Nineteenth

3.6K 504 148
                                    


Rasanya sakit, sesak, semuanya menghimpit Ji Ahn begitu saja, begitu keras hingga ia merasa seperti kehilangan nafas. Perlahan kepala Ji Ahn menggelengkan kepalanya, berusaha menampik dua kalimat yang tadi ia baca, berharap jika itu hanyalah sebuah kesalahan, atau mungkin kebohongan.

Tidak, katakan jika ini tidak benar. Ini hanya kebohongan public, iya 'kan? Ji Ahn menjerit, namun hanya mampu dalam hati. Lidahnya seakan begitu sulit digerakkan, walau untuk sekedar mengerang sekalipun. Susah, ini terlalu menyakitkan baginya, sangat menyiksa pula.

Air mata Ji Ahn pun akhirnya jatuh begitu saja, tepat ketika ia menundukkan kepalanya, menatap sedih perutnya yang lumayan besar. Ji Ahn mengusap pelan perutnya itu, namun kemudian berangsur meremasnya pelan.

Mungkin, sejak awal berbicara empat mata dengan Kyuhyun mengenai kandungannya, Ji Ahn sudah dapat menebak jika pria itu akan keberatan untuk sekedar bertanggung jawab. Ji Ahn berusaha berlapang dada, menerima semuanya, termasuk menelan rasa kecewa dan sakitnya. Hanya saja sekarang, ketika telah benar-benar nyata di depannya bahwa Kyuhyun terikat dengan wanita lain, bahkan mungkin akan menghabiskan sisa waktunya dengan wanita itu juga, ada perasaan tidak terima dalam hati Ji Ahn.

Semua perkataan Heechul yang pernah didengarnya pun tiba-tiba kembali muncul dan bersarang di benak Ji Ahn begitu saja. Benar kata Heechul, Kyuhyun menghamilinya, melampiaskan hasrat padanya, menekan dan menuntutnya sesuai keinginan pria itu, termasuk untuk urusan tutup mulut, tapi sekarang pria itu justru terikat dan akan menjalin hubungan istri dengan wanita lain? Sementara dirinya yang berusah payah mengandung ini justru terabaikan dan pada akhirnya akan terbuang seperti sampah?

Ji Ahn menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Ia terisak pelan, dan berusaha meredamnya. Demi Tuhan, entah Kyuhyun yang sialan brengseknya atau takdirnya yang begitu kejam, yang pasti Ji Ahn merasa benar-benar kesakitan sekarang. Takdir konyol macam apa ini? Bahkan untuk pertama kalinya Ji Ahn merasa ingin mengumpat keras, meneriaki siapa saja yang bisa ia teriaki, melampiaskan seluruh rasa yang menjerat dan menyiksanya.

Selama beberapa saat terisak dalam diam, akhirnya Ji Ahn pun mengusap air matanya. Sesaat ia melupakan sesuatu, Jihyun. Kepala Ji Ahn pun menoleh ke arah gadis kecil yang kini sudah terlelap dengan kepala di atas meja. Sungguh, Ji Ahn pun juga miris melihat gadis kecil itu.

Di sini bukan hanya Ji Ahn yang tidak beruntung sebenarnya, namun Jihyun juga. Entah bagaimana Kyuhyun memandangnya, pria itu selalu kejam pada Jihyun. Lalu kira-kira bagaimana hidup gadis kecil itu nanti? Bagaimana jika nantinya gadis itu harus tinggal dengan Juhyun sebagai ibunya?

Ji Ahn menghela nafasnya pelan untuk menormalkan nafasnya. Lalu tangannya pun bergerak pelan, menyentuh puncak kepala Jihyun. "Jihyun~ah..." Ji Ahn juga mengacak rambut Jihyun, agar gadis itu terbangun. "Jihyun~ah, bangun."

"Eunghh..."

"Hey, ayo pindah ke kamar saja."

"Apa?" Perlahan Jihyun mengangkat kepalanya. "Appa sudah pulang?"

Hati Ji Ahn mencelos, bahkan Jihyun masih saja menanyakan ayahnya. Sekarang, apa yang harus ia katakan pada Jihyun?

"Appa tidak pulang ya, Eomma?" Dengan sayup-sayup mata yang setengah tertutup, Jihyun menatap Ji Ahn. "Appa tidak mau merayakan ulang tahunku, ya?"

Ji Ahn menggigit bibir bawahnya pelan, sementara air matanya seakan kembali mendorong keluar. "Ti-tidak. Tidak seperti itu."

"Lalu?"

"Appa-mu..." Ji Ahn mencoba berpikir keras. Setidaknya ia harus mengatakan sesuatu yang membuat Jihyun tidak kecewa nantinya. Bagaimanapun ini adalah hari ulang tahunnya. "Dia baru saja menghubungiku. Dia akan pulang sangat larut karena ada urusan mendesak. Karena itu, bagaimana jika perayaan ulang tahunmu kita tunda besok saja?"

Another Ending (DIBUKUKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang