Kriiing , terdapat panggilan dari nomor yang tidak diketahui.
"Hallo?" ucap gue
"Ini Pluto Margetha ya?" jawabnya
"Iyaa ini siapaa?"
"Seseorang yang berkaitan sama Dirga" seketika jantung gue berdegup kencang. Siapa dia? batin gue.
"Mmm-mm, kenapa?" ucap gue gugup
"Jadi lo pacaran sama Dirga? Hahahah selamat, lo dapat sampah kayak dia"
Seketika gue naik pitam mendengar kata-kata dia merendahkan Dirga.
"MAAF YA MBAK, KALO PUNYA MULUT TOLONG DI JAGA, GA DIBIARIN AJA SEENAKNYA NGOMONG KAYAK GITU" ujar gue dengan nada tinggi
"Lo ga tau ya? Gue ini selingkuhannya Dirga dulu, semoga aja ya dia berubah sama lo" ujarnya langsung mematikan sambungan telepon.
Seketika gue terdiam bisu mendengar kata-katanya tadi, "Gue ini selingkuhannya Dirga dulu" kalimat itu berhasil membuat pikiran gue berkecamuk dengan kepercayaan gue terhadap Dirga, air mata gue mulai berlinangan dan perlahan membasahi pipi.
Apa Dirga kayak Dimas? Apa Dirga bakal nyakitin gue kayak cowok yang pernah gue kenal sebelumnya? Ada apa Dirga dengan masa lalunya? Kenapa Dirga ga pernah cerita?" pertanyaan-pertanyaan merecup menjadi overthinking yang sehausnya enggak gue lakukan, gue mencoba tenang dan meminta penjelasan langsung dari Dirga. Gue langsung menghubungi Dirga tapi nyatanya sudah 11 kali panggilan gue di tolak.
Semalaman gue mencoba untuk menahan ego gue dengan berusaha berpikir postif tentang Dirga, berpikir bahwa Dirga bakal menjelaskan semuanya ke gue pada waktunya. Gue harus percaya sama Dirga. Bagaimanapun, selama ini selain sahabat-sahabat gue memang hanya Dirga yang selalu dukung gue. Dirga pernah ngomong
"Pluto jangan sedih ya? Dirga disini bertugas buat menjaga Pluto. Masalah Dirga, Pluto gausah pikirin. Dirga selalu ada di depan Pluto buat lindungin pluto dan bakal selalu ada di belakang Pluto buat mendukung Pluto"
Kata-katanya hebat membuat gue terkagum akan sosok yang pernah gue benci sebelumnya, memang jatuh cinta ga pernah ada tempat dan waktunya, kadang masuk tanpa dipersilahkan oleh pemilik hati.
Pagi
Libur sekolah belum juga selesai, liburan kali ini banyak gue habiskan berada di rumah. Tiba-tiba bel rumah pun berbunyi.
"Iyaaa sebentar" ucap gue dengan lantang. Gue pun bergegas menuju pintu, setelah gue buka enggak ada orang satu pun di luar, gue pun menggerutuki diri sendiri dasar orang iseng, ga ada kerjaan lain apa, makanya Indonesia gak maju. Gue langsung berbalik arah menuju ruang tamu Eh sebentar gue rasa ada sesuatu di depan pintu~batin gue. Gue pun berbalik menuju arah pintu dan akhirnya gue dapati sebuah surat dengan ampolop cokelat, dengan sigap gue mengambil surat tersebut dan menuju kamar untuk membukanya.
Setelah sampai kamar gue bergegas membuka surat tersebut.
Dear Pluto Margetha
Bagaimana? Kepercayaan lo menghilang dari seorang Dirga? Hahahahah dasar lemah baru aja gue gretak dikit dah mengigil lo. Disini kayaknya gue singa nya lo tikusnya, dasar lemah. Perlu lo tau aja Dirga itu cuman manfaatin lo doang, dia ga pernah cinta sama lo, sedih ya? atau udah nangis bacanya. Gue bukan apa-apa cuman mau buat lo sadar aja, mending mundur deh dari Dirga . lo terlalu baik buat dia.
Salam
Singa.
Di waktu yang bersamaan Dirga pun menelepon gue. Dengan cepat gue angkat panggilannya.
"Pluto, gue mintak maaf bener ga jawab panggilan lo tadi malam, gue ketiduran beneran, kalau lo mau marah sama gue gapapa. Tapi jangan diemin gue ya" ucapnya mengharapkan ampunan dari gue.
"Mmm gapapa" ucap gue singkat.
"Pluto marah ya? Dirga minta maaf" ucapnya
"Iyaa gapapa, Pluto marah karena Dirga ga kasih kabar"
"Yauda sekarang pluto keluar deh"
"Kenapa sih? Pluto lagi mager!"
"Yaudah Dirga otw kamar pluto"
"Ha? Apasih Dirga gaje"
"Iya Dirga gaje" terdengar suaranya di depan pintu kamar gue. "Bukain dong kamarnya" lanjutnya.
Gue pun bergegas membukakan pintu dan mendapati Dirga di depannya. Tanpa gue suruh Dirga pun masuk. Gue berteriak kepada Kak Venus karena mempersilahkan Dirga masuk ke dalam rumah.
"Udah ditutup dong teleponnya" ucapnya menatap mimik muka gue yang sedang kesal, gue pun langsung mematikan sambungan telepon, dan langsung mencubit lengannya.
"NIH NIH RASAIN NIH" ujar gue sambil memukul Dirga.
"Sakiit Plutoo!!" ucapnya sambil menangkis tangan gue.
"Iihh Dirga kenapa gaada kabar tadi malam?! Dirga gatau Pluto gimana tadi malam" Tangis gue pun pecah sembari mengingat teror yang gue dapat dari sambungan telepon yang tak di kenal.
"Emang Pluto kenapa tadi malam" ujarnya sambil memeluk gue.
"Pluto takuuut hiks hiks" ucap gue sambil terisak, Dirga pun menuntun gue untuk duduk di sofa dan menyuruh gue menjelaskan semua yang terjadi.
"Pluto gapapa, gue gamau cerita, pluto percaya Dirga ajaaa" rengek gue
"Eehh ga boleh gitu, kalau curiga kalau marah kalau apa-apa bilang jangan ngomong gapapa" ucap Dirga sambil memegang erat tangan gue.
Gue pun melepas genggamanya, dan langsung menunjukan nomor yang meneror gue tadi malam.
"Dirga kenal nomor ini?" Gue pun menyondorkan ponsel gue, Dirga menatap dengan serius nomor tersebut.
"Enggak, Dirga ga punya nomor itu" ucapnya dengan memberikan handphonenya dengan maksud gue mencocokan nomor yang ada di handphonenya dengan nomor yang meneror gue semalam.
"Udah percaya sama Dirga?" ujarnya sambil menarik satu alisnya ke atas.
"Sebentar" gue pun langsung mengambil surat yang gue dapatkan tadi malam dan menunjukannya ke Dirga. Dirga pun membaca surat tersebut dengan sangat serius. Ada kecemasan yang gue lihat dari matanya.
"Kenapa Dirga? Ini dari mantan lo?" ucap gue tegas.
"Ini---"
![](https://img.wattpad.com/cover/144593762-288-k113897.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Diligitis
Teen FictionSemua tulisan ini aku persembahkan untuk orang-orang yang pernah ada didalam hidupku, orang-orang yang aku cintai dengan sepenuh hati , walau mereka tak pernah menetap dan pergi. Setidaknya, semenjak mereka hadir, sudah ada angan yang pernah teruc...