19

2.3K 350 85
                                    

Kapal terakhir sudah siap berlayar. Penumpang kapal Ongniel dipersilakan untuk mempersiapkan diri ^^

.

.

.

.

.


Daniel tidak mengerti kenapa hari ini dia begitu sial. Baru saja datang ke sekolah, ia sudah dihadapkan pada sosok Seongwoo yang sedang memeriksa kelengkapan atribut seragam siswa. Semangat mengikuti pelajaran hari ini seketika luntur dan buyar seketika.

"Buka ja- Daniel?" suara Seongwoo tiba-tiba mengecil saat melihat orang yang ada dihadapannya.

"Buruan. Gue males liat muka lo." Gumam Daniel. Seongwoo berdehem sesaat untuk menetralisir detak jantungnya yang mendadak berpacu cepat.

"Hmm, semuanya lengkap. Tapi bakalan lebih bagus kalo baju lo dimasukin." Kata Seongwoo pelan.

"Ck, iya!"

Daniel langsung meninggalkan tempat itu dan menuju kelasnya. Namun tiba-tiba Seongwoo memanggilnya.

"Daniel..."

"Apa lagi sih?!"

"Ntar istirahat, lo bisa ke rooftop nggak? Ada yang mau gue omongin ke lo." Kata Seongwoo. Daniel langsung memasang wajah sinis mendengar permintaan itu.

"Lo udah tau jawabannya apa."

Daniel tidak mempedulikan tatapan siswa kelas 10 yang mendadak bergerombol menonton pertengkarannya dengan Seongwoo. Ia bahkan tidak peduli kalau Seongwoo sekarang sudah menahan diri untuk tidak berlutut dan menangis di depan Daniel.

"Cuma sekali ini aja, abis itu gue janji nggak bakalan ganggu hidup lo lagi. Ini yang terakhir, Niel." Kata Seongwoo dengan suara bergetar. Daniel menghela nafas panjang, ia benci melihat Seongwoo seperti ini, yang memohon dan meminta belas kasihnya.

"Lo telat semenit, kesempatan lo ilang."

Setelahnya Daniel pergi dari sana. Ia tidak ingin terlalu lama memandang wajah sendu mantan kekasihnya yang selalu sukses melemahkan dinding pertahanannya. Demi apapun, Daniel tidak pernah bisa menang saat Seongwoo menatapnya dengan sedih seperti itu.

Karena pada salah satu sudut hatinya, Daniel masih mencintai Seongwoo.


oooOooo


Angin semilir membelai lembut wajah dua orang itu. Tak ada kata yang keluar, keduanya masih sibuk berdiam diri dengan pikiran masing-masing yang berkecamuk hebat. Tak ada yang berniat untuk membuka percakapan, meski semua kalimat yang dipersiapkan sudah berada di ujung lidah. Namun entah mengapa semuanya terasa percuma, keberanian mereka seolah mendadak lenyap terhempas angin.

"Lo mau ngomong apa?"

Akhirnya Daniel mengalah dan memilih untuk memulai percakapan. Ia tahu Seongwoo sedang menyiapkan segenap perasaan hanya untuk berhadapan dengannya.

"Ini soal... kita." Kata Seongwoo dengan pelan. Daniel berdecih geli, entah pada bagian mana dari kalimat Seongwoo yang terdengar lucu di telinganya.

"Udah nggak ada 'kita' lagi, yang ada 'lo sama gue'." Tandas Daniel.

"Oke, ini soal lo sama gue." Seongwoo menarik nafas sejenak, "apa yang lo liat waktu itu, yang gue sama Dongho ciuman, itu nggak kayak yang lo pikir selama ini. Gue nggak pernah ada rasa sama dia sama sekali, gue cintanya cuma sama lo, Niel. Gue nggak pernah ingkar janji gue."

[1st Book] Trouble BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang