Aku tinggal di kawasan Jakarta bagian Barat, beberapa kilo meter lagi sudah melewati Tangerang. Sebuah daerah tidak padat menduduk, masih sedikit lenggang, namun jalan sebelah rumah selalu macet oleh kendaraan.
Rumah kontrakan ini berada di Jln. Sahabat, tidak usah terlalu detail, tidak enak dengan yang punya rumah. Untung saja aku sudah pindah dari kontrakan yang sedikit angker itu. Bagaimana tidak? Rumah itu memang tidak bisa dibilang rumah tua, namun jika dilihat dari depan seperti gelap. Bukan gelap karena tidak ada lampu, namun aura—nya.
Aku gambarkan sedikit tentang daerah sekitar rumah itu. Rumah kontrakan dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi, ruang televisi, dapur, dan ruang untuk menyimpan kendaraan. Lumayan luas dan memang, murah. Awal mula ingin pindah ke sana, aku sebenarnya sudah tidak setuju. Karena apa? Samping jalan rumahku, bisa dibilang bersebrangan dengan rumahkh, terdapat kuburan kembar. Ya, bisa dibilang rumah kontrakan itu berada di sebelah kuruban kembar, kuburan itu khusus untuk islam dan kristen. Yang berada di seberang rumah ku adalah kuburan islam dan di depan kuburan islam terdapat kuburan kristen yang hanya dibatasi dengan jalan raya. Sudah bisa dimengerti?
Betul, awalnya aku tidak setuju jika ingin pindah ke kontrakan itu. Selain terdapat kuburan kembar, akupun merasa sedikit tidak sehat dengan rumah ini, begitu gelap, bukan gelap karena kurangnya penerangan ya.
Namun akhirnya keluarga ku tetap keukeuh pindah ke kontrakan itu, karena harga nya cukup terjangkau. Akhirnya kami memutuskan pindah ke rumah itu, awalnya aku belum merasakan gangguan apapun. Tapi lama kelamaan kenapa mulai muncul gangguan itu? Tenang, gangguan yang aku alami hanya sekedar penampakan atupun suara, tidak ada yang sampai menyentuh atau menyerang. Jadi kalian jangan berharap banyak dengan cerita ini, tidak seseram cerita lain.
Yang paling aku ingat adalah ketika aku tertidur pulas, jadi kamar ada dua, dan yang dipakai hanya satu. Yang satunya lagi untuk menyimpan barang, memang keluargaku lebih suka tidur bersama. Aku satu kamar dengan dua kakak dan mamah. Memang ayahku jarang pulang, cukup hal ini tidak perlu di ceritakan. Malam itu aku ingin tidur, disebelahku sudah ada kakak ku yang nomor satu, dan di sebelah nya kakak ku yang nomor dua, sedangkan mamahku tidur di kasur bawah.
Sudah biasa jika aku sulit untuk tidur, apalagi jika dalam keadaan gelap. Aku dengan gusar membolak-balikan badanku untuk mencari posisi enak, sedangkan kedua kakak dan mamah ku sudah tidur pulas.
Dari tadi tidak ngantuk sama sekali, kok tiba-tiba jadi ngantuk berat? Karena keseringan seperti ini, aku jadi tahu sekarang, ini adalah pertanda akan ketindihan.
Tak lama aku mulai tertidur, t-tapi tidak pulas, sungguh. Tiba-tiba di telinga ku terdengar suara yang sangat berisik. Bukan orang mengobrol, namun entah itu suara apa, sangat berisik. Aku ingin membuka mata, namun tidak berani. Suara itu semakin berisik bak memenuhi gendang telinga. Akh suara berisik apa ini? Apa tidak tahu sudah malam? Akhirnya aku mencoba menggerakkan tangan ku, oh tapi kok tidak bisa? Semuanya terasa kaku.
Aku juga coba memanggil mamah dan kakak ku, namun rasanya suara ini tidak keluar sedikitpun.
Was wes wos. Suara-suara itu semakin berisik, aku tidak tahan, semakin takut juga. Akhirnya aku mencoba berdoa dalam hati, doa Bapa Kami. Semakin aku gencar berdoa, napasku semakin sesak bak ditindih sesuatu yang besar. Tolong! Pekik ku, namun tak ada yang terbangun tak ada yang menolong. Benda apa ini kenapa berat? Badan ku sakit semua, berisik. Akh! Sungguh mengesalkan.
Aku coba rileks kan kondisi tubuhku, aku tidak menngeluarkan otot lagi, aku tidak memberontak, oke aku ikutin aturan mainnya. Diam tidak mencoba bergerak. Sedikit demi sedikit napasku sudah tidak berat dan suara berisik tadi mulai hilang. Dengan keringat mengujur di keningku, napas ngos-ngosan dan keadaan yang sangat takut. Aku mencoba membuka mata perlahan, mengeriyip melihat kondisi sekitar kamar, sepi. Tak ada seorangpun yang bangun, tapi eh siapa itu?
Aku melihat satu orang laki-laki duduk di samping kasur dekat kakiku, dia menenggelamkan wajah pada tangannya. Dia seperti sedang tidur sambil duduk dan menunggu sesuatu. Laki-laki ini siapa? Dia tidak jelas terlihat, karena kamar gelap, dan aku rasa sekujur tubuhnya juga hitam seperti bayangan, namun dia tiga dimensi, sungguh nyata. Aku takut, tapi tidak berani bergerak dan mengeluarkan sepatah katapun. Jika aku bergerak, bagaimana kalau kakiku malah menyentuh dia? Dan mengganggu tidur nya? Sungguh mengerikan.
Aku terus memandang laki-laki itu, tidak ada pergerakan sedikitpun dari sang empu. Dia siapa? Kenapa kayak nungguin gini? Terus berpikir dan penasaran tentang sosok itu. Tak lama, suara pintu kamar terbuka sedikit demi sedikit. Aku refleks melihat pintu kamar itu, terbuka semakin lebar namun tidak ada satu orang pun yang masuk. Karena saking takutnya, aku memilih untuk menutup paksa mataku, tak peduli dengan laki-laki yang ada di sebelah kakiku.
Aku berpikir dalam menutup paksa mata. Kedua kakak ku dan mamah, tidur dengan pulas. Ayah juga tidak pulang, lalu siapa yang membuka pintu itu? Sampai sekarang tidak ada pertanda ada yang masuk, saking lelahnya aku berpikir hal yang tak tentu. Entah dari kapan aku tertidur pulas.
Aku berharap ini semua hanya halusinasi karena faktor kelelahan pada tubuhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Mistis #KisahNyata
HororKenali aku dengan nama Anntsuny Muliakencana. Nama yang sangat indah menurutku, nggak salah aku memilih nama samaran ini. Beberapa cerita adalah kisah dimana aku mengalaminya sendiri, mesti sedikit dipoles agar dapat kesan lebih horror. Sedangkan b...