4. Amigo Es Todo

80 7 0
                                    

Mesin Proses tidak akan berjalan tanpa adanya alat input dan output.

Hari ini pertama PBM, dan gue menempati kelas IPS 1 sama seperti 3 sahabat gue, Tania, Adrien,dan Evelyne. Untung saja wali kelas gue tidak kejam, dan pemarah, wali kelas gue cukup friendly bisa dibilang seperti itu.

Hari pertama PBM hanya untuk memperkenalkan diri, membagi cerita, dan untuk mengetahui peraturan sekolah ya walaupun saat MOS, para siswa sudah harus mengetahuinya. Dan setelah itu pulang.

"Nanti, jangan lupa chat di group, yang udah gue buat kemarin" ujar Evelyne.

"Group?" tanya gue heran "Dimana?" sambung gue

"Dihatimu, cinta" sahut Adrien

"Alay lo," jawab Tania "Di Line" Sambung Tania

"Barengan nih kita pulang?" tanya Evelyne

"Iya" ujar kami serentak

Seperti biasa, Evelyne selalu membawa mobilnya ke sekolah,diantara kami Evelyne paling tua, umurnya sudah 17 tahun. Ya, dia memang telat masuk sekolah. Karena dulu sering sekali pindah-pindah sekolah karena kesibukan orang tuannya, tapi setidaknya Evelyne masih tinggal bersama kedua orang tuannya, terkadang gue iri dengan Evelyne, walau kedua orang tuanya sibuk, orang tuanya tetap ada waktu bersamanya, hal itu berlawanan dengan gue.

Orang tua gue terlalu sibuk diluar negeri sana, memang, orang tua gue ke luar negeri untuk kerja, menghidupkan gue, mengkuliahkan kakak gue, begitupun untuk biaya sekolah gue, bahkan Mama dan Papa tidak pernah absen untuk mentransfer uang ke kartu gue, bahkan kartu kredit gue penuh, karena gak pernah gue pakai. Kadang gue berpikir, yang gue butuhkan sekatang adalah kasih sayang mereka, bukan duit mama dan papa.

Kami pun langsung ke parkiran, disana gue ketemu sama Simbol Kebosanan "Kak Dirga". Dia mengajak gue pulang bersama, tapi seperti biasa gue langsung menolaknya, gue nggak mau terkekang dengan dirinya, gue juga mau bebas, lagian, Kak Dirga bukan siapa-siapanya gue, dia hanya kakak kelas gue, kalau masalah dia " fell love" ke gue, itu urusan dia, kenapa gue harus susah, lagian gue udah layanin dia sebaik-baiknya walaupun terkadang gue suka bentak-bentak dia, ya kalau dia ga suka gue kayak gitu, mudah aja sih, tinggalin gue.

Gue menyuruh Kak Dirga pulang sendirian, gue bilang gue ga bisa pulang sama dengan dia karena gue udah ada janji sama sahabat gue. Dia pun meng-iyakan perintah gue, dan langsun pergi meninggalkan sekolah.

"Dia siapa, Pluto?" tanya Evelyne ke gue.

"Kakak kelas" jawab gue singkat

"Bukannya dia, ketua osis di sekolah kita ya?" tanya Adrien.

"Iya" jawab gue "Bener kan? Gue bener kan? Kok gayanya beda pas MOS, pas di MOS dia lebih kelihatan beribawa, nah sekarang kok kayak pengangguran gitu" Ujar Adrien dengan polos,

Kami pun terkekeh mendengar celotehan Adrien yang keluar dengan lancar dari mulutnya tanpa kendala apa pun, Hahaha, dia memang lucu, tapi polosnya kebangetan.

Waktu itu pernah karena kepolosannya dia, Adrien hampir mencium seekor katak, dia bilang, "katak ini bakal berubah jadi pangeran, lalu nikahin gue deh" sebenarnya dia polos atau bego gue gak tau, yang pasti gue lebih suka sahabat yang lebih bisa menerima gue, dalam keadaan suka maupun duka, karena sahabat adalah segalanya menurut pandangan gue, dan bisa menerima gue apa adanya, yang bisa support gue dalam keadaan apapun, yang bisa nenangin gue saat gue ada masalah.

"Lo itu kepolosan atau bego atau apa sih Ri?" celoteh Evelyne.

Beda dengan Adrien, Evelyne lebih suka ceplas ceplos, apapun yang ingin dia katakan pasti akan terucap, kerjanya menjahili Adrien, waktu itu Evelyne pernah ngasih ular mainan ke Adrien, dan itu membuat Adrien menangis kencang.

