Part - 5

43.6K 1.8K 23
                                    

Selamat membaca..

Sori typo.

__________________

Meara baru saja keluar dari taxi yang dimintanya untuk mengantar dia kesalah satu hotel terbesar di kota ini. Hotel yang Meara datangi adalah tempat acara resepsi pernikahan Alina dan Arsen, setelah pagi tadi mereka resmi menikah.

Sudah jauh-jauh hari Meara mendapatkan undangan dari Alina sebelum ia menikah dengan Nizar. Pria iblis itu juga sudah dua hari tidak datang dan Meara selalu berharap selamanya Nizar tidak akan lagi ketempatnya.

Meara mengangkat wajahnya tinggi, berjalan anggun dengan dres selutut berwarna merah yang mencetak jelas setiap lekukan tubunnya. Rambut panjangnya ia gerai dengan senyuman manis menghiasi bibirnya.

Ia masuk melihat kekanan dan kiri lalu kembali melangkah untuk memberikan selamat kepada Alina dan Arsen.

Kisah cinta mereka cukup unik, bertemu tanpa sengaja dilamar didalam lift dan baru setelah beberapa bulan barulah lamaran itu Alina terima.

Selama ini Mearalah sahabat paling dekat dengan Alina, tau segala masalah yang Alina hadapi karena selama ini ia yang selalu ada. Baru beberapa hari Meara menghilang karena masalah Nizar.

Tatapan Meara tertuju kepada salah seorang yang berada tidak jauh darinya. Nizar, pria itu memeluk mesra seorang perempuan cantik yang tidak ia kenali.

Wajah Nizar menoleh dengan tatapan tepat kearah Meara. Menatap gadis itu dengan tatapan menyorot tajam, Meara hanya mendecih kasar lalu memalingkan wajahnya.

"Mea.."

Alina melambaikan tangannya kearah Meara meminta sahabatnya itu agar segera mendekatinya. Meara buru-buru menghampiri Alina, menyalami Santi dan Effendi serta Arsen.

"Lo ngilang kemana sih?" tanya Alina dengan wajah cemberut.

"Nggak kemana-mana cuma pindah kok."

Meara merentangkan tangannya memeluk tubuh Alina dengan sayang. Kedua mata Meara terasa panas, berkaca-kaca hingga tangisnya pecah namun segera Meara hapus air matanya, tidak mau Alina tau apa yang saat ini Meara rasakan.

"Selamat Lin. Jangan nakal lagi, jaga Arsen. Jadi istri dan Bunda yang baik untuk Arsen dan Melody."

"Kamu juga. Kapan nyusul?" Alina mengedipkan sebelah matanya lalu tersenyum.

"Kapan-kapan deh."

Nizar menatap Meara dan Alina yang tengah berbicara serius. Tatapan nya tajam dengan rahang mengeras berusaha menelisik gerak gerik Meara yang mungkin saja bisa membocorkan semuanya.

Pelacur murahan itu tidak akan bisa Nizar percaya, bisa saja Meara membeberkan semuanya dan ketika itu terjadi Nizar akan hancur.

Merasa balik menatap Nizar lalu membuang pandangannya lagi membuat Nizar semakin tidak tahan ingin menyeret pelacur itu agar keluar dari acara ini.

"Sayang.."

"Henna. Aku ada urusan" ucap Nizar meraih tangan wanita yang tengah memelukinya lalu mencium pipi Henna sekilas.

"Zar.." Henna merungut kesal terpaksa melepaskan tangan Nizar dan membiarkan kekasihnya itu pergi.

Nizar berjalan cepat merapihkan jasnya yang cukup berantakan dengan bekas lipstik dimana-mana.

Ia harus segera menyeret Meara agar pergi dari pesta ini. Ia tidak mau mulut pelacur itu bersuara sedikit pun.

"Ikut aku sekarang!"

MEARA (Si Istri Simpanan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang