Residivis

14.7K 1K 19
                                    

"Al, Alea. Tunggu!"

Aku tak menggubris teriakannya. Aku terus melangkahkan kakiku menjauhinya. Aku tak menyangka ia bisa sejahat itu. Siang ini, sepulang sekolah, Gana dan Thea menghilang dari kelas. Aku mencari mereka ke seluruh penjuru sekolah, namun aku tak menemukan mereka. Aku pergi menuju rooftop, tempat favorit Gana di sekolah ini. Samar-samar aku mendengar suara riuh tawa ketika aku berada di tangga. Aku yakin, mereka berada di rooftop. Dan benar, aku mendapati mereka sedang bercanda dan tangan Gana mencubit pipi Thea dengan senyuman bahagianya.

Gana berhasil mengejarku, ia menarik tanganku supaya aku menghentikan langkahku. Aku memutar badanku lalu menghentakkan genggaman tangan Gana.

"Al, aku bisa jelasin."

"Apa? Jelasin apa? Tidak perlu menjelaskan apapun, semuanya jelas," ucapku dengan penekanan pada setiap katanya.

"Al, dengarkan aku dulu-"

"Sudah, cukup. Aku tidak mau mendengarkan apapun dari bibir kamu itu," ucapku sambil menunjuknya.

Emosiku sudah berada dipuncak dan tidak bisa ditahan lagi. Aku mengatur napasku yang tersengal-sengal saking emosinya.

"Mau menjelaskan apalagi? Aku sudah melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri."

"Alea, maafkan aku."

Aku terdiam. Rasanya sulit sekali untuk melupakan kejadian di rooftop beberapa menit lalu. Aku memejamkan mata sejenak. Aku sedang dikuasai ego, seharusnya aku mendengarkannya dan memaafkannya. Aku yakin hal tersebut tidak disengaja oleh Gana. Aku mencoba berpositive thinking.

"Baik, aku memaaf-"

"Gana, kenapa kamu meninggalkan aku di rooftop? Aku takut," ucap seseorang sembari menitikkan air mata.

Thea berlari lalu menghamburkan diri untuk memeluk Gana di depanku. Aku mengira Gana akan melepaskannya, tetapi kenyataannya tidak. Ia malah memeluk Thea sangat erat. Ia menenangkannya.

"Maaf, Thea, maaf. Aku tidak bermaksud untuk meninggalkan kamu. Jangan takut, ada aku disini."

Gana mengucapkannya dengan tulus. Thea semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang Gana.

"Tenanglah, Thea. Sebagai gantinya, aku akan mengajakmu pergi ke taman, mau, ya?"

Thea mengangguk lalu tersenyum.

"Terima kasih, Gana. Aku mau satu hal lagi."

"Apa?"

"Ikut ke rumahku, aku akan memperkenalkanmu dengan orangtuaku."

Gana mengangguk lalu mengusap kepala Thea lembut. Gana sama sekali tak melihatku. Mungkin ia lupa bahwa aku, kekasihnya, melihatnya berpelukan dengan wanita lain.

Aku tersenyum hambar. Baru saja aku memaafkannya, ia menghancurkanku lagi, kali ketiga dihari yang sama. Aku menatap mereka berdua yang tak mempedulikan adanya aku disini. Air mataku menggenang, mendesak untuk keluar. Aku memilih untuk melangkahkan kaki meninggalkan mereka. Kuseka air mataku yang satu persatu meleleh dipipiku.

"Kamu jahat, Gana. Dalam waktu kurang dari satu hari, kamu berhasil membuatku hancur lebur."

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang