Chapter 25

995 74 4
                                    

Hiyori

Autor Pov

Musim dingin kedua tanpa Zen. Hiyori masih saja teringat akan Zen jika ia memandang salju. Ingatan nya kembali tergiang di kepalanya. Saat di mana ia dan Zen menghabiskan waktu bersamaan. Apalagi saat kenagan salju pertama mereka.

" Zen, kau berhasil membuat kenangan indah dipikiranku " guman Hiyori sembari menatap salju di luar jendela kamarnya.

Ia memandang rumah tetangga didepannya yang atapnya tertutup salju dan cahaya keemasan dari dalam rumah itu.

Ia memandang rumah tetangga didepannya yang atapnya tertutup salju dan cahaya keemasan dari dalam rumah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hiyori pun beranjak menuju tempat tidurnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur yang hangat.

Ia memenjamkan matanya seraya berharap Zen ada di sampingnya dan memeluknya seperti dulu.

Yui Pov

Aku bangun pagi seperti biasa. Membereskan penginapan dan membuat sarapan untuk para tamu penginapan dan melayani mereka.

Setelah itu aku keluar membersihkan salju di depan rumah yang mulai menutup. Aku ingin terus mencari kesibukan untuk melupakan Zen. Namun nyatanya aku masih  terus teringat padanya.

Setelah membersihkan semua pekerjaan rumah dan membersihkan diri. Seperti biasa aku pergi ke kuil di bukit belakang dan berdoa di sana.

Sejak kepergian Zen, aku selalu menyempatkan diri untuk berdoa pada dewa berharap Zen kembali dan berharap aku dapat menjemput nya di kuil yang penuh kenangan ini.

Namun karena serius  berdoa, aku melupakan satu hal. Aku lupa bahwa hari ini akan turun badai salju hingga beberapa hari ke depan. Dan saat sadar badai salju sudah mulai terjadi.

Aku pun masuk kedalam kuil dan meringkuk kedalamnya untuk menyelamatkan tubuhku dari dinginnya salju.

Sejak kejadian kuil di beberapa hari lalu. Aku menyimpan banyak lilin di dalam kuil. Aku berpikir mungkin saja akan ada penduduk yang terjebak di kuil saat musim dingin.
Namun nyatanya malah aku yang kembali terjebak sendirian didalam kuil.

Aku harap Bibi Mizuki menyadari hilagnya aku dan menyuruh Paman Kenta menjemputku.

Aku menyalakan dua batang lilin untuk penerangan dan menghangatkan tubuhku. Walaupun itu tidak terlalu menyelamatkanku dari hawa dingin.

Bahkan setelah siang hari badai masih saja turun dengan lebat. Sebagian besar lilin yang di simpan sudah ku gunakan.

Jika sampai malam salju masih turun aku pasti akan mati membeku sampai pagi. Bahkan aku berusaha menahan kedua kelopak mataku untuk tidak tertidur saat kedinginan.

Aku merasa waktu berjalan sangat lambat. Hingga aku hanya punya 3 batang lilin yang tersisa.

Aku menggunakannya satu persatu untuk menghematnya. Aku mulai berpikir untuk menerobos badai salju di luar.

Namun aku menyingkirkan pikiran negatif itu. Aku pasti sudah mati membeku saat keluar.

Tapi entah mengapa aku mempunyai firasat kalau aku tidak akan lagi sanggup bertahan di suhu yang ekstrim ini.

Malam pun tiba dan aku hanya punya satu lilin yang tersisa.

"  mengapa tak ada yang mencariku seharian..? "

" Apa mereka pikir aku bermalam di rumah Kak Daichi? Namun mereka pasti menelepon ke rumah Kak Daichi dan mencariku bukan..? " ngerutuku.

Aku mulai merasakan tubuhku mulai kaku. Aku merebahkan diri di lantai kayu yang dingin sambil meringkuk memandang cahaya lilin. Mataku terasa sangat berat.

Sekuat apapun aku bertahan aku rasa ini lah akhir dari semuanya. Hawa dingin ingin mencekamku.

" Ayah,, ibu,,, adikku.." gumamku dengan menggigil

" Nenek, Paman, Bibi, Toru..."

" Huhu,,huhu,, aku rasanya mau mati..." keluhku dalam hati

Mataku sayup-sayup menutup ingatanku berakhir pada Zen. Dan semuanya menjadi gelap.

" Zennn... "

❄❄❄

Snow (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang