Part - 3

51K 2.2K 44
                                    

Selamat membaca!

___________________________



Dengan tangan gemetar Meara mencoba menuangkan air dingin kedalam gelas lalu meminumnya. Tatapannya nanar seraya meremas gelas itu lalu melemparkannya kasar.

Bayangan tubuhnya ditelanjangi, dipukuli dan dimasuki pria itu membuat fikiran Meara semakin kacau. Ia meremas jari tangannya yang masih membiru dengan sangat kasar.

Membayangkan wajah pria yang baru beberapa jam lalu menikahinya dirumah seorang penghulu, membuat hati Meara memanas. Ia harus kuat, Meara harus bisa menundukan Nizar dibawah kakinya lalu menendang pria itu dengan sangat kasar.

Nizar harus tau bagaimana rasanya disakiti lalu dibuang. Ia harus merasakan penderitaan yang Meara rasakan.

Meara mengangkat wajahnya dengan sangat pelan, melihat kearah pintu apartemen yang terbuka lalu tertutup kembali.

Nizar baru saja masuk berpelukan mesra dengan seorang gadis remaja yang masih memakai seragam sekolah. Pria iblis itu tidak pernah bisa berubah sejak dulu, memacari anak gadis, menikmati tubuhnya lalu membuang gadis itu setelah ia puas.

"Lola sini sayang." ujar Nizar manis merengkuh tubuh gadis itu dengan sayang.

Nizar duduk disofa dengan gadis itu ada dipangkuannya, menundukan wajahnya lalu mencium bibir gadis itu rakus. Meara menggeleng dengan perut mual melihat betapa menjijikannya seorang putra kesayangan keluarga Effendi.

"Engh. Yang.."

Gadis itu merintih, membuka kancing seragam sekolahnya membiarkan tangan Nizar leluasa memainkan dada dan memilin ujungnya.

"Arghh. Geli yang."

Meara menonton mereka dengan tatapan yang sarat akan kebencian. Ia melipat tangannya didepan dada, berdecak sekali lagi.

Andai saja Meara punya ponsel ia akan merekam kelakuan Nizar sebagai bahan untuk menghancurkan pria itu.

Nizar menolehkan wajahnya melihat wajah Meara tengah menatapnya dengan tatapan seakan tidak perduli. Nizar tersenyum miring, meremas dada kecil yang ada didepannya dengan gemas lalu memasukan ujungnya kedalam mulutnya dan menghisapnya kuat.

Tubuh gadis itu melengkung mendesah berulang kali seraya meremas rambut Nizar. Nizar semakin bernafsu, memainkan bulatan kecil itu lalu mengigitnya.

"Ahh."

Gadis itu mengangkang diatas Nizar mengangkat rok sekolahnya tinggi dengan mulut terus meracau. Meara mendecih pelan, menuangkan air dingin kedalam gelas lalu menggenggamnya.

Meara bangkit, berjalan anggun kearah Nizar. Tatapannya begitu jijik melihat pergumulan panas didepan matanya, dengan tatapan geram ia mengangkat gelas itu lalu menyiramkan air dingin kewajah gadis itu dengan seringai kejamnya.

"Arghh." geram gadis itu.

Nizar dan Lola sama-sama tersentak dengan ulah Meara yang mengganggu mereka. Nizar menggeram menatap tajam kearah pelacurnya itu.

"Apa-apaan kau ini! Dasar babu sialan." sentak Nizar kasar.

Meara menaikan sebelah alisnya lalu melempar gelas kaca itu hingga pecah. Ia melirik tubuh Lola yang dipenuhi bekas mulut bajingan sialan itu.

"Pulang lah! Dia akan melemparmu setelah dia puas." ucap Meara tajam membuat wajah Lola meringis ketakutan.

Lola menenggelamkan wajahnya didada bidang Nizar, merengek seolah Meara sudah terlalu kejam padanya.

"Kau akan menyesal!" ucap Meara lalu pergi masuk kedalam kamar meninggalkan mereka.

Meara kesal kepada gadis itu yang terlalu tolol mau dijerumuskan oleh Nizar. Meara ingin gadis itu pergi menjauh dari Nizar sebelun nasib buruk menimpanya.

MEARA (Si Istri Simpanan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang