*warn: dichapter ini ada beberapa kata2 dan adegan(?) kekerasan atau semacamnya, bwt ade2(LOL!) yg msih sekolah ataupun dibawah umur dimohon untuk tidak ditiru.. Kali ini benar2 warn loh*
"Kurasa... Memang sudah saatnya Jungkook-ah..."
"Kau menyetujui usulan konyol mereka?" Aku bisa mendengar nada kecewa yang keluar dari mulut Jungkook dan itu membuatku semakin menahan diri untuk tidak terisak.
"Jungkook-ah jangan egois, pikirkan impianmu, kau tak ingin kehilangan impianmu kan?" Hening, Jungkook tidak menyahuti kata-kataku barusan, katakanlah sesuatu Jungkook-ah. Aku menghela napas sepelan mungkin agar tidak terdengar oleh Jungkook, aku merasakan perasaan sesak akibat sakit didadaku sekarang "kau sudah memimpikannya sejak lama bukan? Dan aku ingin melihatmu bernyanyi diatas panggung..."
"Yein-ah..." Jungkook akhirnya membuka suara setelah lama terdiam "bogoshiposho.."
Tangisku pecah saat itu juga, mengetahui kalau perasaan kami sama saat ini tapi nyatanya kami harus berpisah benar-benar adalah hal yang paling menyakitkan untukku "eum, nado..."
"Kita... bisa bertemu lagikan?"
"Tentu, aku akan menemuimu nanti ketika hari debutmu dan aku ingin melihatmu dikenal banyak orang sebagai seorang penyanyi bertalenta..."
"Saranghae, Yein-ah.."
"Nado saranghae, gomawo Jungkook-ah untuk semuanya..."
*skip*
Sudah berakhir..
Aku membuka kedua mataku yang terasa amat berat perlahan. Sinar matahari masuk melalui celah-celah korden jendela kamarku menandakan kalau sekarang sudah pagi. Haruskah aku berangkat sekolah? Entah kenapa aku merasa badanku amat lemas sekarang terlebih dengan kedua mataku yang berat, aku berjalan gontai dari tempat tidurku menuju cermin panjang yang berasa dikamarku. Aku melihat pantulan diriku dicermin, menyeramkan, kedua mataku terlihat sembab akibat menangis semalaman, hidungku memerah, rambutku berantakan akibat selalu mengganti posisi ketika tidur semalam. Apa aku benar-benar tertidur? Tentu saja tidak, walaupun aku benar-benar ingin tertidur agar aku bisa menganggap kalau apa yang sudah terjadi semalam itu hanyalah sebuah mimpi, nyatanya kedua mataku tidak ingin tertutup rapat, aku tak bisa tidur akibat terlalu memikirkan banyak hal terutama akan keputusan yang sudah kubuat sendiri. Aku ingat dengan amat jelas apa yang Si Hyuk-nim katakan padaku 'Jangan sampai kau menyesal dengan pilihanmu sendiri', aku sudah membulatkan pilihanku dan ketika aku menyatakan hal tersebut aku terus bertanya-tanya dalam hati begitu menyadari apa yang sudah terjadi padaku setelahnya, apa benar ini pilihan yang tepat untuk kami berdua? Kenapa aku merasa bahwa aku benar-benar bodoh karena memilih mengakhiri hubungan ini? Kau jelas tau kalau kau tak ingin jauh dari Jungkook, tapi kenapa kau mengakhiri hubungan kalian? Dan kenapa aku merasa kalau aku tidak bisa menepati janjiku pada Jungkook kalau aku masih akan tetap menghubunginya seperti biasa.
"Neo appo?" Pertanyaan Sunggyu Oppa barusan membuatku yang sedari tadi duduk dimeja makan dalam diam akhirnya mendongak dan langsung menatapnya, aku hanya bisa menggelengkan kepalaku sebagai jawaban atas pertanyaan Oppa tadi "jjinja? Kenapa wajahmu lemas sekali, eo?" Tanya Sunggyu Oppa seraya mendekatiku, ia berjongkok tepat disampingku dan menatapku khawatir "kau yakin tak terjadi sesuatu?" Tanyanya sekali lagi seraya mengelus rambutku.
Aku bisa merasakan kedua pelupuk mataku mulai dipenuhi air mata, hanya dengan sebuah kata-kata dan sentuhan Oppa saja sudah bisa membuatku seketika teringat apa yang sudah terjadi semalam dan aku tidak bisa menahan isak tangisku, aku menangis lagi. Kurasa mungkin memang ini yang terbaik untukku dan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Were Beautiful
Fanfic'I still think of you sometimes Should I call you up? There were a lot of times I thought that but I know it's already over No matter how much I want you You are now just a movie of the past That has already ended I know' This story based on Day6 so...