27

3.5K 338 60
                                    

Kaleng digenggamannya penyok tak berbentuk saat barang itu dijadikan pelampiasan amarah. Wajahnya yang tampan itu memerah (dalam artian marah dan menahan kesal bukan berblushing ria).  Giginya bergemeletuk. Urat dilehernya menonjol. Dan tangannya sedari tadi terkepal.

Sorot matanya menajam membuat siapa pun mengalihkan pandangan dari pria itu, seakan takut menjadi target banteng mengamuk. Bahkan teman satu gang nya pun, mundur dan bersikap was-was, mencoba siap siaga jika tiba-tiba pria ini mengamuk.

Pria itu berdiri, melempar kaleng itu sembarang arah dan akan melangkah jika saja sebuah lengan tak mencekalnya.

"Mau kemana?" tanya si pencekal dengan wajah calm nya meski masih terlihat ke was-was annya.

"Kau pikir saja bangsat!" balasnya sambil menghempaskan cekalan tangan temannya itu.

Namun sepertinya teman berwajah flat dan beraura swag itu masih tak menyerah untuk menahan kepergian temannya itu. Meski sebenarnya upaya nya menahan temannya itu agak berbahaya.

"Memangnya masih pantas?"

Dan yang ditanya membalikan badannya, masih dengan wajah seramnya ia bertanya menggunakan sebelah alisnya yang terangkat.

"Apa maksudmu sialan?"

"Memangnya masih pantas kau menghampiri dia setelah apa yang kau lakukan?"

BRAKK!

"Tutup mulutmu jika kau masih ingin hidup, keparat."

Nada ancaman serta kursi kayu yang kini hancur tak berbentuk akibat kencangnya lemparan ke dinding membuat semua yang melihat tak lagi berani menghentikan aksi si pria yang sedang mengamuk.

Dan pria itu kini telah pergi dari tempatnya merusuh dengan langkah lebarnya.
















"Berhenti mengikutiku Lee!" ucap submissive yang merasa risih pada tingkah salah satu dominan.

"Margamu juga Lee, babe." sahut song dominan ringan membuat kekesalan sang submissive bertambah.

"Hey margaku juga Lee!" yang kelebihan kalsium tak ingin kalah.

"Tak ada yang peduli tentang hal itu, tiang Taipei." sahut Lee tadi sembari menggendikkan bahunya.

"Sialan kau Lee!" balas Lee yang disebut tiang tadi sembari menggebrak meja.

"Hey, margamu juga Lee."

"Bukankah tak ada yang peduli dengan hal itu?" sahutnya ketus.

"Hanya mencoba mengingatkan siapa dirimu itu, tiang."

"Berhenti memanggilku tiang dasar cebol!"

"Lee dihadapan kitalah yang cebol, bukan aku!"

Perdebatan yang sama sekali tak memiliki arti ini membuat submissive yang sedari tadi diam berada di ambang kesabarannya. Dengan segera ia menyiramkan segelas es teh nya (yang sedari tadi tak tersentuh karena dua orang dihadapannya ini selalu menggangunya)  ke dua Lee di depannya.

"Shut up!" umpat Felix, so submissive bermarga Lee itu sembari beranjak dari kantin.

Meninggalkan dua pria bermarga Lee yang kini dalam keadaan setengah basah yang menatap kepergiannya dengan tatapan kagumnya.

"Damn, Felix is ​​so sexy when upset." sahut Mark, Lee yang selalu mengikuti Felix sedari tadi, yang diangguki oleh Guanlin, Lee berperawakan tiang dari Taipei.

"Untuk kali ini, aku setuju denganmu Lee boncel."

"Whatever."

"Bangsat, kau masih berhutang penjelasan padaku." sahut Guanlin saat otaknya teringat akan sesuatu.

"Huh?"

"Kenapa kau pindah sekolah sialan? Satu sekolah gempar karena murid baru asal NCTHS ini."

"Seperti yang sudah kuberitahu, ini sudah tersusun di otakku." sahut Mark sembari meraih tisu yang disediakan kantin lalu mengelap bagian tubuhnya yang basah.

"Apapun itu jangan libatkan Felix kedalam masalahmu brengsek."

"Sebelum aku memulai semuanya pun, Felix sudah terlibat, bung."

"Hentikan rencana gilamu, aku takkan mengijinkannya." balas Guanlin dengan nada penuh perintah.

"Hey tenang saja tiang. Felix mu aman bersamaku."

"Aku tak yakin."

"Memangnya siapa yang berani menyakiti Felix, huh?" tanya Mark bingung.

Dan bertepatan dengan pertanyaan Mark, pria jangkung dengan bibir kissable nya melewati meja yang mereka tempati dengan langkah yang terlihat penuh amarah.

"Dengan pria memble sialan itu, c'mon boncel. Felix in danger." ajak Guanlin sembari menarik paksa Mark untuk segera menyusul Felix untuk memastikan tak terjadinya perang dunia kedua.

Mark yang ditarik paksa pun, terima saja karena dirinya pun merasa harus mengetahui sosok lawannya ini.

"Sudah kuduga, pria dengan tinggi seperti tiang itu tak jauh dari kata brengsek."

"Tutup mulutmu atau kita sparring."

"Dan mudah terpancing."






















Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boy-friend? ||HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang