AWAL DARI MASALAH 2

0 1 0
                                    

Airi memberontak meminta untuk melepaskan kedua tangannya tapi para bodyguard tidak mempedulikannya dan menariknya secara paksa untuk ikut dengannya di sisi lain Rei yang melihat itu hanya diam membisu seakan-akan dirinya tidak di sana walau Airi selalu berteriak untuk melepaskan kedua tangannya yang di genggam erat oleh para bodyguard,Rei tetap tidak merespon sama sekali.

"Dan juga,hajar laki-laki itu karena telah menculik putriku !!!" Titah ayah Airi kepada bodyguard yang tersisa di sampingnya.Para bodyguard langsung mendatangi Rei dan menghajarnya tanpa ampun.

Alih-alih untuk menghindar atau menyerang balik,Rei hanya diam di tempat dan menerima setiap pukulan dari para bodyguard entah apa yang sedang di pikirkan oleh Rei.Airi yang melihat itu spontan untuk berteriak kepada ayahnya.

"Ayah hentikan !!!" Pinta Airi dengan suara lantang.Tapi ayah Airi tidak merespon sama sekali.

"Ayah aku mohon.Rei bisa mati kalau terus di pukuli seperti itu !!!" Airi kembali memohon kepada ayahnya dengan setiap tetes air mata yang perlahan jatuh membasuh pipinya.

"Diam kamu Airi,laki-laki itu memang pantas mendapatkan balasannya karena telah berani-beraninya menculikmu !!!" Airi masih terisak oleh tangisannya,karena memang itu salahnya karena telah kabur dari rumah demi untuk dekat dengan Rei.

"Tapi Ayah..." Airi kembali memohon kepada ayahnya dengan tangisannya.Alih-alih sang ayah untuk menghentikannya dia justru memerintahkan para bodyguardnya untuk memukulnya lebih keras lagi.

"Lebih keras bodyguard !!! Kalau bisa,buat dia jadi sekarat !!!" Titah ayahnya kepada para bodyguard yang memiliki Rei,Para bodyguard hanya mengangguk sebagai respon dan suara tangis Airi menggema di seluruh lapangan.

Airi tidak bisa berbuat apa-apa kecuali melihat dari dalam mobil hitam sambil menangis melihat Rei yang terus di pukuli oleh para bodyguard Suruhan ayahnya.

"Sudah cukup !!! Kita kembali sekarang,laki-laki itu pasti sudah sekarat !!!" Titah ayah Airi kepada Para bodyguard yang di sambut oleh anggukan dari para bodyguard.

Rei tergeletak di tanah tanpa bergerak sedikitpun,matanya tertutup rapat,Airi yang melihat itu ingin sekali menolongnya tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis menyesali perbuatannya karena telah melibatkan rei.

Mungkin ini juga akhir dari persahabatan mereka walau tidak panjang,Airi merasa senang di dekat pemuda itu,pemuda yang membuatnya nyaman untuk berada di sampingnya.

Hujan mulai turun membasahi Rei,sambil menatapnya dengan mata penuh air mata Airi berucap dengan lirih"maafkan aku Rei,aku tidak bisa menolongmu,terima kasih telah menjadi sahabatku selama tiga bulan ini dan maaf karena telah melibatkanmu." Kini Airi menangis menjadi-jadi di dalam mobil yang berlalu meninggalkan Rei seorang diri di tengah lapangan.

Rei membuka matanya secara perlahan lalu menatap langit yang menumpahkan seluruh isinya,Rei mentapnya dalam diam.rintikan hujan yang semakin lama semakin deras,Rei mencoba membangunkan tubuhnya,rasa sakit mulai menjalar ke seluruh tubuhnya,sudah lama dia tidak merasakan sakit ini,rasa sakit setelah di pukuli.

Dengan wajah menunduk dan memegangi perutnya yang terasa sangat sakit,Rei mulai berdiri dan berjalan menuju apartemennya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang babak belur.

Dalam perjalanan menuju apartemennya,Rei mulai teringat akan Airi,gadis yang selalu bersamanya ketika pulang sekolah dan kini dia hanya bisa melihat bayang Airi di memorinya saja karena dia tidak bisa bertemu dengannya lagi.

***

Airi keluar dari dalam mobil sambil menangis dan menuju kamarnya tanpa mempedulikan ayahnya yang terus memanggil namanya.

Suara Isak tangis Airi menggema di seluruh ruangan dan membuat mama airi bertanya-tanya ada apa sebenarnya.

"Ada apa yah ? Airi sampai menangis seperti itu ?" Tanya ibu airi khawatir.Ayah Airi menjawab dengan entengnya"Menyeretnya kembali ke rumah dan menghajar laki-laki yang telah menculiknya itu saja." Ucap Ayah Airi sambil melepas jas kantornya dan menyerahkan ke istri tercintanya.

"Ya ampun yah,kenapa sampai segitunya ?" Ucap ibu Airi terkejut.

"Ma,Airi sudah ada calonnya jadi dia tidak harus bergaul sama laki-laki rendahan seperti itu." Jelas ayah Airi.Mama Airi hanya geleng-geleng kepala menanggapi penjelasan dari suaminya itu.

"Dia hanya temen kan pa ? Bukan pacar ? Lagian,kasihan Airinya sampai nangis begitu.Gimana kalau dia sakit nanti ? Dan untuk anak laki-laki yang papa maksud kasihan keluarganya pa, kalau benar dia bukan dari orang berada pasti berat untuk keluarganya untuk membiayai pengobatannya." Terang mama Airi dengan tenang.

Ayah Airi kembali berfikir akan tindakannya lalu melihat ke arah istrinya tersebut."bodo amatlah,ma.Siapa suruh dia nyulik putri kita.Siapa yang berani menculik putri kita,dia akan tau akibatnya." Ucap Ayah Airi dengan entengnya.

"Terserah apa kata ayah." Ucap ibu Airi dan berlalu menuju ke kamar Airi untuk melihat kondisi sang putri tercintanya.

***

Rei merebahkan tubuhnya di kasur sambil meringis menahan sakit setelah di pukuli oleh para bodyguard itu.Rei memejamkan matanya mengingat kembali komentar dimana dirinya berpisah dengan Airi dan di pukuli.

Sakit,itu yang bisa di rasakan oleh Rei,bukan sakit secara fisik melainkan sakit secara rohani,karena hatinya yang mulai menghangat kembali tiba-tiba kembali beku seketika.

Dia ingin akrab dengan Airi,dia ingin menjadi temannya,dia ingin melakukan hal yang bisa membuat Airi bahagia dan dia ingin melihat senyum airi.tapi...,sekarang dia tidak bisa apa-apa lagi semua impian itu hancur seketika dalam satu hari,dan yang paling menyesalkan selama hidupnya adalah dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima saja.

Dia memilih egonya yang tinggi bukan perasaan dari airi,Rei menggertakkan giginya dan memukul kasur tersebut dengan keras seakan-akan dia meluapkan semua emosinya.

"Sial..."

"Kenapa ?"

"Kenapa harus terulang lagi ?"

***

Tok Tok Tok

Ibu Airi mengetok pintu kamar putrinya dan memanggil namanya untuk mendapatkan respon serta ijin masuk.Merasa mendengar Suara Airi mengatakan "iya" ibu Airi masuk dan melihat putrinya dengan wajah sedih serta khawatir karena putrinya masih menangis di dalam kamar.

Ibu Airi mendekat dan mengusap lembut rambut panjang putrinya lalu berucap.

"Sudahlah Airi."

"Kau tidak perlu menangis lagi,tenanglah." Ucap ibu Airi dengan lembut sambil mengusap rambut putrinya.

Airi tidak merespon ucapan dari ibunya dan tetap menangis menyesali perbuatan Ayahnya kepada Rei.

"Kalau kau tetap menangis,kau tidak akan pernah menyelesaikan masalahmu." Mendengar ucapan dari sang mama yang lembut Airi melihat wajah sang mama yang tersenyum lembut lalu memeluknya.

"Tapi,Airi ingin bersamanya,ma." Jawab Airi dengan air mata yang masih mengalir.

"Apa dia pacarmu ?" Tanya ibu Airi.

Airi diam sejenak untuk berfikir dan menjawab "Bukan." Dengan pelan sambil menggelengkan kepalanya.

"Lalu ? Sahabat ?" Airi mengangguk sebagai balasan dari pertanyaaan sang mama.

"Kalau sahabat kamu tidak perlu sampai sebegitunya.pasti dia orang yang kamu suka kan ?" Airi diam mendengar pernyataan sang mama.Airi memang ingin selalu bersamanya tapi dia selalu menyangkal menyukai seorang Rei yang notabenenya berbeda sifat dengannya.

"Jika memang dia orang yang kamu suka maka kamu akan tau apa yang harus kamu lakukan,dan jika orang itu juga menyukaimu dia pasti tau apa yang harus dia lakukan untukmu nanti." Airi melihat mamanya yang tersenyum lembut kearahnya lalu berlalu pergi meninggalkan putrinya agar dapat menghabiskan waktu untuk menenangkan hatinya.

Moshi-Moshi xD
Maaf slow ngetik xD

Note : semoga suka yang udah baca xD jangan lupa komentarnya ya.

Terima kasih
GamersDanzt

Negatife dan PositifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang