Part 18 - Another Ending

1.5K 74 8
                                    

 

Yang semu pasti raib, yang ilusi pasti binasa dan langit menawarkan kepastian pada kita

Bumi tetap berputa dan kapal akan terus berlayar

Dunia mungkin tak berujung tapi takdir setiap manusia memiliki batasnya

:::

Maroo menghentikan mobilnya di salah satu sudut kosong dermaga. Di hadapannya laut biru membentang. Debur ombaknya riang menghantam tepian. Berisik, dan Maroo tidak menyukainya. Pandangannya jauh menembus awan bersama sosok Han Jae Hee di sisinya – sang cinta pertama. Beberapa tahun lalu, mereka pernah ke tempat ini bersama. Mau tak mau kenangan itu muncul kembali. Bukan karena Maroo masih mencintai Jae Hee, namun karena Maroo teringat pada janji yang pernah Ia lontarkan untuk mereka berdua.

“Aku merasa konyol.” gumam Maroo tanpa ekspresi.

“Konyol?” Jae Hee menoleh, kecemasan yang tadi mengantung di wajahnya berganti dengan raut penasaran.

“Aku tahu ini bukan waktu yang tepat untuk mengingatnya tapi, kau sadarkan dimana kita berada saat ini?” tanya Maroo dingin.

Jae Hee mengalihkan pandangannya keluar dan Ia geming sejenak. Wanita itu tahu maksud Maroo. Suatu sore, beberapa tahun lalu, Maroo pernah menjanjikannya untuk naik kapal bersama. Mereka berdua berjanji untuk merasakan kebebasan, pergi ke tempat yang indah dan menghabiskan waktu tanpa gangguan siapapun. Ke dunia di ujung samudra.

Airmata Jae Hee leleh di hadapan Maroo yang telah terisak lebih dulu. Pria berwajah tampan itu merengkuh kedua tangan Jae Hee yang dingin. Maroo membungkuk dan menyandarkan dahinya di atas punggung tangan wanita yang pernah sangat Ia cintai itu.

“Maafkan aku Nuuna… Kesombonganku menghancurkan hidupmu. Cintaku yang tak tahu diri saat itu membuatmu tak bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar.” Suara Maroo menggema parau, penuh penyesalan.

Jae Hee tak tahu harus menjawab apa, jemarinya tanpa sadar merangkak naik dan mengusap airmata Maroo. “Maroo….” Desah Jae Hee, pilu.

“Maafkan aku Nuuna… ini salahku…”

Sementara itu suara kapal terdengar di kejauhan. Bayangannya yang kecil mengufuk di sisi timur lautan. Tulisan StarShip Express yang mulai memudar nampak di lambungnya yang agak berkarat.

Eungi ada di sana, tertawan bersama janin di dalam rahimnya.

~oOo~

Pengacara Ahn berjalan menuju dek tempat Eungi disekap setelah terlebih dulu memberikan Eunsuk pada Han Jae Shik yang sebenarnya keberatan untuk menjaga anak kecil. Ia preman bukan seorang baby sister, namun setelah Pengacara Ahn mengancam akan mengurangi bayarannya, pria berkumis lebat itu akhirnya menyerah dan memilih untuk menuruti apa kata majikannya.

“Jaga dia dengan baik! Jangan membentak atau melukainya!” perintah Pengacara Ahn. Jae Shik mengangguk dengan senyum kecut.

“Eunsuk, kalau kau jadi anak yang manis dan tidak nakal. Ibu akan datang menemui kita.” Bisik Pengacara Ahn disambut tatapan polos Eunsuk.

“Ayo bermain bersama Paman, keponakanku sayang!” Jae Shik menggandeng Eunsuk pergi.

Sepeninggal mereka, Min Young membenahi letak kacamatanya dan merapatkan kancing jaketnya. Tatapannya berubah tajam, dengan sarung tangan dari bahan kulit yang menyelubungi kesepuluh jemari tangannya, pria itu membuka pintu sebuah ruangan.

Seorang wanita dengan selotip tebal di atas mulutnya dan kaki tangan terikat kencang menyambutnya dengan tatapan penuh amarah.

“Direktur Seo, kau menikmati perjalananmu?” adalah kalimat manis yang terlontar dari bibir Pengacara Ahn. Eungi bergidik jijik, ingin meludahi wajahnya. Min Young mendekat dengan seringai licik. Ia berbisik lirih namun penuh ancaman. “Mendiang Presdir bilang Ia merindukanmu, Putrinya satu-satunya!”

Nice Guy "Another Ending" || Chaeki FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang