HARI Minggu ini, Gify memiliki janji jalan dengan Aldo. Entah mau kemana. Gify tidak bertanya lebih lanjut. Jika dia bertanya-tanya, nanti kesannya dia sangat kepingin jalan dengan Aldo. Untuk kegiatan jalan dengan Aldo ini, Gify sudah memiliki ijin dari mama. Mama terlihat percaya sekali dengan Aldo. Gify pun satu pendapat dengan Mama. Dan untuk kegiatan jalan ini, Gify bingung harus mengenakan apa. Gify membongkar isi lemarinya.
Pertama, Gify mengambil dress selutut bewarna peach. Dia tampak elegan dan manis. Yang kedua, dia mengambil jeans putih, dan kaos hitam dengan tulisan thrasher di tengahnya. Pilihan Gify akhirnya jatuh ke opsi kedua. Dirinya tidak suka tampil ribet. Jadi Gify hanya menambahkan jaket jeans. Sungguh itu pakaian sejuta umat.
"Okey, lo udah cantik pake ini," batinnya.
Gify lantas berganti pakaian. Selepas itu dia duduk di meja cerminnya. Mengoleskan bedak tipis dan lipice di bibirnya. Kemudian mengikat rambutnya dengan jeday. Bukannya Gify termasuk anak alay yang kemana-mana memakai jeday, tapi hari ini dia benar-benar ingin rambutnya menjadi bergelombang di depan Aldo. Mungkin ini adalah salah satu hal yang dialami cewek ketika jatuh cinta, ingin tampil cantik di depan gebetan.
"Gify Aldo udah datang!" Teriak Mama dari bawah. Suara tampak menggelegar di seluruh penjuru rumah. Gify jadi malu sendiri jika Aldo mendengarnya.
"Iya mah," jawab Gify. Dirinya mulai melangkah turun ke lantai bawah. Di sana sudah ada Aldo yang duduk di sofa dengan memainkan handphone di tangan kanannya. "Hai...kak," sapa Gify yang kelewat canggung.
Aldo mendongak, menatap Gify dengan pandangan yang sulit diartikan. "Eh...hai, lo cantik sama rambut itu."
Gify memegang rambutnya. Dia tersipu malu. "Makasih."
"Langsung berangkat?" Tanya Aldo.
Gify mengangguk. "Mah Gify berangkat ya?" Mama berjalan menemui Gify dan Aldo. Tampak mama masih menggunakan celemek dapurnya.
"Iya, hati-hati ya. Aldo, tolong jagain Gify. Dia suka kayak anak kecil," pesan Mama kepada Aldo.
Aldo mengangguk patuh, "Iya tante. Kita duluan ya? Assalamuallaikum."
"Waalaikumsallam," jawab Mama.
Gify berjalan di belakang Aldo. Dia merasa canggung jika berjalan di samping Aldo. Padahal sudah sering dia jalan bersama Aldo. Sampai di depan mobil, Aldo membukakan pintu mobil untuk Gify. Gify tersenyum dan masuk ke dalam mobil. Kemudian, Aldo memutari mobil dan masuk ke dalam pintu kemudi.
Di dalam mobil mereka terdiam. Mungkin merasa canggung satu sama lain. Aldo pun menatap jalanan dengan lurus. Sesekali menoleh ke arah Gify. Seperti ada hal yang ingin dia sampaikan kepada Gify.
"Fy?" Sapa Aldo dulu. Mungkin dia masih bingung memulai obrolan. Gify mengangkat kedua alisnya. Seolah bertanya apa. "Kenapa lo gak nanya kita mau kemana?"
Gify menyengir. "Gak tau. Kan kakak gak bilang, yaudah aku diem aja."
"Maksutnya Fy, kalau lo eh kamu tanya kita mau kemana, bakalan gue kasih tau kok. Gue nunggu reaksi lo ehm kamu aja."
Gify membulatkan mulutnya sambil mengangguk paham. "Lo-gue aja kak. Biar nggak canggung kesannya."
Aldo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Oh oke." Aldo memutar radio tape di mobilnya. Ternyata dia lebih suka mengoleksi lagu di flashdisk daripada mendengarkan lagu dari radio. "Kita makan dulu ya? Lo belum makan 'kan?" Tanyanya.
"Iya. Aku pingin makanan berkuah kak. Kayak sup gitu, boleh?"
"Ke KFC dulu ya? Kan ada sup cream. Mau?" Tawar Aldo. Gify mengangguk mengiyakan.
***
G
ify benar-benar merasa bahagia. Bagaimana tidak? Dirinya diajak Aldo ke Dufan. Sudah lama Gify tidak main ke Dufan. Mungkin sudah dua tahun lamanya. Dia hanya jalan-jalan ke mal atau menjelajah kuliner sana-sini bersama Lani dan Naya, oh juga Fela.
Setelah Aldo memberikan tiket ke penjaga, dia langsung menarik tangan Gify. Menggenggam tangan Gify seolah tidak ingin terlepas walau sebentar saja. Tangan Aldo yang besar itu terasa pas di tangan mungil Gify. Bahkan Gify merasa bahwa tangan Aldo itu menghangatkan. Mereka mulai memutari area Dufan. Sesembari tertawa lepas.
"Histeria, mau?" Ajak Gify kepada Aldo. Dirinya salah satu orang penyuka wahana adrenalin. Gify merasa, dengan memacu adrenalin, rasa sedih bisa keluar bersama dengan teriakan.
"Oke. Siapa takut?" Ejek Aldo yang merasa tertantang dengan wahana histeria yang katanya cukup menakutkan dan menguras energi.
"Yang nanti paling takut, wajib traktir. Deal?" Gify mengulurkan tangan kanannya kepada Aldo. Aldo menyambut uluran tangan itu.
"Deal!"
Mereka langsung menaiki wahana histeria atau yang bisa disebut power surge itu. Gify memilih duduk di sebelah kiri Aldo. Setelah pengaman sudah terpasang apik, Gify menyiapkan mentalnya. Sebenarnya Gify tidak takut sama sekali. Gify hanya ingin menyiapkan jantungnya agar tidak kaget.
Setelah mesin menyala, Aldo terlihat menegakkan tubuhnya. Sedangkan Gify masih terlihat biasa saja. Mereka mulai merasakan wahana melintir berputar sambil meluncur ke atas dan ke bawah. Merasakan perut yang sekaan di kocok, Aldo berteriak. Gify sampai tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi Aldo.
***
"Kak Aldo kalah, yeay!" Teriak Gify girang setelah memenangkan taruhannya dengan Aldo.
Aldo menghela napas pasrah. "Gue jarang naik begituan. Pastilah gue kaget. Itu namanya refleks, Gify," jawab Aldo yang menyangkal fakta bahwa dia penakut. "Lagipula nggak gue doang yang teriak."
Gify tertawa. "Iya, banyak yang teriak. Tapi ekpresi Kak Aldo paling lol," ejek Gify. Aldo merenggut sebal. "Kita foto di depan Turangga-Rangga yuk?" Ajaknya.
"Nah gitu dong. Ngajak itu foto, jangan naik wahana kayak tadi. Lo mau bikij gue mati muda?"
"Nggak lah!"
Gify dan Aldo berjalan menuju wahana Turangga-Rangga. Lumayan jauh dari wahana histeria. Aldo kembali menggenggam jemari Gify. Bahkan dia tidak menoleh ke arah Gify. Seperti tidak ada beban sama sekali. Padahal, jantung Gify berlomba tidak karuan. Tapi dari ekspresi Aldo sepertinya dia tidak merasakan apa-apa.
Tak lama, mereka sampai di wahana tersebut. Aldo celingukan mencari seseorang. Sampailah pandangan Aldo kepada petugas disana. Dia tampaknya meminta bantuan untuk memfoto dirinya dan Gify. Aldo dan Gify bersiap-siap untuk berfoto. Alih-alih pose senyum, Aldo malah menjulurkan lidahnya dan tangan Aldo menekan pipi Gify. Terjadilah pose gila di layar handphone Aldo. Gify sempat berteriak marah dan meminta untuk mengulangnya lagi. Setelah hampir 5 foto, akhirnya mereka meninggalkan Dufan.
"Pokoknya nanti Kak Aldo harus nraktir aku di KFC!" ucap Gify sebal. Aldo malah terkekeh di samping Gify sambil menyetir mobil. "Pokoknya nanti gue pesen yang mahal-mahal terus pesen banyak biar bangkrut sekalian!"
"Kok gue? Gak aku?" Tanya Aldo. Pipi Gify merona merah. Gify langsung memalingkan wajahnya menghadap jendela. "Gakpapa, pesen aja yang banyak. Buat lo, gue gak bakal bangkrut."
"Kenapa?" Sahut Gify.
Aldo mengacak puncak kepala Gify. "Karena kalau orang udah sayang sama seseorang, apapun bakalan dia lakuin," jawab Aldo. Gify seakan membeku di tempatnya. Hatinya seakan mencelos. Pasti yang dimaksud Aldo adalah ketua eskul dance yang memiliki nama Amara Rose Atmija.
"Kayak Kak Aldo sama Kak Rose?" Tanya Gify tiba-tiba. Aldo menyerngit sesaat.
"Iya. Gue sayang sama dia. Tapi ada seseorang lagi yang gue sayang melebihi Rose."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Teen FictionTakdir memang tak ada yang tahu. Seberapa keras perjuangan kita untuk merubahnya, takdir tidak bisa dirubah tanpa kehendak Tuhan. Layaknya pertemuanku denganmu dan dengannya. *** Rega si Bad Boy sekolah dengan sifat dingin dan tak acuh dengan sekita...