Hujan Milik Kita

17.9K 1.1K 8
                                    

Gerimis mulai turun, aku membuka sedikit kaca mobil untuk memberikan celah kepada hal yang kutunggu. Perlahan bau petrichor mulai tertangkap indra penciumanku. Aku tersenyum sumringah, sebagai Pluviophile, aku merasa bahagia disaat seperti ini. Begitupun dengan Gana. Ia tersenyum lebar.

"Al, maukah kamu hujan-hujanan bersamaku?" tanya Gana sembari masih menatap gerimis yang semakin deras.

"Dengan senang hati."

Kami keluar dari dalam mobil. Hujan telah membasahi tubuh kami. Aku dan Gana berlari mendekati danau.

Kami melompat-lompat lalu berputar-putar di bawah derasnya hujan. Gana mendekat lalu menggengam tanganku. Ia membuatku menghentikan aktivitasku.

Aku menatapnya, ia tersenyum kepadaku. Gana menarik rambut yang menutupi pipiku menuju belakang telingaku.

"Alea, hujan turun sangat deras, rintikan airnya pun tak terhitung. Ketahuilah, sebanyak itu pula rasa cintaku kepadamu," ucapnya sembari tersenyum.

Aku tersipu, bukan Fatamorgana namanya apabila ia tak berhasil membuat hatiku tertunduk malu.

Dengan cepat, aku memeluknya. Aku menikmati sebentar kehangatan yang menjalar. Aku menyukai saat-saat seperti ini, saat dimana aku dan dia menikmati setiap rintikannya bersama.

"Seperti hujan, aku akan senantiasa menyirami hidupmu dengan rintik kebahagiaan," ucapku pelan sambil mengeratkan pelukanku.

Aku mendongak, menatap retina Gana yang memancarkan kebahagiaan.

"Berjanjilah, jangan pergi lagi. Aku terlalu takut kehilanganmu, cukup sekali itu saja. Aku ucapkan terima kasih telah bertahan, aku sempat mengira kamu tidak akan kembali. Tetapi ternyata dugaanku salah. Tuhan masih memberiku kesempatan kedua untuk membahagiakanmu. Maka dari itu, izinkan aku untuk menikmati kesempatan keduaku dari Tuhan untuk senantiasa menjaga dan membuatmu selalu tersenyum," ucapku pelan.

Aku terdiam, semua itu benar adanya. Aku benar-benar menginginkan kesempatan kedua untuk menjaganya dan dengan baiknya Tuhan memberikannya kepadaku. Maka, aku tak akan menyia-nyiakannya.

"Maukah kau berjanji untuk itu? Bukankah itu hal yang mudah?"

Gana tersenyum lalu menarikku lagi kedalam pelukannya.

"Aku berjanji, aku juga akan membahagiakan kamu sebisaku. Sekalipun aku harus berdarah-darah, itu tidak masalah."

Aku memejamkan mataku. Ditemani berjuta-juta rintik air hujan yang turun, aku mengikrarkan diri untuk terus ada bersamanya.

Aku berbisik pelan, "Berakhirlah dengan indah, tanpa ada kata pisah."

☜☆☞

Fatamorgana | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang