Part II "Sorry, I Came Back"

1.6K 87 2
                                    

Ada beberapa jenis manusia di muka bumi ini. Mereka yang hidup untuk orang lain dan mereka yang tak memiliki alasan untuk hidup bagi siapapun.

Kadang dua jenis manusia itu akan bersekutu dalam satu roh, bersembunyi di balik ribuan bilik yang semakin dikupas, malah semakin tak teraba Ia jenis manusia seperti apa.

Maroo adalah salah satu contohnya. Ia hidup untuk orang lain atau dia tidak memiliki alasan untuk hidup. Ia sendiri tak tahu jawabannya. Yang Ia tahu, walau dunia memandangnya sebagai pria jahat, dia tidak seperti itu. Dia hanya terjebak dalam nasib buruk dan didesak untuk mengaku sebagai pria jahat atau ditikam dan dijatuhkan ke dalam neraka paling dasar.

Toh, sama saja pikirnya. Tak perlu pembelaan diri, tak perlu perdebatan panjang dengan Tuhan, Ia pasrah. Baginya saat ini, asal bisa hidup itu sudah lebih dari cukup. Asal bisa berada di sisi Eungi, doanya sudah terkabulkan.

Malam itu, setelah menerima telepon Eungi, Ia kembali masuk ke dalam kedai soju bersama dengan Jae Hee yang asyik terlelap di pundaknya. Ia meminta pemilik kedai itu untuk menunggu dan menjaga Jae Hee karena seorang pria akan datang. Siapa lagi kalau bukan Pengacara Ahn. Pria yang Maroo tahu, mencintai Jae Hee sebesar cintanya pada wanita itu bertahun silam. Cinta yang sekarang rasanya terlalu hambar untuk dia ingat.

            Maroo berada di dalam mobilnya lagi. Nafasnya menderu, terpacu oleh segala kekhawatiran tentang Eungi. Menemui wanita itu terasa seperti hukuman mati. Antara takut dan tidak takut. Antara harus dan tidak harus. Dia ingin menemui Eungi dengan segera tapi di sisi lain, dia juga tidak ingin menemuinya. Untuk pertama kalinya, Maroo merasa takut. Perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan. Dia takut jika pertemuannya kali ini akan jadi sebuah akhir. Dia takut melihat wajah muram Eungi dan bagaimana dia akan didorong menjauh nanti.

***

            Eungi duduk di bangku taman yang sepi. Matanya menatap dingin ke tumpukan kertas di atas pangkuannya. Semuanya tentang Maroo. Tak ada hal baik apapun di dalam kertas-kertas ini. Gigolo, mata-mata perusahaan dan penipu ulung.

Se-kriminal itukah calon suaminya? Eungi memutuskan untuk memasukkan kertas-kertas itu kembali ke dalam tas, sebelum Maroo melihatnya.

            Ia menangis dalam diam. Hatinya sedih memikirkan jika Maroo ternyata tidak sebaik yang dia pikir. Kepalanya terasa sakit.

Maroo… pria seperti apakah dirimu?

Asal kau baik kepadaku, aku tidak perduli seburuk apa dirimu bagi dunia…

Sebuah sentuhan mengagetkan Eungi, sesosok pria yang Ia tunggu dari tadi akhirnya muncul dan meletakkan sebuah syal, melingkari lehernya.

“Harusnya menungguku di tempat yang lebih hangat. Kau bisa sakit…” seru Maroo. Dia duduk  di sisi Eungi yang kini menyembunyikan airmatanya. Maroo bisa merasakan hatinya berdebar kencang sekarang. Dia menunggu gadis di sampingnya ini mengatakan sesuatu.

“Hmm…” jawab Eungi dingin.

“Apa yang ingin kau katakan?” Tanya Maroo, mencoba terlihat tenang.

Eungi masih diam. “Hmm…” Ia hanya mengulangi jawabannya tadi.

Tangannya terasa kaku dan bibirnya kelu sementara badannya lemas. Ia sendiri tidak tahu apa yang harus dia katakan pada pria di sampingnya ini. Butuh sekitar 2 menit sebelum akhirnya Eungi mengeluarkan kalimat itu.

“Kau… maukah kau menikah denganku?” Tanya-nya di luar dugaan.

Ekpresinya begitu tegang namun mengancam. Seolah Maroo akan mati jika mengatakan tidak.

Nice Guy "Another Ending" || Chaeki FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang