Subuh kali ini sepi
Fajar masih belum menampakan kaidahnyaLaju roda dua menggelegar seakan menitis di tepian gerbong
"Cepat dek!." Terdengar suara menderu
kakiku terpejal menuju arah pintu, dengan menaiki tangga merah
"Selamat jalan"
sapaan dari penjaga berbaju rapiIndah,
sungguh kali ini aku benar-benar terperdaya oleh rindahan pohon
hamparan sawah serta marta perumahanWaktu secepat itu berlangsung
sederet kursi penuh
paling akhir kita menempati
Duduk bersandar sembari mengumpulkan keberanianYa! Kata-Kata mungkin menjadi tujuan saat itu
letih menjadi percikan segala sesuatu
dan meski ku pelajari kembaliTujuh Lima Belas
membangitkan bahagia yang telah lama menunggu
Pamflet cianjur
Seraya lurus, pandanganku bingung
Kota perantau bagi orang yang awamSeribu pertanyaan mungkin telah membasahi bibirku
Palang Jalan suroso bak sebagai penyanggah pengembaraan
di sepanjang sudut, berjajar ruko-ruko yang tak asing seperti urung-urung di desaSaksi, pijakan pagi ini mengelupas semangatku yang gemetar
antara pulang ataukah melanjutkan
Dengan mengumpulkan beberapa berani; keringat dinginTersimpan jelas gedung putih tua
Seperti aku yang benar benar kali itu menguasi podium dengan cahaya remang-remang
Deretan 3 kursi juri menjadi pembuktian bahwa benar asaku tak menjadi angan belakaCianjur, itulah kota sejarah yang memanggil pengembaraan riak kukuh puluhan puisi
(Cianjur. 2017. Gebyar bahasa dan sastra Indonesia. 14 Oktober)
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Puisi
PoetryMembaca puisi adalah membaca diri. Menulis puisi adalah menuangkan isian hati. Sejauh ini, apakah kamu sudah siap menyelam luatan kata bersamaku? "Selamat menunaikan ibadah puisi". -Joko Pinurbo