"Setiap manusia berhak mendapat perlakuan yang sama bukan? Lalu kenapa kertas bernominal itu membuat seorang anak manusia itu harus rela kehilangan nyawanya"
"Oke, Saya kesana sekarang" Zeal memasukkan sisa barang-barangnya kedalam tas dengan cepat. Sialnya pada saat seperti ini ia lupa dimana meletakkan kunci motor miliknya.
"Ze Kenapa? Siapa yang sakit" Tanya Tama
"Gue harus buru-buru balik" Jawab Zeal yang masih sibuk mencari kunci motornya
"Dirumah sakit apa Ze ?" Tanya Janu
Zeal tidak menjawab pertanyaan Janu, ia semakin tergesa. Akhirnya kunci motor ditemukan dikantong samping tas sekolahnya Ia beranjak dari tempat duduknya. Ziya terus memperhatikan Zeal sambil bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Tapi Ziya tau pada saat seperti ini pertanyaannya tidak akan dijawab oleh Zeal. Meskipun begitu Zeal tau betul sejak tadi Ziya memperhatikannya dengan wajah panik.
"Deni" Kata Zeal singkat ke Ziya yang kemudian berlari keluar kelas
"Zeal ! Gue ikut" Mendengar penjelasan satu kata dari Zeal langsung membuat Ziya memberanikan diri untuk mengejar Zeal yang sudah tidak kelihatan dari dalam kelas.
"Key gue titip barang-barang ya. Nanti gue ambil di lo" Kata Ziya ke Keyla teman semejanya.
"Zi kabarin kita ya" Teriak Luki kepada Ziya yang sudah diambang pintu. Ia tidak lagi mendapat jawaban dari Ziya yang sudah fokus berlari mengejar Zeal.
Melihat Zeal sudah berada diatas motornya dan siap melaju. Ziya bergegas naik ke motor tanpa meminta izin kepada Zeal.
"Lo ngapain?" Tanya Zeal terkerkejut
"Gue Ikut" Ziya menjawab singkat
"Gue buru-buru. Lo disini aja"
"Kalo lo ngajak gue debat sekarang waktu lo malah makin kebuang"Kata Ziya tetap bersikeras ingin ikut bersama Zeal.
Zeal mengalah, benar juga berdebat denga Ziya akan memakan waktu yang lama dan sekarang ia tidak boleh membuang waktu sedetikpun.
"Yaudah pakai helm dulu" Zeal menyerahkan helm yang selalu dibawanya kepada Ziya.
Zeal membawa sepeda motornya meliuk-liuk di jalan yang entah kenapa menjadi lebih padat dari biasanya. Ziya yang duduk dibelakang mencoba memberanikan diri untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi dengan Deni sekarang.
"Deni kenapa?"
Tidak ada jawaban dari Zeal. Ia mengerti saat ini Zeal sedang sangat khawatir dan ditambah lagi Zeal harus fokus melihat kondisi jalan. Jangan sampai kondisi ingin menjenguk berubah menjadi orang yang akan dijenguk.
"Hati-hati" Ziya melingkarkan tangannya di pinggang Zeal
Entah apa yang membuatnya berani melakukan hal itu, entah karena takut karena dibonceng Zeal dengan kecepatan diatas normal, atau entah karena alasan lain. Tapi jika alasan Ziya melakukan itu untuk membuat Zeal merasa lebih tenang maka Ziya berhasil melakukannya. Kecepatan motor Zeal sedikit berkurang dari sebelumnya.
Mereka memasuki halaman gedung putih bergaya modern, diatasnya terpahat nama rumah sakit yang menurut orang-orang dikota ini adalah rumah sakit terbaik dalam hal melayani pasiennya. Zeal langsung memakirkan motornya dengan sembarang, Ia langsung bergegas masuk hingga lupa melepaskan helmnya.
"Gue kabarin yang lain dulu" Kata Ziya sambil mengetik sesuatu di layar smartphonenya.
Zeal mengangguk pelan lalu kembali berlari masuk ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Jingga
Novela JuvenilSeorang Enterpreneur muda sedang berada dalam pesawat di perjalanan udara untuk kembali ke negara asalnya. Dipandanginya gambaran awan di sisi luar jendela pesawat yang membawanya pada kenangan-kenangan lalu pada masa remajanya Masih diingatnya set...