"Bukan! hidup memang bukan secangkir matahari
yang memantulkan dendamSebagai sehelai daun, aku menginginkan embun
yang memancarkan keteduhanAku tak pernah berkata dengan bahasa ombak
yang mengamalkan rapalan gempurAku tak suka membaca kitab petir
untuk mengukur gelegar di keluasan langitMemelihara lidah api dalam diri
hanyal awal dari roboh sebelum gosong sang jagat jiwa"🥀🥀🥀
- Author POV
Heranata Putri Dwi Atmaja ada seorang gadis berusia 26 tahun yang sedang mengemban pendidikan S1 di salah satu Perguruan Tinggi Negri di kota Bandung, Hera mempunyai pribadi yang sangat cuek dan dibilang sangat dingin, makanya dia tidak mempunyai banyak teman karena sikapnya itu. Namun, ada beberapa hal yang membuatnya merubah sikapnya itu.
"Lagi lagi hujan" decaknya kesal.
°°°
- Hera POVUntung nya pria itu beberapa hari lalu memberikan payungnya padaku. Hujan kali ini nampak deras hingga membuat bajuku separuh basah, aku memutuskan untuk mencari tempat berteduh. Aku melihat seorang nenek tua yang sedang duduk didepan sebuah ruko. Nampaknya nenek itu sedang menahan lapar terlihat dari raut wajahnya. Ku hampiri nenek itu
"Permisi nek."
"Iya, ada yang bisa saya bantu nak." sambil tersenyum kepadaku
"Tidak nek, ini aku ada sedikit makanan untuk nenek." Sambil memberikan sebuah biskuit yang berada di dalam tasku.
"Terimakasih nak, kamu anak baik kamu harus melanjutkan hidupmu, jangan terlalu larut dalam penyesalanmu dan jangan selalu menyalahkan dirimu sendiri. Nenek yakin adikmu akan bahagia disana"
Nenek itu menatapku lekat lekat, seolah ia tau semua yang sedang ku hadapi sekarang. Perkataan nenek itu membuatku benar benar kaget, darimana nenek itu tau kalau aku mempunyai masalah.
"Iyaa, nek. Aku permisi dulu ya."
Aku tak henti hentinya memikirkan perkataan nenek itu. Hujan pun sudah mulai reda dan akupun melanjutkan perjalananku menuju rumah.
Inilah rumah ku, tidak terlalu besar dan mewah aku hanya tinggal sendiri. Ya, aku suka kesunyian. Cuaca malam ini cukup dingin karena hujan sedari tadi tak kunjung berhenti .Aku memutuskan untuk membeli Wedang jahe untuk sekedar menghangatkan tubuhku. Aku suka sekali wedang jahe rasanya yang manis dan sedikit pedas karena si jahe, mampu membuatku ingin lagi dan lagi untuk meminumnya. Tidak begitu jauh dari rumahku untuk menemukan penjual wedang jahe. Namun, tetap wedang jahe Mang Aan lah favorite ku benar benar tidak ada yang mampu mengalahkan wedang jahe miliknya.
"Mang satu ya dibungkus."
Aku pun memesannya, dan lagi lagi aku kembali melihat pria itu untuk yang ketiga kalinya, benar benar menjengkelkan sekali dan dia pun tersenyum di hadapan ku bak seorang malaikat.
"Hai, kita ketemu lagi yaaa. dan lagi lagi saat hujan."
"Benar mengapa kita bertemu selalu saat hujan yaaa." Batinku
"Iya, oh iya payung lu nanti gua balikin."
"Gausah kaku gitu kali, santai mama gua jualan payung jadi masih banyak dirumah. gausah dikembaliin buat lu aja"
Aku pun hanya mengangguk mendengar ucapannya.
"Minum disini aja, nanti gua traktir deh. Lu juga bisa mesen makanan apa aja yang ada disini hehe"
Setelah kupikir pikir daripada aku dirumah sendirian, dan pasti ujung ujungnya akan bosen juga mendingan aku mengiyakan saja tawaran dia, lumayanlah ditraktir juga.
"Iyadeh, mang gajadi di bungkus ya minum sini aja."
"Iya neng."
Akupun duduk di hadapannya.
"Rumah lu sekitaran sini ya?"
Tanya nya, dan pasti dia akan mengintrogasiku lagi.
"Iyaaa, kenapa si lu selalu ngikutin gua?"
"Dih, kepedean amat lu.cuma kebetulan aja kurang kerjaan amat gua njir"
"Yakali gitu, abisnya lu selalu muncul dihadapan gua tiba tiba"
"Lu suka wedang jahe?"
"Iyaa, enak aja gitu."
"Oh, iyaiya"
Tak terasa jam sudah mneunjukan pukul 22.00 Wib, hampir tak sadar sudah lama juga ya ngobrol dengan pria aneh itu. Ternyata orangnya lumayan asik juga.
"Udah malem, pulang sana udaranya juga udah tambah dingin nanti lu malah masuk angin"
"Iyaaa, makasih traktirannya ya pria aneh"
"Anjirlah, gua ganteng gini. Yaudah hati hati"
Aku pun tersenyum, dan melihat punggungnya yang semakin lama semakin menghilang.
°°°
- Rama POVSemakin hari aku semakin penasaran akan Hera, feeling ku mengatakan dia bukanlah Athala. Namun, wajahnya sangat mirip. Apakah Athala punya kembaran? Dia tak pernah menceritakan nya padaku akan hal itu.
°°°
Hari ini aku ada jadwal kuliah, dan aku benar benar membencinya ini bukan pasion ku, Aku tak menyukai arsitektur dan itu yang membuat ku menjadi mahasiswa abadi. Sudah 7 tahun aku tak kunjung lulus, sedangkan teman teman ku sudah lulus 3 tahun yang lalu.
Aku bertemu dengan dosenku, namanya pak Anhar seorang pria lanjut usia, dengan pakaian kotak kotaknya yang selalu di padankan dengan celana bahannya berwarna coklat tua. Entah dia punya berapa banyak celana yang seperti itu, hampir setiap hari dia memakai celana yang sama.
Ku memasuki ruangannya, suasananya sangat mengerikan. Terlihat dia sedang duduk disebuah kursi dengan kacamata bundar yang bertengger di hidungnya.
"Ramaa..rama bapak sudah bosan dengan kamu, mana skripsi kamu sini bapak periksa."
Aku menyerahkan lembaran kertas putih yang membuatku muak.
"Ini pak."
"Haduhh, kamu ini. Ini masih salah, yang ini juga. Perbaiki lagi dan temui saya jumat depan semua harus sudah rapih"
"Gila aja kali, rasanya pen meninggal aja gua" Batinku.
"Iyaa pak."
Ketika ku keluar ruangannya pak Anhar, kulihat Hera hendak memasukinya. Kira kira Hera mau ngapain ya?
- Aloe

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow
Fiksi Umum[SLOW UPDATE] [VAKUM SEBENTAR PASTI BAKAL DI LANJUT] . . . Bagaimana perasaan mu bila kamu dicap sebagai bayangan saudarimu? Kau hanya bayangan yang tak kan pernah bisa jadi nyata. Heranata Putri Dwi Atmaja adalah seorang gadis biasa yang mempunyai...