Second

6.2K 430 31
                                    

Sejenak Ji Ahn memekik pelan, suatu reaksi keterkejutan. Pandangannya pun beralih pada kotak yang disodorkan oleh Hanjeong. "Me-menemui Presdir Cho?"

"Hmm." Gumam Hanjeong dengan nada yang terdengar malas.

"Ketua," Ji Ahn kembali mendongakkan kepalanya, memberanikan diri menatap Hanjeong. "Kenapa tidak di ruangannya saja? Aku bersedia menemuinya sekarang." Sungguh, ia merasa janggal dengan ini semua. Kenapa harus menemui Kyuhyun di rumahnya? Dan lagi, kenapa harus mengenakan pakaian khusus seperti itu?

"Temui saja! Kau ingin debut atau tidak?" Sentak Hanjeong, membuat Ji Ahn kembali menundukkan kepalanya. "Lagipula dia adalah presdirmu. Kau debut atau tidak, dia yang akan menentukannya." Sungut Hanjeong pula.

Ji Ahn menggigit bibir bawahnya dengan perasaan gelisah. Benar yang dikatakan Hanjeong. Ya, nasib trainee seperti dirinya berada di tangan Kyuhyun. Hanya saja... ini semua terlalu aneh dan membingungkan bagi Ji Ahn.

"Golden Tower Area nomor 124K, gedung apartment tempatmu tinggal tidak jauh dari sana juga, bukan? Itu adalah alamat rumah Presdir Cho. Datanglah pukul sembilan tepat. Itupun jika kau ingin debut."

Tak ada sahutan dari Ji Ahn. Gadis itu benar-benar terdiam. Terlalu banyak hal yang berputar di benaknya.

"Sekarang keluarlah. Dan bawa kotak ini." Seru Hanjeong, tak peduli meskipun Ji Ahn masih nampak sangat kebingungan sekalipun. "Pikirkan baik-baik."

Ji Ahn beranjak dari duduknya. Ia membungkuk hormat pada Hanjeong sebelum benar-benar pergi. Hingga kemudian, langkah kakinya membawanya keluar dari ruangan atasannya tersebut.

~~~ *** ~~~

Di bagian luar gedung K-Star Entertainment, sebuah mobil berwarna hitam pekat baru saja memasuki area pelataran gedung tersebut. Hanya saja, belum ada satupun yang keluar dari mobil itu meskipun telah terparkir dengan baik.

"Samchon, jadi ini tempat kerja Appa yang baru?"

Seorang gadis kecil berusia 8 tahun menatap takjub gedung perkantoran yang kini berada di depan matanya. Dua bola mata sipit itu nampak berbinar pula. Sementara pria dewasa yang duduk di bangku pengemudi, tepat di sampingnya, ekspresi pria itu justru berbanding terbalik. Ia tersenyum getir tatkala melihat wajah bahagia di wajah sang nona kecil.

"Jihyun~ah, kau yakin ingin masuk?" Hyukjae, pria itu melemparkan pertanyaan sarat akan kekhawatiran. Ya, ia mengkhawatirkan nona kecilnya yang bernama Cho Jihyun itu.

"Tentu saja!" Sebuah sahutan keras terlontar dari bibir Jihyun seiring dengan kepalanya yang menoleh dengan cepat pada Hyukjae. "Aku ingin masuk dan melihat tempat kerja Appa."

"Bagaimana jika kita kembali saja? Kursus baletmu 2 jam lagi dan-"

Sebuah tatapan tajam menghentikan kalimat Hyukjae, mirip seperti milik Kyuhyun. Raut wajah Jihyun menggambarkan rasa kesal yang begitu kentara, dan itu ia hadiahkan pada supir pribadi yang juga adalah sahabat ayahnya di sana. "Sebentar saja!" Sungut Jihyun.

"Tapi Appa-mu akan-"

"Marah?" Masih dengan rasa kesalnya, Jihyun kembali membuat kalimat Hyukjae terpotong. "Aku tahu. Tapi itu tidak masalah. Telingaku sudah kebal dengan semua teriakan dan bentakan Appa. Kemarahan Appa adalah makanan sehari-hariku. Jadi Samchon tidak perlu khawatir."

Hyukjae meringis mendengar setiap kalimat yang dilontarkan Jihyun. Astaga, gadis kecil itu benar-benar keras kepala. Jihyun bahkan tahu betul jika Kyuhyun akan memarahinya jika gadis kecil itu berani memulai interaksi dengannya di luar rumah. Namun nampaknya seperti yang dikatakan Jihyun tadi, gadis kecil itu sudah sangat terbiasa dengan segala bentuk kemarahan sang ayah.

Another Ending (DIBUKUKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang