BaseCamp

40 12 0
                                        

Wanita disebelah Zeal yang sejak tadi tidur dibahunya mengangkat kepalanya. Ia terkejut ketika menemukan dia tidur dan bersandar di bahu Zeal.

"Sorry" Katanya sambil tersenyum canggung kepada Zeal.

"It's okay" Jawab Zeal dengan ikut memberikan senyum ke wanita itu.

Wanita itu meraba-raba tas pinggang yang sebelumnnya ia letakkan dibawah kursi pesawatnya. Cukup lama ia mencari hingga sekarang tas itu sudah berada dipangkuannya.

"Aduh dimana sih" Tanya wanita itu kepada dirinya sendiri, tangannya mencari cari sesuatu di dalam tasnya.

"Dari Indonesia Mbak?" Tanya Zeal.

"Eh, iya Mas. Dari Indonesia juga ?" Tanya wanita itu balik

"Iya" Jawab Zeal Singkat

Wanita itu kembali memilah isi tasnya untuk mencari sesuatu yang sejak tadi tidak ia temukan.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu ?" Tanya Zeal

"Ini mas dari tadi nyari tisu tapi ga ketemu-ketemu" Jawab wanita itu

Zeal menyalakan lampu yang berada diatas kepalanya. Tidak lama kemudian seorang pramugari pesawat datang menghampirinya

"Excuse me, Mr. Zeal, May I help you?" Tanya pramugari korea yang kini sudah berada disebelah deretan kursi Zeal.

"Can you give me some sheet of tissue please"

"Wait a moment Mr. Zeal" Kemudian pramugari itu meninggalkan mereka.

"Namanya Zeal. Tapi bagaimana ia bisa pramugari tadi mengetahui nama orang ini. Siapa orang dia ? Apa dia seorang pejabat? duta besar? petinggi? atau bahkan pemilik pesawat ini? Tapi kalaupun ia salah satu dari itu, kenapa dia duduk di kursi ekonomi? " Pertanyaan-pertanyaan itu berputar didalam kepala wanita yang duduk di sebelah Zeal.

Pramugari yang dimintai tolong oleh Zeal kembali menghampiri Zeal sambil menyerahkan tisu yang di mintanya tadi. Zeal menyerahkannya ke wanita di sebelahnya.

"Terima kasih, mas...?" kata wanita itu memberikan jeda di ujung kalimatnya.

"Zeal"Kata Zeal sambil mengulurkan tangan.

"Yarasha, panggil Sha aja" Jawab wanita itu sambil mengingat-ingat karena sebelumnya ia seperti pernah mendengar nama Zeal.

***()***

Sejak berteman dari kelas 10, Zeal, Luki, dan Tama sering menghabiskan waktu malam minggu mereka untuk berkumpul di Rumah Tama. Selain Rumah Tama berada diantara mereka berdua, kedua orangtua Tama juga lebih sering berada dirumah. Dibandingkan dengan kedua orang tua Zeal yang lebih sering keluar kota untuk urusan bisnis mereka.

"Luk, si Zeal mana ? Tanya Tama

"Gatau paling ke toko buku dulu"

Terdengar suara orang sedang berbicara diluar dan semakin mendekat kearah kamar Tama. Itu adalah Zeal yang sedang berbicara denga bunda Tama. Bunda adalah panggilan Tama ke ibunya.

"Nak, ada Zeal" Suara ibu Tama yang kini sudah berada didalam kamar anaknya

"Iya bun, suruh masuk aja, biasa juga langsung masuk"

"Gue udah disini kok Tem hahaha" Jawab Zeal

Tama melihat kearah Zeal yang sudah tertidur di sofa yang ada di kamar Tama

"Makanan sama minumannya bunda letakin disini ya"

"Makasih bunda" Luki langsung bangkit mengambil makanan yang diletakkan bunda di meja kecil di sudut kamar Tama.

Zeal dan Luki juga memanggil ibu Tama dengan panggilan Bunda atas perintah ibunya sendiri.

"Sama-sama, jangan dihabisin ya. Nanti Zeal ga kebagian" kata bunda dengan nada sedikit tinggi

Luki berhenti mengunyak makanan yang ada di mulutnya.

"Hehehe bunda bercanda, makan aja masih banyak lagi di dapur, nanti kalo kurang bilang ke Tama aja ya" Kata bunda lalu melangkah menjauhi kamar anaknya

"Siap bunda"

"Lo dari mana Ze ? Tanya Luki yang masih mengunyah makanannya

"Biasa"

"Jadi Ziya gimana ?" Kali ini tama yang bertanya kepada Zeal

"Gimana apanya ?"

"Lo itukan jarang banget pernah deket sama murid cewek, terus sekarang bisa deket banget gitu sama Ziya. Revia yang udah sempurna gitu aja masih lo tolak mentah-mentah" Jelas Tama

"Bener juga, emang kenapasih Ze Lo itu sebegitu bencinya sama Revia?" Tanya Luki, mulutnya masih mengunyah makanan.

"Siapa yang benci ? Kalo gue ga suka dia bukan berarti gue harus benci dia" Jawab Zeal

"Kalo Ziya?"

"Gue ngerasa beda aja sama Ziya"

"Kalo gue sih ya, jelas pilih Revia. Dia itu dari ujung rambut ke ujung kaki gaada koreksinya. Apalagi bagian atas, udah deh jangan ditanya, bikin gue lemes. Cuma orang bego kali ya yang gamau sama dia"

"Jadi lo bilang gue bego. Dasar mesum?" Timpal Zeal

"Emang lo pernah nolak Revia?"

Zeal terdiam. Ia belum pernah menceritakan kepada siapapun mengenai kejadian beberapa bulan yang lalu itu.

"Tadi lo pas pulang sekolah buru-buru kemana ?" Tanya Tama mengalihkan pembicaraan.

"Gue ngecek anak-anak. Deni sakit, Jadi mau gue bawa ke dokter, tapi katanya udah baikan" Jelas Zeal.

"Deni yang mana ya ? Gue lupa" Tanya Luki

"Lo juga sama apapun lupa" Timpal Tama

"Kalian pada nginep disini kan ? Tanya Tama lagi

"Gue iya, nenek gue lagi dirumah, cerewet banget" Jawab Tama

"Lo gimana Ze?"

Zeal yang masih diam entah memikirkan apa tidak mendengar pertanyaan Tama

Luki melempar bantal sofa ke wajah Zeal. Jelas saja membuat Zeal menjadi terkejut.

"Kurang ajar!" Zeal mengambil bantal dan melemparnya kearah Luki yang dari tadi masih saja mengunyah makanan yang tadi diberikan bunda

Luki tersedak mendapat serangan balasan dari Zeal. Ia berlari keluar ruangan menuju dapur untuk mengambil air minum.

"Itukan ada minum" Kata Tama

"Bego"Jawab Zeal

Mereka tertawa melihat tingkah Luki yang selalu saja bisa membuat mereka tertawa dengan kekonyolannya.

....................

JANGAN LUPA VOTE YA. TERIMAKASIH

Hai Teman-teman. Akhirnya setelah 5 minggu berkutat dengan kegiatan yang sangat padat, saya bisa mengupdate Renjana Jingga lagi. Selanjutnya Renjana Jingga akan update seperti biasa. InshaAllah. Kalau kamu suka dengan cerita ini mari berbagi kebahagiaan dengan menekan tombol bintang di pojok kiri bawah layar kalian.  Apalagi kalau kamu mau membagikannya kepada orang-orang yang kamu sayang. Terimakasih

-SALAM RENJANA- 

Renjana JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang