Chapter 10

1.2K 94 0
                                    

Musim Gugur

Saat dedauanan mulai merubah warna mereka menjadi merah atau merah kekuningan lalu gugur meninggalkan dahan dan rantingnya.

Ya... musim gugur telah tiba. Musim gugur adalah musim yang nyaman untuk melakukan berbagai macam kegiatan. Musim gugur di jepang di mula saat memasuki akhir bulan oktober dan awal bulan November.

Desa sangat indah saat menyambut musim gugur tiba. Warna merah atau merah kekuningan dari dedaunan mendominasi daerah sekeliling desa.

Apalagi hutan dan gunung di desa berangsur-angsur berubah warnanya dari Hijau menjadi merah. Ini seperti berada di negri entah berantah.

Hari ini nenek menghidangkan ikan sauri panggang saat makan siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini nenek menghidangkan ikan sauri panggang saat makan siang. Menu yang pas di musim gugur dan ini sudah menjadi tradisi saat musim gugur.

Orang-orang di jepang biasanya memakan ini saat musim gugur atau makanan tradisional lainnya seperti Jamur matsutake dan kacang gingko.

Apalagi saat memanen padi di musim seperti ini. Beras yang di panen akan berbau harum, berkilau dan manis, rasanya juga berbeda.

" Hiyori..." panggil Zen

" Ya, ada apa?"

" maukah kau pergi melihat musim gugur di hutan belakang bersamaku..?" tanya Zen

" aku mau, Ayo...bukankah Hutan sangat indah di musim seperti ini.. " seruku dengan girang

Aku dan Zen berjalan berdampingan menuju hutan, melihat dedaunan bewarna merah berguguran. Tentu saja aku tak lupa mengabadikan momen ini dengan ponselku.

Memotret setiap tempat yang indah di sudut hutan. Hingga tanpa sadar Zen tiba-tiba memelukku dari belakang.

" Zen,, apa yang kau lakukan.. " tanyaku dengan grogi. Tiba-tiba saja jantungku berdegup kencang

" aku bisa mendengarnya.. " ucap Zen dengan pelan

" mendegar apa..? "

" debaran jantungmu... "

Degg...Degg...Degg...

Jantungku kian berdebar mendengar kata-kata Zen. Suara nafasku terdengar tak beraturan seakan mengejar irama jantung yang berdetak dengan cepat. Pelukan Zen semakin kuatku rasa

" kumohon izinkan aku sebentar seperti ini sekarang..." ucap Zen dengan lirih. Desahan nafasnya terasa ditelingaku.

1 menit...
2 menit...

Waktu terus berjalan. Kami berdua hanya berdiri dengan diam membisu

" sedikit lagi, waktunya akan tiba " ujar Zen

" apa maksudmu..? " tanyaku

" identitasku,,, kau akan segera tahu " ungkapnya seraya memelukku lebih kuat dari sebelumnya

Snow (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang