Part 17 "Saving Eungi"

1.5K 70 8
                                    

 

Ada yang bilang jikalau takdir itu ditenun seperti potongan kain, karena itu garis nasib setiap orang selalu mengakar satu sama lain – saling berkaitan.

Tanah, udara dan semua komponen alam turut lebur dalam jalan takdir setiap insan yang memijaknya.

Eungi-ah… aku dengar ada dua jenis takdir di dunia ini.

Ketika yang satu tak bisa diubah, yang lainnya bisa pergi ke arah yang lain.

Kurasa Tuhan memberikan kita sebuah kesempatan untuk pergi ke arah yang lain.

Kau mau mencobanya bersamaku?

Perjalanan ini mungkin akan jadi sangat panjang tapi, aku melihat cahaya di ujung sana, ada akhir dimana benang hidup kita tak akan jatuh terpotong oleh badai musim dingin.

Ada akhir lain untuk kita.

Genggam tanganku dan mari kita mencobanya bersama-sama.

:::

            Aku mengingatnya. Wanita itu. Pertemuan pertama kami dan bagaimana kisah ini bergulir. Antara cinta dan keinginan untuk balas dendam. Si angkuh itu akhirnya mendatangiku. Airmukanya sungguh tidak bersahabat saat itu. Tatapannya bengis dan setiap kalimat yang keluar dari bibirnya adalah cacian, makian. Tak ada hal bagus disana. Ya, aku ingat kalimat pertamanya pada pertemuan ketiga kami.

“Ah… lelah sekali! Aku harusnya memakai sepatu untuk Hiking ke tempat ini. Apa rumah-rumah disini dibangun dari sisa bahan bangunan? Apa kalian memasak menggunakan tungku?” adalah celoteh kasar yang Ia lontarkan padaku kala itu. Apa yang harus kukatakan? Ia membuatku terkesima, aku baru tahu ada seseorang sejujur dirinya. Ini menarik.

Kami kemudian menjadi dekat karena semua tak-tik kotor-ku. Aku menjatuhkannya dengan sempurna ke dalam perangkap. Bagai peniup seruling dalam legenda sihir, aku membiusnya dengan pesonaku.

“Jatuh cinta adalah hal yang berbahaya, Kang Maroo!”

Aku berusaha keras mengingat kalimat itu. Namun sayangnya aku lupa, aku masih manusia. Segelap apapun hatiku, aku masih manusia dan cinta mendatangiku.

Dunia kelam dimana hanya ada bayanganku seorang, perlahan mulai terkikis. Nerakaku binasa. Wanita itu, Ia yang mulanya kudekap untuk membantuku terjun ke dalam jurang dengan lebih menyenangkan mendadak membantuku merakit sayapku kembali. Bongkahan kebencian yang mengarang di dasar jiwa kami lenyap digerus permainan takdir yang misterius. Sayap kami tumbuh dan mengepak bersamaan. Aku jatuh cinta padanya. Iblis sepertiku menyeretnya Ke Neraka dan Ia membawaku jauh menuju taman Surga.

Seo Eungi. Wanita itu memiliki nama. Ya, namanya Seo Eungi – istriku.

Maroo memandangi kumpulan fotonya dan Eungi di dalam kamera. Mulai dari kencan pertama mereka di Jepang beberapa tahun silam hingga liburan terakhir mereka ke San Franscisco kemarin.

“Apa kau sedang menangis di pelukan Choco atau Choco yang sedang menangis di pelukanmu?” Maroo bergumam lirih.

Segala kenangan mereka mengumpara di dalam benaknya. Seperti film, potongan-potongan gambar itu bercerita.

Maroo menunduk dan meraba cincin di jari manisnya. Cincin pernikahannya dengan si wanita di dalam gambar.

Ibu, aku ingin mengenal anakku.

Aku tidak ingin meninggalkannya seperti yang telah kau lakukan padaku.

Nice Guy "Another Ending" || Chaeki FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang