Nona Senja

22.1K 1.4K 3
                                    

Waktu cepat berlalu, tak terasa hari ini adalah tahun pertama aku menjalani hubungan dengannya. Ya, tahun pertama yang kulalui dengan rumitnya, namun selebihnya aku bahagia.

Gana, ia telah sepenuhnya berhasil mengambil alih hatiku. Ia berhasil membuatku menjadi manusia yang paling berbahagia. Ia mampu menggantikan duka menjadi suka. Tak pernah sama sekali ia membuatku menitikkan air mata.

Dia selalu berada dihatiku, ia memiliki tahta tertinggi disana. Hati kecilku selalu berkata, ia lebih dari sempurna. Tak pernah aku mencintai seseorang sedalam ini. Aku benar-benar jatuh sejatuh-jatuhnya. Aku berjanji pada diriku dan Tuhanku, aku akan terus mencintainya, sampai kapanpun. Tak peduli aku bersamanya ataupun tidak, janjiku akan tetap berlaku.

Aku dan Gana berada di pantai, hanya berdua. Kami berjuang mendapatkan izin, awalnya kami tak diizinkan karena lokasinya sangatlah jauh. Namun, pada akhirnya Gana berhasil mendapat izin karena ia menyuap orang tua kami dengan janji makan malam, tepat pada hari ini juga.

Aku dan dia banyak berbincang hari ini, tidak ada rasa canggung lagi. Berkali-kali aku melihat tatapan iri dilayangkan kepada kami, tapi aku tak menggubris tatapan itu. Aku terlalu sibuk menikmati kebahagiaan yang berlebih. Aku menghabiskan waktuku dengannya. Momen seperti ini tak akan pernah ku lewatkan bahkan ku lupakan.

"Alea, terima kasih."

"Untuk apa, Gana?"

"Segalanya. Aku berterima kasih karena kamu telah mengisi hari-hariku dengan kebahagiaan. Aku berterima kasih karena kamu memilih bertahan saat aku menjauh. Aku sangat berterima kasih, aku mencintaimu lebih dari aku mencintai diriku sendiri," Gana memelukku erat.

"Sama-sama, Gana. Aku juga mencintaimu."

Gana melepaskan pelukannya. Aku tersenyum dan ia membalasnya. Setelah itu, kami berjalan beriringan menyusuri pantai. Ditemani semilir angin dan suara debur ombak yang mesra. Suasana seperti ini lebih dari cukup untukku. Cinta memang luar biasa, dimanapun tempatnya, ia akan tetap terasa istimewa.

"Alea, mari kita pulang," ajaknya.

"Jangan dulu, Gana."

"Kenapa?"

Aku tak menjawab pertanyaannya, aku menatap langit yang berwarna jingga, lalu menatap Gana lagi. Gana tersenyum, lalu mengelus puncak kepalaku gemas.

"Baiklah, Nona Senja."

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang