai.
Athaya menunjuk salah satu pria yang sedang bersamanya, sedang membawa keranjang dorong. Ia menatapku tajam, tunggu.
Dia pria yang sama ketika ia menabrak seseorang di jalan, lalu bertemu di alam mimpi dan bertemu lagi disaat ia sedang menatap ke arah luar balkon.
"Louis?" pekik Clay dengan semangat dan langsung menghampirinya hendak untuk menjabat tangannya.
namun, tanganku cepat-cepat menghentikan aksinya, Clay menatap mataku bingung, dan yan bisa aku lakukan hanya menatapnya balik dengan tatapan tajam.
"oh, im so sorry, temanku ini memang kurang." Lenganku menariknya lebih kuat hiangga ia berada di sampingku. "Sopan" lanjutku sambil tersenyum pada louis dan Belle bergantian.
"Oh, tidak apa-apa. Senang bertemu denganmu...?" Louis tersenyum sambil menjulurkan tangan kananya, apa yang harus aku lakukan? Ini sebuah jebakan, mungkin saja. Tapi..
Dengan tangan yang agak gemetar aku menyambut tangannya "A..athaya." hatiku berdebar sangat kencang, takut hal itu terjadi lagi. Setelah menjabat tangannya, tidak terjadi apa-apa.
Aku menatapnya dengan bingung, "Ada masalah?" tanyanya. Aku tersenyum kikuk sambil menggelengkan kepala.
Kini, giliran clay. Ia sangat antusias sampai meminta untk berfoto bersama.
"hey, kita harus hangout bersama!" Belle terlihat sangat antusias sekali ketika ia mengatakan ide konyolnya.
"Tentu saja! Bagaimana jika sekarang? Aku dengar terdapat café baru di sekitar sini." Clay menginjak kakiku untuk segera menyeujui sarannya.
*******
"Jadi, aku dengar kau melamar pekerjaan di salah satu rumah sakit terkenal di inggris." Belle meminum kopi pesanannya, clay memakan ice cream pesanannya, louis menatap kearahku saat belle menanyakan hal ini.
"i..iya." Ucapku singkat sembari meminum segelas juice strawberry dan mengalihkan pandanganku dari mereka berdua.
"Hey, kau kelihatan gugup sekali. Ada apa?" Louis bertanya sambil terkekeh, Clay dan Belle juga.
Aku yang kebingungan hanya tersenyum kikuk untuk kesekian kalinya.
"dia mungkin tidak menyangka akan bertemu denganmu lou. Oh ya, bagaimana dengan albumnya?" Clay memang handal aku mengapresiasi hasil kerjanya meskipun itu membuatku sedikit agak memalukan.
"Baik, kami sedang merintis lagu ke empat."
"Bagaimana dengan yang lainnya?"
"Baik, kita masih saling berhubungan.sometimes, kita saling mengunjungi satu sama lain."
"Kau dengar itu Athaya? Itu berarti, Niall masih suka menghubungi louis! Begitu juga Harry, Liam dan.."
"Zayn." Lanjut louis sambil tersenyum.
"Kau menyukai Niall ya?" Louis terkekeh begitupun belle dan clay yang menyenggol lenganku, dan aku hanya bisa diam sambil tersenyum malu.
Hy, mungkin pria yang aku lihat di jalan itu adalah pria yang berbeda dengan yang satu ini.
Louis pria yang sangat ramah dan ceria, berbeda dengan pria yang aku temui di jalan kemarin. Misterius dan menyeramkan.
Percakapan kami makin asyik saat louis bercerita mengenai band lamanya yang sedang hiatus dan karirnya yang saat ini sedang ia rintis.
Hingga akhirnya rasa gugupku hilang begitu saja. Tergantikan oleh kehangatan yang lou berikan padaku.
"Mau aku beritahu dia? Sekarang?" Louis terkekeh sambil mengeluarkan handphone nya, tangannya bergerak-gerak mencari kontak seseorang.
Aku dan Clay yang dari tadi diam, baru tersadar beberapa detik kemudian, tepat saat suara Niall terdengar dari handphone louis.
"Lou, tidak usah repot—" Lou mengarahkan handphonenya ke arahku. Niall disana, menatapku kaget namun masih memaksakan untuk tersenyum.
Lou menatapku sambil tersenyum begitupun yang lainnya. Ini sangat memalukan namun sangat menyenangkan di waktu yang sama.
********
halo teman-teman! i've been busy lately. Berhubung saat ini i'm on my senior year of high school.
mungkin akan ada keterhambatan dalam mempublish cerita. saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah setia membaca cerita saya!
best regards
Author.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONDON
FanfictionLondon itu tak seindah seperti yang kau bayangkan, pria aneh ini terus menghantuiku. Mereka yang membuat sahabatku pergi. Ini bukan khayalan melainkan kenyataan. #29 - new hope club (3/1/19)