Chapter 2

2.5K 196 0
                                    


KAMI MULAI AKRAB

Setelah makan siang nenek meminta Zen menemaniku untuk berkeliling di desa. Ah,,, rasanya aku tak ingin berjalan bersamanya, pasti selama perjalanan kami hanya diam tanpa bicara walaupun begitu aku tetap pergi bersamanya. Zen membawaku berkeliling di sawah dan ladang para penduduk dan mengajakku ke beberapa kios kecil dan kedai di desa.

Seperti yang aku duga ia hanya diam sepanjang jalan dengan terus menggunakan jubah hitamnya di cuaca yang panas seperti ini, seketika di ujung desa ia menghentikan langkah kakinya.

"  apa kau ingin ke gunung? " tanyanya "pemandangan di dalam hutan sangat indah bahkan kita bisa mengunjungi kuil kecil di sana " ujarnya kembali

" Sepertinya menarik, ayo ke sana " jawabku

Memang benar yang di katakan Zen pemandangan dalam hutan sangat indah di musim panas seperti ini, aku bisa membayangkan suasana hutan di musim lainnya pasti sangat indah, pikirku.

Setelah itu kami berkunjung di kuil kecil dan beristirahat di sana. Sambil duduk memandang hutan yang ada di depan kami. 

Aku pun memutuskan untuk memulai percakapan dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pun memutuskan untuk memulai percakapan dengannya.

" bolehkah aku bertanya? " tanyaku pada Zen

" tentu saja " jawabnya

" mengapa kau selalu menutupi tubuhmu dengan jubah bahkan wajahmu? "

Zen hanya diam dan tetap memandang ke arah hutan tanpa melihat ke arahku atau menjawab pertanyaanku

" mengapa tidak di jawab..? " tanyaku lagi

" aku tak bisa memberikan jawaban tentang itu " Jawab Zen

" suatu hari kau akan mengetahuinya tapi untuk saat ini aku tak bisa menjawabnya" tukasnya

" baiklah, sejak kapan kau bekerja pada penginapan kami? "

" mungkin 3 atau 5 tahun yang lalu "

" kau tak bisa mengingat kapan kau bekerja..?" tanyaku lagi

" sepertinya.. " ucapnya

" Dari mana asalmu? "

"  aku datang dari tempat yang jauh "

"  seberapa jauh? "

" entahlah, mungkin sangat jauh dari sini " jawabnya

"  Hiyori,,, " panggilnya

" ada apa? " jawabku

"  apa kau menyukai salju? " tanyanya

"  tentu saja, aku sangat suka saat  melihat salju turun dan bahkan saat aku bisa menyaksikan salju pertama turun di tahun ini, aku rasa itu keberuntungan "

"  maukah kau melihatnya bersamaku? " tanyanya

"mengapa? " ujarku

" entahlah rasanya kata-kata mu terdengar menyenangkan melihat salju pertama," kata Zen

Aku dengan tersenyum mengiyakan permintaanya, " tentu saja kita bisa melihatnya bersama di sini  jika kita tidak sibuk melayani tamu penginapan" kataku sembari tertawa kecil

" kau tahu kan Zen di cuaca seperti itu banyak pengunjung yang datang ke desa " kataku pada Zen

" tentu saja, itu saat tersibuk di penginapan tapi aku akan tetap menantikannya " kata Zen sembari melihat ke arahku.

Aku bisa melihat senyum simpul di wajahnya di balik tudung yang ia kenakan. Setelah itu kami membicarakan banyak hal, lama-kelamaan aku rasa Zen mulai terbuka padaku tidak seperti saat aku berjumpa denganya pertama kali. Mungkin kata nenek benar Zen butuh waktu untuk beradaptasi dengan orang baru.

Kami pun bergegas kembali ke desa sebelum langit menjadi gelap, sepanjang perjalanan kami terus berbincang-bincang tak seperti awal kami berpergian walaupun aku yang lebih banyak bertanya pada Zen.

Snow (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang