Aku akan melanjutkan cerita mengenai rumah kontrakan yang beberapa tahun terakhir sempat aku tinggali—sebelumnya baca dulu part Rumah Jln. Sahabat—. Gangguan yang aku alamai tak hanya ketindihan ataupun mendengar suara bising seperti kemarin. Lama kelamaan, gangguan ini semakin intens dan nyata, untung saja tidak sampai melukai fisik.
Tapi, aku merasa aneh. Kenapa hanya aku yang mengalami gangguan itu? Keluargaku yang lain tenang-tenang saja tinggal disitu.
Kali ini, cerita ku yang benar-benar melihat sosok wanita yang sering dipanggil kuntilanak. Sosok ini begitu nyata, tidak hanya siluet saja. Baru kali ini aku melihat sosok senyata ini, terkadang hanya bayangan. Atau yang paling seram adalah laki-laki hitam kemarin.
Kala itu aku masih Sekolah Menengah Pertama. Aku cerita sedikit mengenai sekolah dan kegemaranku, karena keduanya cukup berperan dalam hal ini. Sekolahku berada di perbatasan Jakarta Barat dengan Tangerang, sekolah negeri. Memiliki lantai tiga seperti umumnya. Malam itu sedang hujan lebat beserta angin kencang. Pagi harinya dapat kabar bahwa lantai tiga sekolah ku sudah ambruk. Mungkin kalian dapat mencari di google 'Atap SMPN di Kalideres ambruk', sekolah negeri dengan tiga digit angka.
Karena kejadian itu, siswa kelas tujuh dan delapan masuk siang, dan kelas sembilan masuk pagi karena beberapa bulan lagi akan menghadapi ujian nasional. Aku yang masih kelas delapan alhasil bisa tidur malam dan bangun siang, oh ini kesenangan dunia. Dan lagi, aku bisa memanjakan hobby ku, yaitu menonton sepak bola di televisi. Akhir-akhir ini aku menggemari klub sepak bola asal Spanyol.
Ya, Real Madrid. Pasti yang laki-laki tahu. Eh jangan diskip ya kalau kalian Barcelonistas, kita damai.
Kala itu sepertinya hari selasa, aku ingat betul karena esok harinya aku mengenakan baju pramuka. Malam itu aku menonton Liga BBVA, antara Real Madrid Vs Real Betis kalau tidak salah. Aku menonton di ruang televisi, dimana itu sendirian. Saat menonton tak ada gangguan yang berarti, hanya saja aku tertarik untuk melihat kamar yang hanya dijadikan ruang untuk menyimpan barang.
Oke, kamar itu memang tidak diberi penerangan, aku juga tidak tahu alasannya apa mungkin karena tidak ada yang beraktivitas disitu, dan kamar itu juga tidak memiliki pintu, alhasil aku bisa melihat isi kamar tersebut dengan jelas karena berada di sebelah sofa yang aku duduki. Menambah sedikit keangkeran, dapur juga dapat ku lihat dari posisi aku duduk, namun sedikit terhalang oleh kulkas yang berada di sebelah televisi, dan lagi lampu pada dapur juga dimatikan. Tak lupa ruang untuk menyimpan kendaraan yang menuju pintu utama juga dipadamkan lampunya, ya penerangan hanya dari ruangan yang aku tempati sekarang.
Sebenarnya, kalau aku menonton bola malam hari, aku selalu meminta Mamah untuk menemai. Tapi, karena hari ini Mamah dapat shift malam di pabrik, alhasil aku menonton sendirian. Baru babak pertama liga itu berlangsung, mataku terus tertarik melihat ke arah kamar kosong itu, sebenarnya bulu kuduk ku juga sedikit berdiri. Namun ketika aku melihat ke arah sana, tak ada apapun, hanya gelap semakin menambah ketakutan saja. Aku mengedikkan bahu, aku hiraukan, lanjut melihat babak kedua setelah interval berlalu, aku sangat fokus dan senang, karena diakhiri dengan klub kebangganku memenangi pertandingan.
Hoam! Masih jam lima. Pikir ku setelah melihat jam dinding yang berada di atas televisi. Aku langsung menidurkan badanku di atas sofa. Televisi sudah ku matikan, beberapa detik aku memejamkan mata, kok belum ngantuk ya? Padahal tadi sudah nguap. Aku terus mencoba memejamkan mata, tapi tiba-tiba televisiku menyala kembali.
Selamat pagi! Kembali bergabung dengan kami di Liputan 6 Pagi. Aku sedikit terkejut, lho bagaimana bisa televisi ini nyala kembali? Jelas-jelas tadi sudah ku tekan tombol off. Aku mencoba berpikir jernih, mungkin tadi halusinasi karena sudah seharusnya aku tidur pada saat jam segini.
Aku meraih remote yang terletak di lantai, mengganti channel lain, siapa tau ada acara kartun. Saat memindahkan channel, akhirnya ketemu juga kartun kesukaan ku, SpongeBob. Kembali terkejut, SpongeBob kan mulai jam enam biasanya, bukannya tadi baru jam lima? Sontak aku meliat jam yang tertempel di dinding, hah? Sudah jam enam? Tadi aku tidur satu jam? Perasaan belum tidur sama sekali deh!
Tak mau berpikir yang aneh-aneh aku lanjut menonton SpongeBob, dengan tubuh yang masih di sofa sambil kepala menengok ke televisi. Tiba-tiba ngantuk berat, perlahan aku memejamkan mata, sempat tertidur sejenak, tapi mataku tiba-tiba terbuka kembali, seperti terkejut. Dan entah kenapa aku langsung melihat ke kamar yang kosong, awalnya samar aku melihat ada wanita dengan baju putih panjang sampai menyentuh lantai. Tak lupa rambutnya gimbal panjang menutupi sebagian wajahnya. Makin lama sosok itu makin terlihat jelas, semakin jelas. Aku coba untuk teriak dan ingin menggerakan kaki, aku ingin kabur. Tapi nihil.
Badanku mengeras, kaku tak bisa digerakkan, tapi kenapa mataku tak bisa dipenjamkan? Bodohnya, aku terus melihat sosok yang berdiri di pintu itu, kenapa mataku ini tidak bisa melihat ke tempat lain? Oh shit!
Keringat ku mulai bercucuran, aku semakin memberontak, tapi badanku semakin kaku bak ada yang menindih dan memegangi tangan serta kaki dengan erat. Sosok itu semakin jelas terlihat dan semakin lama maju, maju, semakin dekat dengan ku. Tak lama sosok itu sudah berada di dekat kaki ku. Aku ingin menangis, Mamah aku takut!
Berdiam diri sejenak di sebelah kakiku, aku melihat kakinya tidak terpijak pada lantai. Baju putih kusutnya juga nampak terbang, kok dia semakin tinggi sampai mau menempel plafond? Aku semakin takut, ya Tuhan tolong!
Hi—hi—hi. Sosok itu mengeluarkan suaranya dengan lengkingan, aku lihat senyumannya mengembang, bibirnya bak sobek sampai ke telinga. Suaranya disambut dengan suara cicak yang entah menempel pada dinding mana.
Tolongg! Aku coba berteriak, namun hanya keluar di dalam hati. Sosok itu semakin mendekati ku, dan detik berikutnya wajahnya tepat di depan wajahku lalu berteriak.
HAAA! Aku sangat tersentak, badanku lagsung terduduk, napasku tak teratur, keringat bercucuran. Mataku melihat sekeliling, melihat pula kamar kosong itu, tidak ada apa-apa hanya hawa kamar itu memang panas dan gelap.
Mengingat sosok tadi, berteriak tepat di depan wajahku menampilkan mulut lebar sampai telinga, mata merah melotot dan rambut tak beraturan membuatku bergidik ngeri, tak pikir panjang aku langsung lari ke dalam kamar yang dihuni kedua kakak ku.
———
Sorry kalau feel nya kurang dapat. Maklum baru kali ini nulis cerita horror. Cerita ini sebenarnya kisah nyata, hanya sedikit dimodifikasi supaya yang membaca mendapatkan feel horornya.
Ketahuilah, ketika membuat cerita-cerita mistis, aku perlu mengingat kejadian dimana sudah mulai ku lupakan, tak heran itu kejadian yang kurang mengenakkan. Saat tulis cerita, aku juga dirujuk rasa ngeri plus merinding, takut-takut sosok yang ada dalam cerita merasa kepanggil. Sertakan vote dan komentar supaya ada dorongan untuk aku tetap semangat melanjutkan cerita ini.
Sering banget pusing pas bikin cerita-cerita ini:(
Tks, buat yang udah kasih vote dan komentar:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Mistis #KisahNyata
HororKenali aku dengan nama Anntsuny Muliakencana. Nama yang sangat indah menurutku, nggak salah aku memilih nama samaran ini. Beberapa cerita adalah kisah dimana aku mengalaminya sendiri, mesti sedikit dipoles agar dapat kesan lebih horror. Sedangkan b...