PART IV "Don't Die Kang Maroo...."

1.6K 82 3
                                    

     

“Hal yang paling menakutkan tentang cinta adalah, karena Ia tak akan pernah menghilang. Hanya berubah wujud. Dan wujud lain yang paling menakutkan dari cinta adalah kebencian. Kebencian yang datang dari cinta,  adalah hal yang mematikan.”

_Me_

Jae Hee membersihan make up-nya dengan penuh kebencian di depan cermin. Melepas anting-antingnya satu persatu. Ia tidak akan pernah lupa perlakuan Eungi serta Maroo hari ini. Ular tidak akan pernah menjadi tikus menurut Jae Hee. Sesakit apapun ingatannya, Eungi tetap berbisa dan berbahaya.

“Pernikahan ha?  Brengsek! Kang Maroo brengsek!” desisnya tak terima.

“Ibu…” Eunsuk tiba-tiba berlari masuk ke dalam kamar, menghamburkan sorot penuh kebencian Jae Hee di hadapan cermin.

Ia berubah menjadi seorang ibu baik hati dalam sekejap, bibirnya tersenyum manis dan meraih Eunsuk dalam dekapannya.

“Kau belum tidur?” tanyanya lembut.

Eunsuk menggeleng, alisnya mengkerut dan pipinya menggembung karena cemberut.

“Aku merindukan Ibu dan Kak Eungi…” celotehnya. Jae Hee mengusap punggung Eunsuk dan berbisik,

“Jangan sedih sayang… Kakakmu Eungi akan kembali… dia akan kembali…” sorot mata Jae Hee berubah menjadi begitu mengancam. Hidup atau mati dia harus kembali, Jae Hee tersenyum dan memeluk Eunsuk makin erat.

***

            Mobil berwarna silver itu bergerak menuju rumah Maroo dan memasuki halamannya dengan pelan. Tak ada sepatah kata pun yang terucap dari bibir kedua penumpangnya. Eungi belum mengatakan apapun sejak Maroo bertanya kembali soal kesediaannya menikahi Maroo.

Eungi terlihat marah, ia masuk ke dalam rumah dengan dingin. Mengabaikan Maroo yang beberapa langkah tertinggal di belakangnya.

Jaegil yang sedang bersantai di ruang tamu merasa aneh melihat itu.

“Kau bertengkar dengannya? Dia menolakmu?” cegat Jaegil begitu Maroo muncul dari balik pintu.

“Aku lelah… aku ingin istirahat…” Maroo mendorong Jaegil pergi dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.

Kepalanya mendadak terasa sakit.

“Maroo… ” panggil Jaegil masih tidak mau melepaskan Maroo pergi. Ia terus membuntutinya.

“Aku ngantuk sekali… aku ingin… tidur!” Maroo berusaha mengusir Jaegil. Kepalanya seolah akan meledak.

Ia tidak kuat lagi, badannya gemetar dan dalam sedetik tubuhnya berdebam jatuh ke atas lantai. Tangannya terus memegangi kepala sementara bibirnya mengatup dan giginya gemeretak menahan sakit.

“Bawa… aku… keluar… aarrrggghhh….” Maroo berbisik sambil menarik kerah Jaegil dengan penuh kesakitan, tak ingin Eungi mengetahui kondisinya.

“Maroo??? Maroo???” Jaegil menepuk-nepuk pipi Maroo dengan panik. Tapi sahabat karibnya itu tak menjawab, Ia pingsan.

            Sementara itu di kamar, Eungi tengah melamun sambil memandangi foto mereka berdua ketika berada di Aomori.

“Dia terus mendorongku pergi… seolah dia tidak menginginkanku… bersikap manis dan menunjukkan cintanya tapi dia terus berusaha mendorongku pergi setiap ada kesempatan… Apa yang harus aku lakukan?”

Eungi menangis, meraih buku tulisnya dan seolah ingin merobek gambar dan tulisan “Maroo pria paling baik sedunia” disana.

Namun lamunannya harus terhenti karena Jaegil tiba-tiba merangsek masuk ke dalam kamarnya dengan histeris.

Nice Guy "Another Ending" || Chaeki FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang