7

3.2K 499 170
                                    

Warn! Chapter ini sangat emosional. Sebelum baca, ada baiknya siapkan hati terlebih dahulu

.

.

.

.

.

Jonghyun mengerutkan keningnya heran ketika menemukan adik-adiknya ada di rumah dalam jumlah yang lengkap. Mereka bahkan terlihat belajar di ruang tengah walaupun tidak belajar bersama seperti biasanya.

"Eung? Kakak ngapain nggak masuk?" Euiwoong terlihat bingung ketika melihat Jonghyun tidak kunjung masuk. Jonghyun melempar senyum tipis.

"Kakak seneng kalian semua ada di rumah." Kata Jonghyun. Hanya Euiwoong yang tersenyum, yang lainnya sama sekali tidak mengalihkan pandangan mereka dari buku mereka.

"Kalian semua udah makan?" tanya Jonghyun.

"Belum. Kakak mau masak lagi? adek bantuin ya." kata Euiwoong. Jonghyun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Gue sama yang lain delivery aja. Lo nggak usah masak banyak-banyak, kak." kata Daniel. Jonghyun menghela nafasnya berat.

"Susah banget ya cuma ngehargain kakak? Kakak udah bela-belain balik cepet biar bisa masak sama makan bareng kalian. Tapi kayak gini sikap kalian ke kakak?" ujar Jonghyun. Youngmin membanting buku paketnya dan menatap Jonghyun tajam,

"Lo yang mulai, kak. Lo yang bikin kita nggak betah di rumah. Lo yang bikin kita lupa sama rasa masakan rumah. Kalo bukan gara-gara adek, kita semua udah nggak mau tinggal disini lagi. percuma punya rumah besar, motor bagus, hape bagus tapi keluarga kita berantakan, dan semuanya gara-gara lo!" seru Youngmin. Jonghyun mengepalkan tangannya dengan kuat, menahan diri agar tidak kelepasan didepan Euiwoong yang menatap mereka berdua dengan mata berkaca-kaca. Perasaan si bungsu Kim amatlah halus, ia tidak pernah bisa mendengar suara keras atau bentakan.

"Makanya kakak mau mulai lagi sekarang. Kakak mau memperbaiki apa yang udah ilang dari kita. Kakak sibuk gini buat kalian semua, biar kalian bisa sekolah, bisa jajan, bisa beli ini itu, bisa main kemana-mana, bisa punya motor bagus, bisa punya baju sama HP mahal. Semuanya buat kalian. Tapi apa pernah kalian ngertiin kakak dikit aja? Apa pernah kalian paham sama posisi kakak yang serba sulit? Nggak pernah kan? Tapi apa kakak nuntut kalian buat paham semuanya? Nggak kan?"

Jonghyun mengeluarkan semua keluh kesahnya tanpa bisa dicegah. Sudah cukup ia menahan semuanya, sudah saatnya kelima adiknya tahu betapa berat posisinya saat ini. ia tidak hanya kehilangan masa mudanya yang menyenangkan, tetapi ia juga kehilangan waktu untuk berkumpul bersama adik-adiknya.

"Apa yang mau lo perbaikin kak? semuanya udah rusak! Keluarga kita udah nggak kayak dulu lagi. jadi lo nggak perlu repot-repot buat perbaikin karena dari awal lo yang ngerusak semuanya!" kata Daniel dingin.

"Sekarang lo balik nyalahin kita, kak? Lo sendiri yang bikin keluarga kita jadi berantakan! Lo sibuk sama kerjaan lo tanpa pernah peduliin kita!" desis Jaehwan tanpa takut. "Sekarang gue tanya, pas Woojin tanding taekwondo, lo dateng buat dukung dia nggak? Pas gue tampil di acara besar sekolah, lo dateng nggak? Pas Daniel lomba dance, lo dateng nggak? Atau pas kak Youngmin jadi juara di final olimpiade sains nasional, lo kasih dia selamat nggak? NGGAK, KAK! LO NGGAK LAKUIN ITU SEMUA!"

"Jangan bersikap seolah-olah lo korban disini, kak. Korban sebenernya itu kita, adek-adek lo yang lupain dan lo tinggalin demi kesibukan lo! Asal lo tau, gue, kak Youngmin, kak Jaehwan, sama kak Daniel kayak gini biar dapet perhatian dari lo! Tapi apa, lo anggep kita pembawa onar, pembawa masalah, berandalan, atau malah adek yang brengsek! Kita capek, kak. Kita udah muak!!" seru Woojin.

[1st Book] Trouble BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang