14. Video Call

276 94 55
                                    

Sebulan sudah sejak Arga mengantar Sena pulang. Itu juga menjadi interaksi terakhir mereka. Cowok itu benar-benar menjauh dan melupakan semuanya. Arga kembali pada kehidupan normalnya bersama ketiga sahabat sableng nya. Perasaan nyaman yang ia rasakan telah kembali hilang, perasaan yang sama ia rasakan dengan dia yang pergi.

Berbeda dengan seorang gadis yang sedari tadi menatap history chat Line-nya bersama Arga, padahal jam sudah menunjukkan pukul 23.37 malam.

Sena menghela napas gusar. Dia merindukan Arga, ralat! Sangat merindukan Arga. Sebulan sudah ia tidak berinteraksi dengan cowok itu. Arga kembali pada tingkah sableng nya. Tiap kali ia berpapasan dengannya, cowok itu hanya memasang wajah datar tanpa meliriknya sedikitpun. Ada keuntungan juga Arga menjauhinya, Sena tidak pernah di-bully lagi dengan penggemar-penggemar Arga dan Arjuna. Tapi bukan itu yang Sena inginkan! Ia ingin Arga! Hanya Arga!

Sena sadar jika dia sangat keterlaluan mempermalukan Arga dulu. Ia hanya ingin Arga mengerti dengan perasaannya. Siapa yang tidak kesal jika dibaperin akhirnya malah diketawain? Gak pakai tanggung jawab juga.

Sena tidak kuat jika seperti ini terus, ia mulai mengirim chat untuk cowok itu.

Serrena Haudlly : Emh... Arga?

Sena berharap semoga Arga belum tidur. Senyumnya mengembang seketika melihat chat nya dibaca oleh Arga. Tak membutuhkan waktu lama cowok itu sudah membalas.

Arga Avaero : ??

Serrena Haudlly : Kangen:''

Arga avaero : Oh.

Arga sialan! -batin Sena.

Cowok itu benar-benar tidak mengerti. Mungkinkah Arga masih marah padanya?

Serrena Haudlly : Gitu aja responnya? Gue kangen, Ga:''

Arga Avaero : Terus gue harus gimana? Lari keliling komplek pake daleman aja sambil teriak kalo lo kangen, gitu?

Serrena Haudlly : Gak gitu!

Read.

2 menit...

3 menit...

5 menit...

Drrtttt! Drrttt!

Sena terbelalak melihat layar ponselnya.

Arga ngajakin Vidcall!! Teriak Sena dalam hati. Dengan segera ia menerima panggilan itu. Tak butuh waktu lama wajah Arga telah memenuhi layar ponselnya. Cowok itu seperti sedang menahan ngantuk. Kasian.

"Emh.. Hai, Ga," sapa Sena sedikit canggung.

"Hmm."

"Ga, gue kangen."

"Gue tau, lo udah bilang tadi," ucap Arga dengan nada datar.

"Tapi reaksi lo jelek!" Sena memanyunkan bibirnya.

"..."

"Lo masih marah ya? Harusnya gue yang marah! Lo baperin gue!"

"Oh," jawab Arga dengan kedipan pelan.

"Gaga!"

"Nama gue Arga! Bukan Gaga!" Arga sedikit kenaikan nada suaranya. Mungkin dia kesal.

"Ga, lo nyebelin!!" pekik Sena.

"Hmm, mau ngomong apa lagi?"

"Kangen."

"Kata lain."

"Rindu."

Sena dapat melihat jika Arga memutar kedua bola matanya. Ah, Sena benar-benar merindukan Arga.

"Gak ada bedanya, Senul!!"

"Nama gue Sena! Serrena!!" pekik Sena kesal.

"Gausah ngegas, woy!!"

"Gaaa, udahan berantemnya, napa?"

"Gue gak ngajak berantem, gue anaknya baik, tampan, dan rajin menabung," ucap Arga dengan wajah songongnya. Apakah Arga lupa, jika ia sering mendapatkan hukuman karena selalu menumpahkan tong sampah? Jika ditanya, dia selalu menjawab ingin membantu Pak Faiz.

"Karena kalau sekolah bersih, kasian Pak Faiz gak ada kerjaan, mending saya kasih dia kerjaan biar dapet duit." kurang lebih seperti itulah jawaban Arga.

Sena bergeming.

"Iyadeh, gue emang sedikit bandel, tapi lo gak bisa lupa sama sebuah fakta, kalau gue itu selalu peringkat empat, gak pernah naik ataupun turun," ucap Arga membanggakan dirinya.

"Peringkat empat aja songong, gue peringkat dua biasa aja," balas Sena tak mau kalah.

"Yeee! Yaudah, gue matiin nih!"

"Jangan!" sahut Sena cepat. "Lo gak kangen gue?"

"Enggak, dih!"

"Jangan jahat-jahat dong, Ga!"

"Gue anaknya baik, tampan, dan rajin menabung," ulang Arga lagi.

"Iya, lo tampan, kayak pangeran berkuda putih, ughh!"

"Gue tau," jawab Arga dengan senyum merekah, tapi wajahnya masih seperti menahan kantuk.

"Lo gak mau muji gue? Ga, bisa gak, sih, lo bikin gue seneng sekali aja?!"

"Ngarep banget lo! Gue masih marah, ya, sama lo!" Arga kembali memasang wajah datarnya. "Kenapa?! Lo suka sama gue?!" lanjutnya.

"Iya! Gue suka sama lo! Ga, gue kangen, jangan marah lagi, ya," lirih Sena. Perlahan air matanya menetes membasahi kedua pipinya. Selama ini Arga tidak mengetahui perasaannya. Arga tidak peka, bisanya hanya menyakiti saja!

"..."

"Gaaa," panggil Sena pelan.

"Tidur. Jangan pacaran terus, gak baik."

Seketika tangisan Sena berhenti. "Lo mau jadi pacar gue? Beneran?"

"Enggaklah!" jawab Arga sedikit menaikan nada suaranya.

"Jahat!" Sena kembali menangis. "Sakit tau! Lo gak tau gimana rasanya jadi cewek yang enggak dianggep!"

"Lebih sakit kalau perasaan kita hanya dibuat mainan."

Tangisan Sena kembali terhenti. "Siapa yang berani mainin perasaan lo?! Kasih tau gue! Biar gue bunuh orangnya!" ujar Sena berapi-api. Ia akan melakukan apapun untuk Arga, untuk mendapatkan cowok itu.

"Apaan, sih? Mau jadi apa lo? Power Ranger? Power Ranger yang polkadot bagus, sih." Arga terkekeh dengan ucapannya sendiri.

"Jadi bidadari hatimu aja." Sena merasakan pipinya mulai panas. Ia tersenyum malu-malu.

"Tidur, sana! Hushh!" Arga memutuskan video call. Sena hanya berkedip beberapa kali, Arga masih marah, ya? Dan ia masih merindukan cowok itu.

Menghela napas gusar.

Gue bakal dapetin lo, Ga!

🍰🍰🍰🍰

Pendek ya? Ya, emang wkwk
Authornya lagi pusing😅

Gak dapet feel-nya ya? Ya, maap
Authornya lagi pusing😅(2)

Jangan lupa kritik dan sarannya ya💕
Nulisnya ngebut nih, wkwk

Jangan lupa tinggalin jejak, ya💕

Akan direvisi setelah tamat🔥

Follow Instagram kita ya

weshelda
dinprb
sheaamanalu
argavaero
gwenenna

-D&S❤

Self EsteemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang