30

1.9K 277 49
                                    

Woojin melemparkan tubuhnya ke sofa sembari menghela nafas panjang. Motor terakhir baru saja selesai ia perbaiki, sebentar lagi akan diambil oleh pemiliknya. Memang kerusakanya tidak parah, tetapi membongkar hampir seluruh bodi motor tentu saja sangat melelahkan.

"Kak Woojin!"

Senyum Woojin terkembang saat sesosok pemuda manis berlari kecil menghampirinya. Ditangannya terdapat sekantung belanjaan berisi minuman kaleng dan beberapa camilan ringan.

"Kamu dianter siapa, Seob?" tanya Woojin. Hyungseob hanya nyengir yang membuatnya terlihat sangat menggemaskan. Ngomong-ngomong, Woojin sekarang membiasakan dirinya mengobrol dengan Hyungseob menggunakan kata "kakak-kamu" daripada "lo-gue" supaya pemuda manis itu nyaman.

"Aku naik bus kesini. Lagipula jaraknya juga nggak terlalu jauh." Hyungseob mengeluarkan sekaleng soda dan mengulurkannya pada Woojin. "Minum dulu, kak. Pasti kakak haus habis bongkar pasang motor seharian."

Woojin menerimanya dan langsung meneguk soda itu dengan cepat. Ia terlihat sangat kehausan.

"Wah, segernya. Makasih Seob." Kata Woojin. Hyungseob hanya mengangguk kecil.

"Permisi, apa motor saya udah selesai diperbaiki?" seorang pemuda masuk ke bengkel saat Woojin dan Hyungseob asyik mengobrol.

"Oh, udah kak. Barusan selesai." Woojin menyerahkan kunci motor pada si pemuda. "Dicoba dulu kak, mungkin ada yang belum sreg menurut kakak."

Pemuda itu mencoba menyalakan motornya dan sedikit memainkan gasnya. Ia pun memeriksa seluruh detail motor dengan seksama.

"Udah bagus kok. Jadi semuanya berapa?"

"150.000, kak."

Pemuda itu mengulurkan sejumlah uang pada Woojin, yang langsung diterima oleh Woojin sambil tersenyum.

"Makasih banyak, ya."

"Sama-sama, kak. Kalo motornya masih belum enak, bawa kesini lagi aja. Ntar saya benerin lagi, gratis." Kata Woojin. Pemuda itu hanya mengangguk dan segera meninggalkan tempat itu.

"Wah, lumayan juga untungnya ya, kak." Kata Hyungseob saat Woojin mengeluarkan semua uang yang ia dapatkan hari ini.

"Bukan punya kakak semua, Seob. Ini punya yang punya bengkel, ntar kakak dikasih upahnya 20% dari ini." Kata Woojin. Hyungseob hanya mengangguk mengerti. Manik bundarnya menatap Woojin yang sedang sibuk menghitung uang.

"Muka kakak kotor banget." Hyungseob mengambil sapu tangan dan membersihkan wajah Woojin dari noda oli dan kotoran lain.

"Eh, jangan pake sapu tangan, ntar kotor. Ntar kakak cuci muka aja, Seob." Woojin menjauhkan wajahnya dari Hyungseob. Namun Hyungseob malah mendekat dan memaksa Woojin agar menghadap kearahnya.

"Kalo ntar-ntar pasti kakak lupa. Nggak lucu dong ganteng-ganteng mukanya cemong-cemong sama oli." Kata Hyungseob. Woojin hanya terkekeh kecil, Hyungseob benar-benar menggemaskan.

"Pulang ini mau jajan apa? Kakak traktir deh." Ajak Woojin

"Nggak usah, kak."

"Loh, kok nggak usah? Kan kamu udah repot-repot bawain kakak minum sama cemilan kesini."

"Uangnya kakak tabung aja. Kakak lebih butuh uangnya daripada aku. Lagian tadi sebelum kesini aku udah makan, biar kakak nggak traktir aku." Ujar Hyungseob. Woojin sedikit tercenung, diam-diam Hyungseob perhatian padanya.

"Yaudah, kapan-kapan aja kakak traktir kamu. Kamu nggak boleh nolak kalo sampe kakak traktir kamu." Kata Woojin.

"Iya, terserah kakak aja deh." Kata Hyungseob sambil tertawa. Woojin mengusak rambut Hyungseob, tetapi sedetik kemudian ia tersadar kalau tangannya masih terkena noda oli.

[1st Book] Trouble BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang