19

2.1K 376 37
                                    

Suasana di dalam ruang yang didominasi dengam cat putih ini sangat hening. Bahkan terlalu hening. Hanya terdengar suara detak jam dan suara angin yang masuk melalui celah jendela kamar inap ini.

"Jadi Jeongin-ah, kau mau berbicara apa?" tanya Hyunjin ramah pada Jeongin yang tengah duduk di samping kirinya sementara Felix tengah menatapnya kesal.

Saat Jeongin akan bersuara, Felix mengintrupsinya dan berkata dengan nada kesalnya.

"Wahh Jeonginie! Kau lihat Hyunjin bahkan ingat padamu dalam sekali pandang. Padahal tadi saat aku menjenguknya ia lupa padaku. Benar-benar keterlaluan. Ahh kalian flashback saja."

Hyunjin hanya bisa menatap jengah kearah Felix yang dijawab delikan oleh Felix. Jeongin hanya memperhatikan pasangan teraneh ini dengan pandangan tak percaya. Semua yang ada pada diri keduanya sangat unik.

"Dasar perempuan. Hatinya sensitif sekali seperti pantat bayi." sindir Hyunjin kepada Felix.

Mendengar sindiran Hyunjin yang ditujukan padanya, Felix langsung saja mendelik tak suka. Ia langsung mengambil bantal cadangan rumah sakit dan memukul kepala Hyunjin dengan bantal itu membuat yang dipukul mengaduh kesakitan.

"Terima ini heh! Aku ini pria! Pria! Dasar buta! Bibir tebal! Dower! Mati sana!"

"Aduhh! Fel! Sakit sialan! Heh! Kepalaku sedang luka bangsat! Kau cari mati hah?!" Hyunjin menghalangi luka di kepalanya menggunakan lengannya hingga akhirnya Felix menghentikan serangan yang membabi buta.

"Dasar bangsat!" umpat Hyunjin kesal sembari mengipasi kepalanya yang luka.

"Bicara lagi coba! Aku tak mendengarnya!" tantang Felix yang dijawab tatapan tajam dari Hyunjin.

"Tuli." sindir Hyunjin dengan suara pelannya namun masih mampu didengar oleh Felix.

"Apa?!"

"Tidak." jawab Hyunjin cepat sambil menggelengkan kepalanya cepat.

Hyunjin tak ingin membuang-buang waktu hanya untuk berdebatkan masalah sepele dengan si kepala batu.

Felix mendengus kasar. Ia masih kesal dengan Hyunjin. Walaupun yah cemburu pun ada.

Jeongin tertawa kecil memperhatikan pasangan trouble maker di depannya ini. Rasanya unik saja saat dua kepribadian disatukan kedalam suatu hubungan yang dilandasi rasa saling cinta.

"Ehh Jeonginie maafkan kami. Kau jadi terabaikan." ucap Felix begitu sadar bahwa masih ada Jeongin disana.

"Haha tak apa-apa. Harusnya aku yang minta maaf karena telah mengganggu waktu kalian." jawab Jeongin dengan cengiran yang tersampir di wajahnya, memperlihatkan behelnya yang menambah kesan imut pada Jeongin.

"Kami sedang tidak sibuk kok." sanggah Hyunjin dengan senyum ramahnya.

"Memangnya kau punya kesibukan lain selain mencari mati ehh?" tanya Felix tak suka ke Hyunjin yang dijawab ledekan.

"Sudahlah! Dasar kekanakan. Kasihan Jeongin."

"Iya iya." jawab Felix malas.

Jeongin tersenyum canggung saat keduanya menatap Jeongin intens. Walaupun tatapan yang ditujukan padany tatapan bersahabat, tetap saja canggung rasanya saat mengingat ia pernah menjadi orang ketiga diantara Hyunjin dan Felix.

"Ahh aku ingin meminta maaf atas perlakuan kakakku, Hyunsuk. Aku benar-benar minta maaf karena kakakku membuat Hyunjin masuk ke rumah sakit." ucap Jeongin sembari menundukan kepalanya tak berani menatap Hyunjin dan Felix secara langsung.

Hyunjin menatap kearah Felix sebentar sebelum keduanya menampilkan senyuman.

"Seharusnya kau suruh kakakmu untuk membunuhnya saja sekalian. Ia hidup hanya menjadi sampah." ucap Felix dengan nada bercandanya membuat Jeongin berani menatap keduanya.

"Hei! Jika aku mati siapa yang akan mengurus singa sepertimu?" tanya Hyunjin tak terima.

"Ada Soobin, Youngjae dan juga Wonpil yang siap menggantikan posisimu." dengan santai Felix menjawab hingga membuat Hyunjin menggertakkan giginya.

"Sekali lagi kulihat kau dengan mereka, kubuat jari manis mu hilang." ancam Hyunjin.

"Aww aku takut." ledek Felix.

"Dasar bocah! Mati kau mati!"

"Kalian lucu."

Ungkapan Jeongin tadi menghentikan acara berdebat pasangan autis disana. Keduanya saling memandang sebelum saling membuang muka dan memasang wajah ingin muntahnya.

"Kalian benar-benar serasi. Maaf karena telah menjadi perusak diantara hubungan kalian." maaf Jeongin tulus dengan senyuman hangatnya membuat Felix tak bisa menahaan senyumnya.

"Tak masalah. Ini bukan salahmu. Ini salah si bibir yang tak tahu terima kasih telah mendapatkan pacar sempurna sepertiku." balas Felix percaya diri.

"Lix." panggil Hyunjin dengan nada  seriusnya membuat perhatian dua uke teralihkan kepadanya.

"Ya?"

"Boleh serius?"

Felix hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Sebenarnya kau

































































































..... sangat burik."

Dan tawa Hyunjin menggelegar setelahnya.

"Dasar bajingan!"

"Ok ok maafkan aku."

"Oh iya Jeong."

"Iya apa Jin?"

"Sekarang dimana Hyunsuk?"

"Dipindahkan ke Canada."

"Woaah padahal aku belum sempat membalas tinjunya." ujar Hyunjin seakan-akan menantang Hyunsuk untuk kembali berduel.

"Setelah kau membalas tinju Hyunsuk, kujamin kau sudah berada di atas sana." jawaban Felix membuat Jeongin terkekeh.

Jeongin rasanya tak percaya tengah menjadi orang ketiga dari pasangan romantis nyerempet autis didepannya ini. Rasanya ia juga tak percaya melihat Felix memaafkannya dengab mudah.

Dengan senyuman yang tersemat Di bibirnya, Jeongin pergi meninggalkan pasangan yang masih asik berdebat di ruang inap. Sepertinya itulah cara mereka melepas rindu.


















Tbc
Vomment juseyooo~
Sorry for late update

Boy-friend? ||HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang