Aku, Kamu, Kita Satu

20.2K 1.3K 9
                                    

Malam ini, keluargaku dan keluarga Gana makan malam bersama disebuah restoran di kota pusat. Gana sengaja membooking restoran ini untuk acara keluarga kami. Aku merasa panik karena ini adalah kali pertama aku bertemu dengan Mama Gana -Tante Ranti- setelah kejadian beberapa bulan lalu saat beliau menamparku. Sedikit takut memang, namun aku harus bersikap biasa saja karena aku tak ingin menghancurkan acara spesial yang Gana buat.

Aku merasa resah, aku tak berani menatap mama Gana yang duduk di depanku. Gana yang berada di sebelahku sepertinya mengetahui keresahanku. Aku menggenggam tanganku gelisah, mencoba menetralkan detak jantungku yang semakin cepat.

"Al, kamu kenapa?" tanya Gana berbisik.

Aku menggeleng perlahan. Ingin rasanya aku menceritakannya kepada Gana, namun aku merasa tidak pantas untuk itu.

"Jangan takut, aku disini."

Aku tersenyum mendengarnya. Kemudian ia menggenggam tanganku yang dingin.

Papa berdehem, kemudian mulai membuka suara, "Malam ini adalah malam spesial untuk kita karena hari ini kita semua berkumpul disini untuk memenuhi undangan Gana sekaligus merayakan hari jadi mereka yang pertama," ucap Papa sambil tertawa disusul dengan gelak tawa Mamaku dan papa Gana, namun tidak dengan mama Gana.

Aku merasa bingung, hatiku berkecamuk. Hatiku bertanya-tanya, apakah mama Gana membenciku? Tidak, aku tidak boleh berpikir buruk tentang beliau.

"Alea," suara Mama Gana memanghilku membuat jantungku berdetak makin tak karuan.

Aku menatap Mama Gana dengan tatapan takut, aku mengeratkan genggaman tanganku dengan Gana.

"Iya, Tante?"

"Emm, Tante ingin meminta maaf."

Ucapan Tante Ranti barusan mengejutkanku. Bukan hanya aku, semua orang yang berada di meja itu sama terkejutnya. Sepertinya mereka bingung.

"Tidak apa-apa, Tante," aku mencoba tersenyum tulus.

"Minta maaf untuk apa, Ma?" tanya Gana penasaran.

Tante Ranti menunduk. Beberapa detik ia terdiam, lalu berkata, "Mama pernah menampar Alea, Gana."

"Apa? Kenapa Mama tampar Alea, Ma?"

"Waktu itu, Alea menanyakan kepada Mama kenapa kamu berubah. Mama merasa sangat terganggu, jadilah Mama menamparnya. Sekali lagi maafkan Tante, Alea. Tante tidak sengaja," ucap Mama Gana dengan mata berkaca-kaca.

Aku melepaskan genggaman tanganku dengan Gana, lalu melangkahkan kaki mendekati Tante Ranti kemudian memeluknya.

"Tidak apa-apa, Tante. Justru Alea yang meminta maaf karena mengganggu ketenangan Tante."

"Tidak, sayang. Kamu tidak bersalah," ucap Tante Ranti.

Papa Gana menengahi, "Sudah, tidak ada yang bersalah. Daripada kalian menangisi kejadian yang telah berlalu, lebih baik kita bersenang-senang hari ini. Iya, kan, Gana?"

"Iya, Pa. Lebih baik Mama dan Alea bersenang-senang malam ini. Lagipula Alea pasti memaafkan Mama, Alea kan baik hati, suka menabung, tidak sombong," ucap Gana sambil terkikik.

Papa Gana menarik tissue lalu mengepalnya dan melemparkannya pada Gana. Gana berhasil menghindar.

"Yey, nggak kena," ucap Gana sambil tertawa.

"Dasar. Untung anak Papa, kalau bukan sudah Papa buang kamu di rawa-rawa," ucapan Papa Gana sontak membuat kami tertawa.

"Sudah, sudah. Mari kita makan, Gana lapar," ucap Gana sambil mengelus perutnya.

"Ya sudah, yuk. Selamat makan Papa, Mama, Ayah, dan Bunda," ucap Gana.

"Selamat makan juga, Gana," ucap mereka serempak.

Gana menatapku, "Selamat makan, sayang."

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang