Jevin saat ini sibuk melambai lambaikan heboh kedua tangannya kepada seorang perempuan yang saat ini sedang berdiri kikuk di depan kelas.
"Oke nak cantik, silahkan perkenalkan nama kamu. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Maka alangkah senangnya bapak bisa mengetahui nama kamu." Ucap seorang guru bernama Pak Ahmad yang mencoba memecah keeningan kelas yang tercipta karena semua siswa di kelas itu terfokus kepada Aeleasha.
"Pak? Itu pribahasa atau apa ya pak?" Sahut Jevin sambil mengangkat tangan dan diselingi tawa beberapa siswa.
"Itu modus. Tau gak sih?! Dasar jomblo kamu." Ucapan Pak Ahmad sukses membuat satu kelas tertawa dan membuat rasa gugup yang ada pada Aeleasha sedikit menghilang. "Ayoo silahkan nak dilanjutkan." Lanjutnya.
"Hmm, pagi semua. Namaku Niana Aeleasha. Umur 17 tahun. Dan aku pindahan dari Surabaya." Suara Aeleasha jelas terdengar gugup.
"Haiii Aeleasha." Sahut seluruh siswa di kelas seakan menerima dengan terbuka kehadiran Aeleasha.
"Jadi bapak panggilnya siapa ini? Niana atau Ale, Ale.. Ale siapa tadi?"
"Ale ale pak. Yang diminum ituloh. Yang pake pipet ituloh pak. Soalnya gak ada yang botol." Jevin menyahut lagi seakan tak berdosa untuk kedua kalinya.
"Ssstt. Diam kamu, jomblo..."
"Aeleasha pak. Bukan ale ale. Hehehe." Aeleasha tersenyum manis menahan tawa yang sejak tadi sudah ingin keluar melihat tingkah guru di hadapannya ini.
"Nama yang cantik tapi bapak panggil Aley saja ya. Lidah bapak suka melilit kalau menyebut nama susah. Oke Aley, bapak lihat ada kursi kosong disebelah Diva. Kamu duduk disana ya." Ucapan Pak Ahmad sukses membuat Aeleasha menggeleng geleng sambil menahan tawa.
Aeleasha pun berjalan melangkah mendekati seorang perempuan cantik yang sedari tadi menatapnya dengan mata yang berbinar.
"Eh hai.."
"Hai aku Diva, Aeleasha yang cantik." Belum sempat Aeleasha menyelesaikan kalimatnya, Diva sudah mengulurkan tangannya tanda memperkenalkan diri. "Sini kamu duduk disebelah aku." Lanjutnya sambil menarik tangan Aeleasha ke sampingnya.
Entah apa yang dirasakan Aeleasha. Hari ini ia merasa sangat senang. Ia merasa seluruh fikiran yang selama ini mengganggunya ternyata tidak terjadi tentang susahnya bergaul dengan anak Jakarta. Tapi tetap saja, Danar terus menghantui fikirannya.
****
Kringgg kringgg
Bel istirahat berbunyi. Seakan sadar diri, Aeleasha tetap saja terdiam di tempat duduknya dan tak inngin beranjak untuk ke kantin walaupun sebetulnya ia merasa sangat haus.
"Ke kantin yuk." Ucap Diva tiba tiba menarik tangan Aeleasha yang membuatnya terkejut.
"Eh gak deh. Hehehe gak haus kok." Tolaknya halus.
"Kalau gak haus, yaudah temenin aku aja. Nanti kamu sendirian loh disini. Banyak hantu."
"Hah emang iya?" Tanya Aeleasha polos.
"Gak sih, hahaha. Udah ah, yuk sini temenin aku." Tak bisa menolak lagi. Akhirnya ia pun menuruti keinginan Diva.
****
"Tuh kan kamu haus. Hahaha." Ledek Diva yang membuat Aeleasha tersenyum malu. "Kamu gak mau makan? Sekalian nih sambil nunggu pesanan aku datang, kamu buruan gih pesen juga."
"Eh gak deh. Aku masih kenyang."
Lama Aeleasha dan Diva terdiam dalam keheningan, tiba-tiba seorang pria lewat di hadapan Aeleasha dan membuatnya hampir tersedak oleh minumannya sendiri.
"Div... Div..." Ucap aeleasha berbisik sambil menepuk tangan Diva yang sedang sibuk memainkan ponselnya.
"Ada apa Aeleasha?" Respon Diva spontan.
"Kamu tau dia?" Tanya Aeleasha masih dalam keadaan berbisik sambil menunjuk Danar yang terlihat membeli sebotol air mineral.
"Oh dia. Danar kan? Bukan main yah pesonanya dia. Kamu aja belum cukup sehari di sekolah ini. Tapi kamu udah tau dia." Ucap Diva sambil menggeleng-geleng melihat ke arah Danar.
"Bukan gitu sih. Tadi pagi aku nuduh dia nabrak aku. Jadinya aku mau minta maaf gitu ke dia."
"Gak usahlah. Palingan dia juga gak ngerespon. Dia mah orangnya gitu. Dibawa santai aja. Tapi sayangnya banyak yang bilang dia sombong gitu. Tapi sebenernya dia baik banget kok." Ucap Diva santai sambil memakan mie yang telah ia pesan tadi.
"Gitu ya?" Tanya Aeleasha ragu.
"Iya. Yakin deh. Santai aja."
"Tapi kata Jevin, dia ngegigit gitu."
"HAH? Hahahaha, Plis lah. Jevin otaknya geser gitu didengerin. Kalau aku jadi ibu kamu, pasti aku udah larang kamu bergaul sama Jevin. Hahaha." Mendengar ucapan Diva, Aeleasha seakan bertambah malu dan dibuat salah tingkah.
Dan tak berselang lama kemudian, Danar pun berjalan keluar dari kantin dan melewati kursi tempat dimana Aeleasha dan Diva duduk. Aeleasha pun seketika menunduk dan sibuk memainkan ponselnya yang sebetulnya di nonaktifkan agar Danar tak mengenalinya. Tapi tetap saja ia bertekad tetap akan meminta maaf jika waktunya sudah tepat.
****
Masih sangat butuh kripik dan saran hihiw:3
KAMU SEDANG MEMBACA
AELEASHA
Teen Fiction[Slow Update] Niana Aeleasha adalah seorang gadis pindahan yang lugu dan polos. Saat pindah ke Jakarta, ia bertemu dengan Danar Prasaja. Seorang pria yang cool dan dingin terhadap siapa saja yang ditemuinya. Bagaimana jadinya jika seorang Aeleasha y...