#Bayang 8

22 7 0
                                    

"Tertawa adalah sebuah komunikasi, bukan hanya sekedar reaksi."


🥀🥀🥀


Hari ini cukup cerah, angin berhembus perlahan. Ku manfaatkan untuk berjalan jalan di sekitaran alun alun Bandung. Aku  duduk disebuah bangku panjang, terlihat ada dua orang anak kembar sedang menjilati es krim yang ada di tangannya.

Aku jadi ingat Athala, waktu itu sore hari. Aku dan Athala sedang bermain di beranda rumah, mama sedang membuatkan kami kue gandum coklat. Itu adalah kue kesukaan kami.

°°°

Flashback

"Kak, Kaka kalo udah gede mau jadi apa?"
Tanya nya sambil meyisirkan rambut Barbie dengan lembut.

"Kaka, gatau mau jadi apa kaka bingung, kalo kamu mau jadi apa?"

"Aku mau jadi jaksa, menuntut orang orang jahat"

"Wihh keren, akan Kaka dukung kamu"

Tak lama kemudian mama datang dengan membawa kue dan minuman segar.

"Anak anak mama yang cantik, lagi pada ngapain?" Tanya mama dengan nada yang lembut.

"Ini mah, Ade katanya mau jadi jaksa" Jawabku, sambil mengunyah kue yang sangat enak.

"Wah, bagus itu. Berarti kamu harus rajin belajar ya"

°°°

Namun, seiring berjalannya waktu mama lebih memperhatikan Athala. Aku sedikit merasa terasingkan. Akupun selalu mencari ketenangan diri diluar sana. Anak kecil itu mendekati ku dengan eskrim di tangannya yang menetes netes.

"Kaka kenapa nangis?" Tanya nya dengan wajah yang polos. Disitu aku benar benar tertegun, aku merindukan mu Thal.

"Engga, kaka ga nangis kok." Jawab ku sambil tersenyum kepadanya.

"Kaka namanya siapa?"

"Aku Hera, kamu siapa?"

"Aku alana, itu adik ku namanya Elina." Ia menunjuk seorang gadis kecil yang memakai dress biru.

"Haii." Sapa ku kepada gadis kecil disana.

"Kaka mau eskrim?" Tanya nya kepadaku.

"Engga,makasih."

"Alanaa, ayo pulang nak." Seorang wanita muda menghampiri kami, dia adalah ibu Alana.

"Ayukk, maa." Alana berlari menuju Elena dan mengikuti langkah papahnya menuju mobil diikuti mamanya di belakang.

Benar benar keluarga yang harmonis, tidak seperti keluarga ku. Aku merindukan kalian, tak terasa buliran bening membasahi pipi ku. Sejak umur ku 14 tahun mama dan papa sudah tak lagi memperdulikan ku. Mereka hanya terfokus kepada Athala saja, aku seakan akan tidak pernah hadir dalam kehidupan mereka. Semenjak itu pun aku menutup diriku untuk dunia luar, kegiatan ku diluar hanyak sekolah saja selepas itu, aku mengurung diriku dikamar.

Sampai suatu saat, aku pernah menjadi korban bully habis habisan oleh teman sekelas ku. Aku dijambak, di lempari saus, tepung dan air yang baunya sangat tidak sedap. Teman temanku tertawa bahagia melihatku seperti ini, hingga ku lihat Athala sedang menatapku di ujung lorong dan berlalu begitu saja tanpa menolongku.

Aku benar benar stress dan depresi berat saat itu, aku pun pernah menggores nadi ku menggunakan benda tajam. Untungnya bi sumi, langsung menolong ku dan membawaku kerumah sakit. Dan nyawaku lagi lagi tertolong. Hanya bi sumi yang peduli terhadap ku, dia kah yang selama ini menemaniku saat aku berusaha berjuang keras untuk mendapatkan nilai yang terbaik agar mama dan papa bangga terhadap ku. Namun, hal itu hanya sia sia saja. Mereka tak pernah mau melihat ku, dan hanya menganggapku sebagai sampah.

- Aloe

ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang