"Al, jangan diam saja. Katakan pada kami apa yang sebenarnya terjadi."
Mereka bertiga -Aldo, Rendy, dan Aruna- terus saja memaksaku untuk berbicara. Aku tak tahu pasti apa yang tengah kurasakan. Ingin sekali aku menghilangkan nyawaku sendiri saat ini juga.
Aku melamun mengingat pernyataan Gana tentang hubungannya dengan Thea. Tindakanku menyuruh Gana meminta maaf saat itu adalah sebuah kesalahan besar, melalui hal itu, aku mempersilakan Thea masuk ke dalam hubunganku dengan Gana.
Bodoh rasanya jikalau aku baru menyadari kedekatan mereka selama ini ternyata karena hubungan terlarang mereka. Hubungan sembunyi-sembunyi yang berlangsung hampir satu minggu itu telah terkuak. Aku tak habis pikir, mengapa Gana melakukan hal yang gila seperti itu?
Hari telah gelap. Hampir dua jam aku menyia-nyiakan waktuku untuk merenungi dua manusia yang tak bisa menghargai perasaan manusia lain. Tunggu sebentar, apakah pantas disebut sebagai manusia?
Aruna sedari tadi mencoba membujukku supaya aku bangkit lagi, pun seperti itu pula aku mencoba membujuk diriku sendiri yang tengah terbelenggu emosi yang meluap. Sejujurnya, aku ingin menceritakannya kepada bunda, namun kuurungkan karena aku terlalu takut Gana menjauhiku. Dasar Alea bodoh, mengapa masih memikirkan keadaannya sementara ia sama sekali tak mengerti keadaanmu hari lalu, hari ini, dan seterusnya?
Aku tersenyum tipis, inikah yang dinamakan cinta yang sempurna? Tetap bertahan sekalipun berkali-kali disakiti karena cinta itu pula? Bukan, cinta yang sempurna untuk dua orang saja, kemudian yang ku alami saat ini dinamakan apa?
"Al, kalau kamu diam saja. Aku akan memanggil Gana."
Aku tersentak, kemudian menatap mereka satu-persatu.
"Jangan, aku sedang tak ingin melihatnya," jawabku malas.
"Atau semua ini karena Gana?" tanya Rendy.
"Apalagi yang dilakukannya padamu sehingga kamu seperti ini?" sambung Aldo.
"Aku tahu, pasti Thea," tambah Aruna.
Aku tersenyum kemudian membalas pertanyaan mereka.
"Miris sekali, ya. Kalian saja sampai hafal dengan masalahku."
"Al, sudah sering kamu tersakiti. Lalu mengapa kamu tetap memilih memaafkan mereka?" tanya Aldo.
"Memaafkan itu lebih baik daripada membenci."
"Ya, aku tahu. Tetapi mereka tidak tahu diri. Dimaafkan dengan mudahnya dan mengulangi kesalahan mereka dengan mudahnya juga," ucap Aruna.
"Tidak apa-apa. Aku sudah kebal."
Mereka bertiga terlihat pasrah kepadaku. Aku meyakinkan mereka bahwa hal seperti ini tak akan berlangsung lama. Akan ada saatnya Alea menyerah terhadap Gana.
Aku bangkit kemudian melangkahkan kaki. Aruna mencekal tanganku membuatku membalikkan badan.
"Mau kemana?"
"Acaranya sudah dimulai. Mari kita kesana. Jangan menyia-nyiakan waktu, kalian akan menyesal nantinya," ajakku.
"Lalu, apa kabar denganmu yang menyia-nyiakan waktumu untuk mencintai orang yang mencintai orang lain?" tanya Aldo sinis.
Aku tak menjawab, kemudian melanjutkan langkahku dan mereka mengikutiku. Malam ini akan kuhabiskan untuk melupakan Gana dan Thea. Aku akan mencoba kembali seperti tak pernah mendengar pernyataan Gana tentang hubungan barunya.
☜☆☞
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatamorgana | ✔
Teen Fiction(Longlist and Shortlist Wattpad 2018) Wattys 2018 winner kategori Heartbreaker [C O M P L E T E] "Aku tak akan bersumpah serapah agar kamu terlibat dengan karma. Aku hanya berdoa, semoga dengan menyakitiku, bahagia selalu menyertaimu." ____________...