Sesampainya di supermarket (supermarket ini masih di dalam lingkungan sekolah daebak), aku langsung menghampiri rak berisi mie instan.
DAEBAK
Semua mie semua merk yang aku impi-impikan berada lengkap di rak makananku. Kapan mimpi itu terwujud—astaga uangku hanya 30000 won. Aku belum beli bahan untuk jualanku Senin nanti. Astaga.
AKU DILEMA
Apa aku harus menahan liburan terakhirku yang indah. Oh tuhan tolong aku.
"Mau membeli mie?"
OMO
Aku terkejut Kris tiba-tiba muncul di sampingku. Atau mungkin dia sudah berada di sampingku daritadi. Aku memang suka lupa diri kalau urusan mie. Atau memang dia terlalu transparan? Dia memakai kaos kasual dan celana jeans panjang. Bahkan sesederhana itupun dia masih charming daebak. "A-ah, tidak-tidak, aku hanya lewat..." aku tersenyum gugup sambil memegang tengkuk. "Tapi kulihat kau tergesa-gesa ke rak mie," ouch. Dingin sekali hawanya. Aku hanya diam, tersenyum gugup dan melihat ke bawah. "...Uangmu kurang?" akh. Hawanya semakin dingin. Aku penasaran berapa derajat AC di supermarket ini. "Be-begitulah..." aah aku malu sekali. Kris termasuk dalam kelompok seperti Suho. Mereka kaya level dewa. Aku ini layaknya debu di udara.
"Belilah yang kau butuhkan. Kutraktir."
APA
MWO
SHENME
KESEMPATAN YANG TIDAK BOLEH DISIA-SIAKAN
MUMPUNG ADA ORANG KAYA GANTENG MAU TRAKTIR
AJHSGHFDHJDJGLFJ
Eh tunggu. Kami kan nggak terlalu dekat. Berasa sksd dih.
TA TA TAPI KAN MAYAN BISA BELI MIE BANYAK
Jaga image tolol.
TEMEN SENDIRI JUGA KOK. LAGIAN DIA PENDIEM KAN
Lu bego ato apa sih.
"A-ah, tidak usah, merepotkan..." akhirnya aku memutuskan untuk menjaga image ku setelah berdebat dengan diri sendiri. "Tapi nampaknya kau sangat membutuhkannya..." ah nampaknya aku membeku. Sialan, niatnya memang baik tapi kenapa dia membuatku semakin terpojokkan. "Ka-kalau kau berkata begitu..."
"Aku akan beli banyak. Tapi tolong jangan bilang siapa-siapa soal ini!"
Deg! Hati seorang Wu Yifan berdegup kencang tiba-tiba. Melihat seorang Huang Zi Tao memasang muka memelas di hadapannya. Astaga, hari ini dirinya fragile sekali. Begitupun dengan hatiku.
Idih apaan sih.
"I-itu tidak masalah buatku," Kris nampaknya gugup. Astaga mungkin sifat aslinya seperti kutu buku. Ah tidak tidak. Tidak mungkin. Aku bahkan belum sejam mengobrol bersamanya. Aku dengan sigap menganbil keranjang dan menganbil mie instan dengan riang. "Yang ini, dan yang ini, lalu ini..." Kris hanya memperhatikanku. Mungkin dia berpikir aku sangat miskin. Akhirnya aku mengambil 30 mie dengan berbagai merk. Ini memalukan, tetapi setidaknya aku bisa hidup dengan tenang selama 1 bulan.
"Semuanya 150000 won"
DAEBAK
KARTU KREDIT
YAGUSTI
Ini lebih menyakitkan daripada memandang rak makanan kosong.
Orang tuaku tak pernah punya kartu kredit. Katanya memakainya harus sangat hati hati. Duh orang miskin mah bisa apa. Setelah itu, kami berdua keluar dari supermarket. Kami berdua diam. Lalu terlintas dipikiranku untuk mendekatkan diri lagi ke Kris. Dia nampak kesepian, tho. "Umm, bolehkah aku numpang masak mie di kamarmu? Kalau masak di kamar ku nanti Baekhyun marah-marah..." ujarku hati-hati sambil tersenyum.
"A-ah?" dia terlihat terkejut.
SEBERAPA KESEPIAN NYA ANAK INI SAMPAI DIAJAK BICARA SAJA GUGUP
Aku kasian sumpah.
"Boleh saja, lagipula teman asrama ku sedang pergi juga,
jadi aku sendirian..."
Wow diluar supermarket saja masih dingin. Angin musim dingin masih tersisa ya. Rasanya aku mau memeluknya dalam selimut. "Tenang saja, aku akan menemanimu! Ayo kita ke asrama mu!" aku menarik tangannya berjalan ke arah gedung dorm.
Eh.
Tunggu.
"A-ah, aku tak tahu dorm mu yang mana, eheheh..."
Bodoh. Sumpah tolol sekali.
"Kau terlalu semangat..." Kris tertawa kecil. Kenapa aku deg-degan yagusti. Aura charmingnya telah menusuq hatiqu.
Idih apasi.
<<<Annyeong! Anu, author ga terlalu tahu nominal uang won yang murah itu berapa dan yang mahal itu berapa jadi asal-asalan ahahahah/ei. Jangan lupa vote dan reviewnya!

KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Want a Normal Life!
Não FicçãoHai. Namaku Huang Zi Tao. Cowok asal Qingdao yang pindah ke Seoul karena iseng. Iya iseng. Iseng terima beasiswa. Orang tuaku sudah meninggal saat aku berumur 12 tahun karena kecelakaan. Tidak ada yang mau membiayai hidupku. Lalu seseorang memberika...