Sang Pengubah

77 19 5
                                        

"Dia lebih suka kasih nasihat lewat perbuatan. Ga kayak orang-orang lain yang selalu kasih kita nasihat panjang lebar, tapi cuma sebatas omongan doang dan ga pernah ada aksinya"

-Pendapat Tama tentang Zeal-

Dipandanginya setiap sudut sekolah yang dulu tak pernah diinginkannya ini. Pada awalnya Zeal tidak pernah memiliki niat untuk masuk di Sekolah pilihan orang tuanya. Ia sebenarnya sudah mengambil ancang-ancang sejak SMP agar bisa masuk di sekolah yang pilih, untuk itulah ia belajar dengan sangat giat. Tapi tetap saja bukan orangtua Zeal jika keputusan yang mereka buat bisa diubah. Ia terpaksa mengikuti kemauan orangtuanya. Meskipun sekarang Zeal sudah cukup dapat menikmati kondisinya sekarang ini, tetap saja kekecewaan pada orangtuanya masih melekat dibenaknya.

Zeal melihat Luki yang bergaya aneh ketika memasuki kelas. Setiap hari sahabat Zeal yang satu ini pasti selalu punya hal-hal baru yang cenderung aneh bagi teman-temannya.

"Woi Luk, Lo kenapa?" Tanya Zeal.

"Dasar curang" Luki tiba-tiba bergerak dan mengunci leher Zeal dengan gerakan tangannya.

"Curang apaan?" Tanya Zeal yang masih kebingungan sambil berusaha melepaskan tangan Luki.

Ketika itu Tama masuk kedalam kelas dengan tersenyum. Ia sudah tidak heran dengan kelakuan sahabatnya Luki. Dibanding Luki, pembawaan Tama lebih tenang dan Pendiam. Diantara mereka bertiga, sebenarnya Tama adalah yang paling tampan. Hanya saja karena tidak memiliki keberanian untuk mendekati perempuan, sampai sekarang Tama masih memegang teguh predikat Jomblonya.

Luki melepaskan posisi tangannya dari leher Zeal. Zeal memegangi lehernya. Meskipun tidak serius tetap saja membuat Zeal tidak bisa bergerak.

"Curang apaan? Tanya Zeal lagi.

"Lo curi start, belum apa-apa udah pulang bareng Ziya aja. Lagian tumben deket sama cewek. Biasa lo paling ga peduli"

"Jadi Ziya itu murid baru yang kemaren ga sengaja kakinya gue buat terkilir. Jadi gue anterin pulang karena kakinya belum sembuh"

"Iyasih gue lihat juga kemarin jalannya agak aneh" Kata Tama

"Kok dia ikut PLS?" Tanya Luki

"Tuh tanya ketua OSIS" Jawab Zeal dengan memberikan isyarat mata kearah Tama

"Iya kan yang harus ikut PLS ga Cuma murid baru kelas 10. Lo gimanasih? Anggota OSIS kok malah gatau" Jelas Tama

Luki memang cenderung tidak peduli dengan segala peraturan OSIS, sebenarnya ia masuk ke Organisasi atas bujukan Zeal dan Tama. Karena meskipun Luki orang yang tidak bisa ditebak, ia punya banyak ide-ide kreatif yang sangat membantu ketika ada kegiatan.

Saat mereka masih sibuk dengan obrolannya. Ziya masuk kedalam kelas mengarah ke tempat duduknya yang berada didepan kursi Zeal. Ia menyapa Tama, Luki dan Zeal.

"Ze entar kita ke taman lagi?" Tanya Ziya

"Kita? Taman?" Tanya Luki heran

"Iya kemarin Zeal ajak Gue ke taman, ketemu anak-anak. Kalian taukan? Putri, Deni, Jata, terus anak-anak yang lain?"

"Lo bilang cuma nganterin Ziya pulang" Luki kembali melakukan gerakan kuncian yang kali ini membuat Ziya yang ada didepan mereka ikut terkejut.

"Iya sekalian lewat" Jawab Zeal dengan terbata-bata.

"Hahahaha" Tawa Tama

Ziyapun akhirnya ikut tertawa melihat tingkah Luki.

Mereka berhenti ketika Pak Kamal memasuki ruang kelas. Beliau adalah guru matematika yang mengejar di kelas Zeal. Dan kabar gembiranya selain Pak Sarum, Pak Kamal adalah guru lainnya yang juga sangat menyenangkan. Ketika hampir setiap murid di Indonesia tidak menyukai pelajaran matematika. Pak Kamal dengan caranya sendiri mampu membuat murid-muridnya menyukai atau paling tidak tertarik dengan matematika.

Renjana JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang