Lisa berjalan malas menyusuri jalan. Keadaan jalan yang sangat ramai, juga suasana hati yang sangat panas membuatnya semakin malas untuk melangkah. Andai ia memiliki supir yang selalu sedia mengantar dan menjemputnya mungkin ia tidak akan kepanasan seperti ini.
Lisa baru saja pulang dari sekolahnya. ia tidak mendapatkan bus karna saat itu bus sudah penuh, membuatnya harus dengan sabar berjalan ke halte lain. Ia bisa saja menunggu bus selanjutnya, namun untuk seorang Lisa yang paling malas dalam soal menunggu, membuatnya memutuskan untuk melangkah menuju halte lainnya.
Berjalan dari sekolah kerumahnya memang cukup memakan waktu lama. Ia harus menempuh perjalanan sekitar 20 menit. Ia juga harus menaiki bus yang akan berhenti di halte yang tidak jauh dari sekolahannya.
Suasana panas ini lah yang membuatnya semakin malas untuk berjalan. Keringat di pelipisnya semakin deras mengalir di wajahnya. Sesekali ia menyeka keringatnya yang turun, dengan sapu tangannya.
Ia tidak menyukai musim panas. ia lebih menyukai musim dingin. Ia lebih senang merasakan kedinginan daripada kepanasan. Karna kepanasan membuatnya seperti ingin mati.
Bayangan kamarnya muncul di kepalanya. Suasana kamarnya yang berwarna biru dipenuhi tempelan tempelan lucu yang sengaja ia tempel, juga AC kamar yang selalu besedia menemaniny, membuat ia semakin enggan melangkahkan kakinya. Di saat seperti inilah yang akan membuat ia mulai berkhayal memiliki pintu kemana saja milik Doraemon.
Yahh sayangnya itu hanya bisa ia rasakan di angannya saja. Tidak ada pintu yang seperti itu di bumi ini. Pintu itu hanya diciptakan untuk membuat anak-anak melangsungkan khayalannya. Dasar film pembohong.
"huhhh"
Ia menghela nafas kuat, semakin malas untuk melangkah. Rasanya kaki semakin enggan untuk melangkah. Kalau bukan mengingat hari yang sangat panas seperti sekarang mungkin ia akan berhenti dan duduk di jalan yang sedang ia lalui saat ini.
Pandangannya terhenti pada sebuah toko yang menjual beragam sandal. Otaknya bekerja mengingat sandal lusuh yang ada di rumahnya. Sandal yang sudah menemaninya selama hampir 4 tahun. Mungkin ia harus membeli satu sandal, agar sandal yang ada dirumahnya bisa pensiun dari tugasnya.
Ia langkahkan kaki nya memasuki toko sandal tersebut. Membalas senyum saat salah satu pelayan menyambutnya di muka pintu. Melihat-lihat sandal yang terpajang rapi di tiap-tiap rak satu persatu.
Matanya tertuju pada salah satu sandal yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Sebuah flat shoes berwarna peach benar-benar menarik perhatiannya. Memang tidak terlalu bagus tapi pasti sangat cocok bila ia memakainya.
ia hampiri rak tempat flat shoes itu berada. Memandangnya dengan jarak dekat agar bisa dengan jelas melihat flat shoes itu. Ia ambil flat shoes itu lalu memandang setiap detail yang ada pada flat shoes itu.
"sepertinya flat shoes itu tidak akan cocok denganmu nona" ujar sebuah suara berat yang tidak jauh dari telinganya.
Lisa menatap kearah pemilik suara yang tepat berada di sebelahnya. Seorang lelaki tinggi dengan wajah yang cukup tampan, anni bukan cukup tapi sangat tampan. Hidungnya yang mancung, matanya yang sedikit sipit juga postur badannya yang cukup woaahh.
Apa ia sedang bermimpi? Apa ia sedang mendapatkan jackpot hari ini? Dia bukan seorang artiskan? Apa dia member salah satu boygroup terkenal?
Banyak pertanyaan berkecamuk di kepalanya menerka-nerka siapa lelaki itu. Bahkan Song Yunhyeong kakak kelas tertampan di sekolahnya kalah tampan dengan lelaki ini. Sungguh Lisa terpesona dengan lelaki itu saat ini.
YOU ARE READING
Flat Shoes
Hayran KurguLisa Aku tidak tau ada apa dengan ku. Kehidupan ku banyak berubah saat bertemu dengan lelaki yang tak sengaja ku selamatkan, hah? Selamatkan? Aku sungguh tidak tau mengapa aku mau menyelamatkannya. Dan lagi kehidupan ku yang tentram dan damai menjad...