Eighteenth

3.5K 439 187
                                    

"Kenapa aku harus memanggilmu Eomma?" Sekali lagi, Jihyun menunjukkan kepolosannya.

"Karena aku adalah calon istri dari pria yang kau panggil Appa itu." Jawab Juhyun dengan santai.

Kyuhyun memejamkan matanya sejenak. Meskipun semalam ia sudah membuat kesepakatan dengan Juhyun mengenai bertunangan dan menikah, namun ia belum pernah memikirkan situasi seperti ini. Ya, bahkan Juhyun belum tahu jika Jihyun adalah putri kandungnya. Dan sekarang, Juhyun mengungkapkan secara gamblang jika wanita itu adalah calon istrinya. Sontak hal itu membuatnya melirik ke depan, ke arah raut wajah Ji Ahn yang seakan tak terbaca, kira-kira apa yang dipikirkan gadis itu sekarang?

"Calon istri? Tapi kekasih Appa adalah Ji Ahn Eomma. Dia bahkan mengandung adikku." Sungut Jihyun. Ia sudah cukup bisa berpikir untuk dapat memahami perkataan Juhyun. "Jadi ibuku adalah dia, bukan kau, Ahjumma."

Mata Juhyun pun melotot seketika. Oh, dia ditolak oleh anak kecil? Kemudian, ia menoleh pada Kyuhyun, seakan mengadu pada pria itu karena merasa tidak suka dengan apa yang dikatakan Jihyun.

Kyuhyun pun menghembuskan nafasnya pelan. "Mulai sekarang panggil Juhyun dengan panggilan Eomma." Ujarnya pada Jihyun, yang akhirnya membuat Juhyun tersenyum lebar.

"Tidak mau!" Jihyun menolaknya. "Ibuku adalah Ji Ahn Eom-"

"JI AHN BUKAN IBUMU!" Seperti biasa, Kyuhyun selalu lepas kendali jika menghadapi Jihyun. Amarahnya selalu mudah naik, terutama jika sikap Jihyun tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Bentakan, bahkan hingga pukulan, semua bisa lolos dengan mudah. "Berhenti memanggil Ji Ahn dengan sebutan Eomma, karena sekarang panggilan itu adalah milik Juhyun. Kau mengerti?"

Air mata Jihyun jatuh, selalu saja dimarahi, keluhnya dalam hati. Sudut matanya pun melirik Ji Ahn yang nampak mematung. Ji Ahn Eomma pasti sedih, batin gadis kecil itu. Lalu tanpa menyahut lagi, Jihyun turun begitu saja dari kursinya. Ia mengambil tas sekolahnya. "Aku akan berangkat sekarang. Maafkan aku, Appa." Lirihnya. Namun sebelum pergi, ia menoleh sekilas pada Ji Ahn. "Aku menyayangimu, Ji Ahn Eomma. Sampai jumpa nanti."

Ji Ahn mengangguk pelan. Ia meringis melihat Jihyun yang melangkah lemah meninggalkan meja makan. Kenapa gadis itu harus selalu dimarahi? Erangnya dalam hati. Ia tahu apa yang dirasakan Jihyun, karena ia juga merasakannya. Tepat ketika Kyuhyun membentak gadis kecil itu, Ji Ahn seakan merasakan tikaman keras di hatinya, membuatnya tersadar untuk kesekian kalinya, dia bukan siapa-siapa.

Sementara Juhyun yang menyaksikan itu semua, wanita itu tersenyum puas dalam hati. Dapat ia simpulkan pula, Kyuhyun tidak menyayangi Jihyun. Ya, sangat jelas dari caranya memperlakukan gadis kecil itu, pasti dia terpaksa merawatnya. Ah, ini point plus untuk Juhyun.

Setelah Jihyun benar-benar menghilang dari jarak pandang mereka semua, Ji Ahn pun menyusul turun dari kursinya. Ia sudah tidak tahan lagi. Ia juga ingin pergi dari meja makan itu. "Aku... juga akan berangkat sekarang." Lirihnya.

Kyuhyun nampak terkesiap melihat Ji Ahn yang tiba-tiba mengatakan akan berangkat pula, bahkan makanannya belum tersentuh. Lidahnya ingin bergerak, mengomeli gadis itu agar menghabiskan makanannya sebelum pergi. Namun sekali lagi, ego yang menang. Juhyun sedang di sampingnya, jadi Kyuhyun memlih untuk tetap diam.

"Sampai jumpa nanti." Ji Ahn membungkukkan tubuhnya dengan hormat di depan Kyuhyun. Kemudian ia melangkah ke arah yang sama dengan arah Jihyun tadi.

Sesaat Kyuhyun tercenung melihat Ji Ahn pergi begitu saja, bahkan membungkukkan tubuh padanya, terlebih ketika ia menangkap sorot mata gadis itu. Mungkin Ji Ahn memang tidak berani menatap matanya secara langsung, namun Kyuhyun tahu, mata sendu gadis itu memancarkan kesedihan.

Another Ending (DIBUKUKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang