PART I Should Take Your Hand Again, EUNGI?

4.5K 117 7
                                    

“Maroo, kita menikah saja…” Eungi menatap Maroo dengan penuh ketulusan. Matanya seolah berkata jika dia mempercayai Maroo lebih dari dia mempercayai dirinya sendiri.

Maroo hanya diam, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Perasaan bahagia itu ada saat kalimat terakhir Eungi hinggap di telinganya. Tapi, rasanya terlalu jahat jika Maroo harus mengatakan iya. Bagaimanapun juga, wanita di hadapannya ini tidak sepenuhnya tahu tentang apa yang dia lakukan dan pria seperti apa maroo sebenarnya.

“Kenapa kau tidak menjawab?” Eungi mulai merasa curiga. Tatapan berbinarnya itu berubah menjadi kekecawaan. Dia tahu, Maroo mungkin hanya menggangapnya sebagai gadis yang tengah sakit ingatan.

“Kau tidak mau menikah denganku?” Tanya Eungi sedih. Sorot matanya yang tadi ceria, redup perlahan-lahan. Tangannya yang tadi mengapit lengan Maroo ikut jatuh dengan tak bergairah. Kepalanya menunduk dan airmatanya siap terbit di sudut-sudut.

            Maroo mencoba menguasai perasaannya, tangannya yang hangat menyentuh kedua pipi Eungi dengan lembutnya. Diangkatnya wajah yang muram itu dan ditatapnya mata bening milik gadis itu lekat-lekat.

“Kau yakin ingin menikah denganku? Bagaimana jika saat ingatanmu kembali ternyata kau menyesali keputusanmu saat ini?” Tanya Maroo hati-hati.

Eungi menggeleng dengan cepat dan ganti menatap Maroo dengan penuh kesanggupan. Dia dengan sungguh-sungguh menjawab,

“Tidak akan berubah. Bahkan kau adalah satu-satunya pria yang kuingat saat aku kehilangan ingatanku. Bagaimana bisa aku tidak mau menikah denganmu?”

Maroo mengangguk, tanpa tersenyum tapi wajahnya teduh, dengan hangat diciumnya kening Eungi. Sama seperti apa yang pernah dia lakukan dulu di Jepang. Yang berbeda hanya satu hal, saat ini, ciuman ini dan cintanya ke Eungi bukanlah kebohongan. Maroo memejamkan matanya begitu kening Eungi berhasil dia gapai. Dia senang dengan permintaan Eungi, tapi bagaimana jika ingatannya kembali? Mungkin Maroo akan menghancurkan hidup Eungi sekali lagi.

***

            “Sekertaris Hyun,  kemarin aku meminta Maroo untuk menikah denganku daripada hanya sekedar menjadi tunangan palsu.” Eungi tersenyum riang di hadapan sekertaris Hyun yang bukannya senang malah terlihat kaget.

“Bagaimana bisa Bu direktur memintanya melakukan itu?” pekik Sekertaris Hyun tanpa sadar. Sandiwara ini jadi keluar jalur dan jauh dari tujuan semula.

“Kenapa kau terdengar tidak suka?” Eungi kebingungan melihat reaksi sekertaris kepercayaannya itu.

“Ah… bu… bukan begitu… tapi bukankah ingatan Ibu direktur belum pulih?

Bagaimana jika saat ingatan itu kembali ternyata ini adalah kesalahan?”

Sekertaris Hyun cepat-cepat membela diri. Dia meraih gelas kopi di dekatnya demi menutupi kecemasannya akan rencana Eungi.

“Pertanyaan kalian sama,” Eungi tersenyum. Airmukanya Nampak biasa saja dan tanpa beban.

“Pertanyaan siapa?” Sekertaris Hyun menatap penasaran. Kopi di tangannya itu tidak jadi dia minum.

“Maroo juga mengatakan hal yang sama, tapi dia tidak menolakku maupun mengiyakannya. Apa perlu aku memintanya sekali lagi? Aku benar-benar ingin menikah.” Eungi mendesah panjang kemudian menyeruput gelas kopinya yang tinggal seteguk. Dia tidak tahu jika di hadapannya, sang sekertaris sedang kebingungan seorang diri untuk mencegah rencana ini.

***

            Maroo menatap kertas laporan kesehatannya. Cedera di kepalanya itu seperti sebuah penebusan dosa, hukuman atau apapun itu dari Tuhan. Dia tersenyum kecil menertawai takdirnya yang penuh keberuntungan dalam arti lain.

Nice Guy "Another Ending" || Chaeki FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang