Happy Reading..
Mohon maaf untuk Part yang tidak ada tidak akan aku publish lagi 🙏
Sory typonya....
________________
Meara mengepalkan kedua tangannya dengan sangat kuat. Tatapannya lurus kedepan dengan kedua mata memerah menahan segala perasaan yang tidak akan pernah bisa ia jelaskan.
Nafasnya terasa sesak, seakan ada yang menghantam dadanya begitu kuat. Sehingga Meara hanya mampu diam dengan tubuh sedikit bergetar.
Jiwanya masih sangat terguncang atas apa yang selama ini ia takutkan. Ketakutan akan sesuatu yang membuat Meara hanya mampu diam, duduk disalah satu kursi tunggu rumah sakit setelah ia keluar dari ruangan dokter untuk memeriksa kondisinya.
Masih sangat jelas ucapan dokter sepuluh menit yang lalu dalam fikiran Meara. Kata-kata yang mampu membuat Meara menahan kekesalannya, kebencian dan rasa muak yang sulit ia lampiaskan.
Meara masih menggeleng kuat, masih belum percaya atas apa yang sudah terjadi padanya. Dengan tangan gemetar ia berusaha menghapus air matanya yang sudah tidak bisa ia tahan-tahan lagi.
Saat ini didalam rahimnya telah tumbuh darah daging lelaki brengsek yang sangat Meara benci. Anak ini tumbuh disaat sebentar lagi Meara akan menghancurkan Nizar.
"Aku tidak mau!" gumam Meara
Meara tidak sudi hamil keturunan keluarga Effendi. Apalagi perlakuan Nizar yang sudah sangat melukai Meara.
Dengan rasa kesal Meara mengepalkan kedua tangannya lalu memukuli perutnya sendiri berulang kali. Wajah Meara meringis, merasakan sakit diperutnya.
"Meara, kau kenapa?"
Meara menunduk dalam, menghapus air matanya lagi. Lalu melihat seseorang yang tengah berdiri didepannya.
"Kau," ujar Meara.
"Iya. Kau ingat? Aku Adrian."
Meara mengagguk, menggeser posisi duduknya untuk mempersilahkan Adrian duduk. Lelaki itu sempat menolong Meara, membantunya bahkan begitu perhatian padanya.
"Kau kenapa? Apa ada yang sakit?" tanya Adrian.
Adrian merasa khawatir melihat keadaan Meara yang terlihat kurang baik. Dari kejauhan ia melihat Meara memukul-mukul perutnya sendiri, ia takut ada apa-apa dengan gadis itu.
Terakhir Adrian bertemu Meara, gadis itu juga sedang ada masalah. Sekarang pun juga sama, sangat jelas Adrian lihat ada sesuatu yang seakan menekan Meara.
"Aku tidak apa-apa Mas," ujar Meara kembali mengusap wajahnya yang memerah.
"Kau yakin? Atau mau ku antar kerumah sahabat mu lagi."
"Tidak usah. Aku baik-baik saja Mas. Maaf waktu itu merepotkan."
"Tidak apa-apa Meara."
Keduanya saling diam, Adrian diam karena ia sibuk memperhatikan Meara. Sejak pertemuan waktu itu, Adrian tidak lagi bisa melihat Meara. Gadis itu seakan hilang entah dimana, dan baru kali ini ia bisa melihat Meara lagi.
Sementara Meara diam karena memilikirkan cara agar anak itu tidak tumbuh lagi dalam rahimnya. Meara butuh seseorang yang bisa mengugurkan anak Nizar, menghancurkan benih itu agar tidak bisa lahir.
Kebencian Meara membuatnya benar-benar tidak ingin hamil. Meara menyesali kebodohannya yang selalu menunda-nunda memasang pengaman, hingga akhirnya terjadi seperti.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEARA (Si Istri Simpanan)
RomansaMeara harus rela menjadi istri simpanan, setelah nasib buruk menimpanya. Disimpan rapat tanpa seorang pun tahu bahwa ia adalah istri dari seorang yang cukup disegani di kota ini. Meara harus berpura-pura tidak mengenal suaminya sendiri disaat pria i...