"Udah, gak boleh kayak gitu" sahut Tania. Berbeda lagi dengan Tania, Tania lebih dewasa diantara kami, gue pikir dia itu seperti manusia biasa. Tidak ada kekurangan dari dirinya menurut pandangan gue.

"Udah ayo masuk" sahut Evelyne

"Ayo" ujar gue, Adrien, dan Tania serentak.
Seperti biasa Evelyne selalu ngebut kalau membawa mobil, namanya saja Evelyne, gadis yang ceroboh.

Kasus Pertama, Evelyne pernah menerobos lampu merah, akhirnya kena tilang
Kasus Kedua, Evelyne pernah kena tilang karena ngebut di jalan
Kasus Ketiga, Walaupun dia udah sering kena tilang dia bakal ngulang kasus pertama dan kedua.

"HOIII, EVE, PELAN DIKIT, KENAPA??" ujar Adrien

"Diam, gue lagi konsentrasi bego" jawab Eve

Melihat tingkah ceroboh Eve, gue gk bisa diam, gue pun angkat suara

"Eve!! Jangan ngebut, please!" ujar gue

Tetapi Eve, tidak memperhatikan gue, baginya prinsipnya adalah "Tetap dalam duniamu, jangan pikirkan orang lain" tidak Tania namanya jikalau dia tidak berpikir cerdik, Tania tau, kalau Eve suka dengan korea, terutama EXO, bukan norak sih, tapi setiap orang berhak menyukai apa yang ingin disukainya, kadang gue kasihan sama Eve

Eve selalu dibilang norak, kampungan karena dia seorang K-Popers. Lah? Salah Eve apa coba? Itu kan Hak Eve buat suka sama "Oppa-Oppa Koreanya" kadang gue juga kasihan sama Eve, suka di judge, dibilangin "korea plastik, soak!" Lah? Salah? Itu kan hak mereka juga buat oplas, kenapa sih pada di ributin. Itu sih menurut pandangan gue, jangan pada di demo.

"Eve, udah hati-hati itu ada bias lo tuh!" ujar Tania, dengan tampang yang diserius-seriuskan, sambil menunjuk ke arah trotoar.

"Bias? Mana dia, mana?" ujar Eve sambil nge-rem mobilnya secara mendadak yang membuat kami merasakan terpelantung ke depan.

Ternyata Tania hanya mengkelabui Evelyne saja agar dia bisa diatur.

"Lo bohongin gue, Tania. Ihhh dasar lo, om-om lo bilang bias gue, nyeselin lo, Tania" sambil melajukan mobilnya kembali.

"Lo itu ya, kadang lo mirip Adrien, polos tapi ke bego-begoan dikit. Lo pikit aja deh ya? Mana mungkin bias lo jalan di trotoar, iya sih mungkin terjadi, tapi kan pasti dia bakal jadi pusat perhatian masyarakat, pasti rame ni jalan, lo punya otak digunain dong, Hahaha" Ujar Tania.

"Kasar amat sih lo," sahut Eve

"Bercanda gue" Jawab Tania

"Udah, lo fokus saja sama jalan, pokoknya jangan ngebut, nanti gue ngundurin diri jadi sahabat lo mau?" Sahut gue, yang dari tadi hanya menyimak obrolan mereka.

"Iya, siap laksanakan" ujar Evelyne.

Setelah itu Eve pun mengantarkan kami pulang ke rumah masing-masing, ya mungkin Eve menjadi driver terhebat yang pernah ada dalam hidup gue, semua tidak akan terasa lengkap tanpa adanya Eve, begitu juga dengan Tania dan Adrien.

Mereka layaknya mesin input dan output buat gue, mereka bekerja sebagai mesin input saat mereka ngasih gue nasehat dan kebahagiaan.

Dan mereka selayaknya mesin output bagi gue ketika mereka memberi cetakan senyuman hangatnya untuk gue, dan karena mereka gue selayaknya mesin proses.

Gue tidak akan melupakan mereka, gue gak akan melupakan semua kenangan yang gue lakukan bersama mereka, karena kenangan itu bukan untuk dilupakan tetapi untuk disimpan


Kalau ada yang typo maaf yaa..
Masih junior, gue minta dukungan kalian ya :)
Follow juga instagram @ndiadinesti__
Gue masih belum bisa ngedit, soalnya pakai HP, jadi susah.
11.35 PM

DiligitisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang