Prolog

100 35 25
                                    

Hujan turun sangat deras di daerah buah batu, waktu itu pukul sepuluh malam, ketika itu aku hendak pulang kerumah selepas kuliah. Aku memang punya penyakit pikun, tadinya aku membawa payung. Namun, naasnya payungku tertinggal di kelas. Alhasil, aku jadi kehujanan untungnya di dekat sini ada angkringan, lumayan untuk berteduh sekalian menghangatkan badan.

Terlihat sepi cuma ada 2 pengunjung, yang satu sedang asyik membaca koran yang satu sedang berbincang dengan Mang Aan sang pemilik angkringan.

"Mang wedang jahe hiji nya".

"Sakedap."

Aku pun langsung menuju kursi plastik yang tersusun rapih, kubuka ponsel ku untuk sekedar menghilangkan suntuk akibat hujan. pria itu mendatangiku dengan secangkir wedang jahe ditangannya.

"Sering kesini ya?"

Ia, pun membuka obrolan dengan pertanyaan singkat.

"Iyaaaa."

"Kuliah di daerah sini juga?"

"Iyaa."

Tak lama kemudian wedang jahe yang kupesan pun datang, aku menyesap dalam dalam dan menghirup aromanya, aku suka.

"Suka wedang jahe?"

Tanyanya lagi

"Iyaa."

"Iya terus, kaya gaada kata-kata lain hehe"

"Ya, lagian nanya terus sih"

"Ya gantian gitu nanya, oiya kita belum kenalan. nama lu siapa? Gua Rama"

"Hera."

"Nama yang bagus, tau artinya?"

"engga."

"akan gua beritau jika kita ketemu lagi."

Pria itupun meninggalkan ku, dengan wedang jahenya yang masih mengepul.

Dasar pria aneh.

"Nampaknya hujan kali ini akan mengubah warna warna kelabu yang mengelilingi ku selama ini, kuharap aku dapat melihat sebuah warna terang diluar sana"

- Aloe

Ini baru permulaan aja, kalo misalkan banyak yang respon Insha Allah aku bakal rutin posting kalo gaada kendala. Terimakasih untuk kalian yang udah vote+comment cerita aku

ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang