Kenapa?

17.2K 1.1K 1
                                    

Tiga hari lalu, Gana memaksa orang tuanya untuk segera membawanya pulang dari rumah sakit. Ia bilang, ia tak suka terus-menerus mencium bau rumah sakit yang khas oleh bau obat. Orang tuanya pun menuruti permintaannya -pemaksaannya yang lebih tepat- karena tak tega. Pada akhirnya, Gana dipulangkan.

Hari ini, aku berada di rumah Gana untuk sekedar menghabiskan waktu di rumahnya. Sebenarnya, Tante Ranti memintaku untuk menjaga Gana karena ia akan membuat kue. Aku menyetujuinya dengan senang hati.

"Alea, aku bosan di rumah."

Aku menghembuskan napas perlahan, "Akupun begitu."

Beberapa detik kemudian, ia menatapku sembari tersenyum, "Kita ke danau, yuk."

"Boleh, tapi, apakah kamu diperbolehkan?"

"Pasti. Lihat saja," ucapnya sambil tersenyum.

Gana melangkahkan kakinya menuju dapur. Aku tahu apa yang akan dilakukan olehnya. Ia akan mengeluarkan jurus andalannya, yaitu pemaksaan.

Aku mengikutinya. Aku terlalu ingin tahu, pemaksaan seperti apalagi yang akan digunakan olehnya. Namun hal ini kulakukan tanpa sepengetahuannya.

Sesampainya Gana di dapur, ia memeluk mamanya dari belakang.

"Ma," ucap Gana dengan suara memelas.

"Ada apa, Gana. Kamu ingin sesuatu?" jawab mama Gana sembari memipihkan adonan kuenya dengan rolling pin.

"Gana ingin pergi ke puncak."

Tante Ranti menghentikan aktivitasnya. Lalu melepaskan tangan Gana dari perutnya dan menghadap Gana.

"Anak mama yang tampan ini, puncak itu jauh. Lagipula, kamu baru saja sembuh. Kamu ingin membuat mamamu khawatir lagi?"

Ia terdiam sebentar, lalu tersenyum, "Ma, anggap saja ini adalah salah satu permintaan terakhir Gana."

Aku yang mendengarnya merasa bingung, mengapa Gana berkata seperti itu?

Aku menatap mereka lagi, aku tak berbohong, manik mata Gana berubah menjadi sendu.

"Gana," ucap Tante Ranti pelan.

"Baiklah, Gana akan pergi ke danau. Gana tidak akan pergi jauh-jauh."

Ia kemudian melangkahkan kakinya untuk keluar dari dapur. Aku tergesa-gesa untuk kembali duduk di ruang tamu sebelum Gana melihatku.

Sesampainya aku di ruang tamu, aku mengambil handphoneku dan berpura-pura sibuk.

"Alea, yuk, kita pergi," ajak Gana seraya menjulurkan tangannya. Akupun menerima juluran tangannya kemudian berdiri.

"Sudah izin?"

"Sudah."

Sambil membuka pintu, Gana berteriak, "Ma, aku dan Alea berangkat. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," teriak mama Gana, juga.

Aku menunggu Gana yang sedang mengambil mobilnya di garasi. Kepalaku sibuk memikirkan maksud kalimat Gana, anggap saja ini adalah salah satu permintaan terakhir Gana.

"Sebenarnya ada apa denganmu, Gana?"

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang