Untuk kamu, seseorang yang kucintai hingga akhir hayatku.
Hai, Nona Senja. Apa kabar? Kedengarannya lebih baik tanpa adanya aku. Aku disini dalam keadaan baik. Jangan mencemaskanku, jangan pula gampang merindukanku.
Surat ini ku tulis tepat satu bulan setelah kamu pergi meninggalkanku dan aku tak tahu menahu kemanakah kamu memijakkan kakimu di bagian bumi ini. Aku menyesal sempat membuatmu menuruti amarahku untuk pergi dari hadapanku. Namun penyesalan itu tak berarti lagi karena kamu terlanjur pergi.
Saat kamu membaca surat ini, mungkin aku sudah tak bernapas lagi dan mataku telah tertutup damai. Aku tak lagi ada untuk menemanimu karena Tuhan menakdirkanku hidup hanya sesaat dan sangat singkat. Aku tak marah untuk itu, bahkan aku bersyukur karena disisa hidupku, Tuhan mempertemukan kita dengan cara yang indah.
Aku tak mau bertele-tele untuk mengatakan maksudku menulis surat yang entah berarti atau tidak bagimu, aku berharap kamu membacanya dan menyimpannya rapi-rapi sebagai kenangan.
Pertama kali retina kita bertemu, aku telah merasakan sesuatu yang menggetarkan hatiku. Kamu menarikku ke dalam pesonamu. Hatiku terikat, sangat erat. Apalagi ketika jarak kita sangat dekat, tanpa sekat, jantungku berdetak lebih cepat.
Hari hari berlalu, persahabatan kita membuatku tak mampu menyembunyikan rasaku. Aku mengungkapkannya dengan setitik keberanian, aku takut kamu tak mempersilakanku memasuki hidupmu. Dugaanku tak benar, kamu mengizinkanku.
Kita melalui segalanya bersama. Namun, suatu hari, aku bertemu dengan gadis lain. Aku jatuh hati padanya, lalu dengan bodohnya, aku mulai mengacuhkanmu yang sebelumnya memenuhi ruang hatiku. Aku memilih gadis penipu itu daripada cinta tulusmu. Aku meninggalkanmu dengan luka yang tak terkira.
Aku mengukir kisah baru tanpa sepengetahuanmu. Maafkan aku, waktu itu, aku terlalu bodoh untuk mengerti arti menjaga hati.
Selepas kau pergi, dengan angkuhnya gadis itu menceritakan kebusukannya. Ia mencampakkanku begitu saja, meninggalkanku dengan segala penyesalan telah mengusirmu dari hidupku. Aku merasa tak berguna lagi untuk hidup. Mulai saat itu, aku mulai menyerah dengan keadaan. Aku tak mau lagi berurusan dengan wanita selain mamaku, aku tak mau lagi menghalangi penyakit sial ini menggerogoti tubuhku. Aku kehilangan tujuanku. Kehilangan arahku, pun kamu.
Aku telah sampai di penghujung waktu, aku sempat meminta kepada Tuhan untuk memberiku sebentar waktu untuk bersamamu. Tetapi, semua sia-sia, Ia tak mengabulkannya barang sedetikpun. Ia terburu-buru untuk membawaku pulang, akupun tak berani menentang. Aku memasrahkan diriku untuk-Nya dengan satu harapan, kamu menemaniku di saat-saat terakhirku menghembuskan nafas.
Sekedar memberi tahu, aku selalu mencintaimu dalam hidup maupun matiku.
Ragaku mungkin telah mati, percayalah, cinta kita akan abadi. Aku bahagia pernah memilikimu. Aku senang bisa melihatmu tersenyum meskipun bukan karenaku. Bahagialah selamanya. Jangan pernah bersedih dan jangan pernah menyesali apa yang sudah terjadi. Carilah penggantiku yang lebih mengerti kamu daripada aku. Jangan mencari yang sepertiku yang selalu menyakitimu.
Aku pergi, aku berjanji akan mengingatmu dalam tidur panjangku. Jangan bersedih, tersenyumlah apapun keadaannya. Kepergianku pasti akan membuatmu bahagia. Aku sudah sangat lelah. Terimakasih untuk waktumu selama ini.
Jangan menangisi kepergianku, Tuhan telah menjanjikan tempat terbaik untukku. Jaga baik-baik hati yang telah ku serahkan padamu seluruhnya. Jangan pergunakan waktu berhargamu untuk mengenangku. Ada banyak hal yang lebih penting daripada hal itu.
Masa depanmu adalah masa depanku juga. Aku menopangkan masa depanku padamu, maaf telah memberatkanmu. Jadilah kamu yang paling terang di antara ribuan bintang.
Rinduku terselip di batas senja, jika kau merindukanku, cukup pejamkan mata, aku akan ada disana.
Dari aku, Fatamorgana yang tak pandai menjaga hati Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatamorgana | ✔
Teen Fiction(Longlist and Shortlist Wattpad 2018) Wattys 2018 winner kategori Heartbreaker [C O M P L E T E] "Aku tak akan bersumpah serapah agar kamu terlibat dengan karma. Aku hanya berdoa, semoga dengan menyakitiku, bahagia selalu menyertaimu." ____________...