Chapter 4

80 10 5
                                    

Seperti kata Aeleasha kemarin, hari ini ia hanya ingin pulang dijemput oleh abangnya karena angkot yang kemarin ia tumpangi sangat penuh dan itu membuat Aeleasha berfikir untuk naik angkot lagi. "Awas aja nih kalau bang Azka gak jemput." Gerutu Aeleasha gelisah sambil menunggu abangnya di halte depan sekolah.

"Halo? banggggg, abang jadi jemput aku kan?"

"Busett, iya dek iya. Ngegas amat. Tunggu abang ya. Abang masih ada urusan dikit lagi. Dari kampus, abang langsung cuss ke sekolah kamu."

"Tapi jangan lama ya. Kalau lama, aku ngambek pulang jalan kaki nih. Hayooo."

"Dih jalan kaki aja. Besok tuh betis sama paha pasti langsung berotot."

"Auuu ah, gelap! Jangan pake lama. FIX! Soalnya mau hujan nih."

"Lah, katanya suka sama hujan. Giliran hujan malah gak mau. Dasar cewek ya."

"Jemput ajaaa cepetan ya. Gak pake lama!"

"Iya baweellll." Ucap Azka menutup telfonnya.

Hari ini, hujan jatuh mengguyur kota Jakarta yang padat dan ramai. "Hujan pertamaku di kota Jakarta. Kuharap kau tidak mengecawakan." Gumamnya dalam hati.

Ia terus menerus melihat ke atas, menatap milyaran bulir hujan yang jatuh dihadapannya. "Kata orang, hujan membawa rindu. Mereka dapat kesimpulan dari mana ya? Buktinya aku gak ngerinduin siapa siapa." Ucap Aeleasha yang sedang asyik duduk di kursi halte sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya.

"Lah itu karena lo jomblo kalii." Sebuah suara tiba tiba mengagetkan Aeleasha yang sontak membuatnya berbalik ke arah suara tersebut. Terlihat Jevin berkacak pinggang sedang berdiri di belakang Aeleasha.

"Kok belum pulang sih?" Tanya Aeleasha yang sebetulnya tak peduli.

"Lagi nungguin seseorang. Hehehe." Ujarnya tersenyum lebar sambil duduk di samping Aeleasha. "Gimana urusan sama Danar yang kemarin?" Sambungnya.

"Aku sih udah minta maaf. Tapi gak tau deh dia maafin atau nggak. Gak ada salahnya juga kan minta maaf.

"Iya sih. Tapi tenang aja. Gak usah difikirin ya. Dia itu gak pedulian gitu orangnya." Ucapnya berdiri lalu berjalan meninggalkan Aeleasha yang terduduk di kursi halte. "Ale Ale gue duluan yah. Yang gue tungguin daritadi udah menammpakkan wujud. Sampai ketemu besok ya." Sambungnya sambil berlari mendekati seorang perempuan yang tidak lain adalah teman Aeleasha sendiri yaitu Diva.

Tapi saat memperhatikan Jevin dan Diva yang hendak berlalu, mata Aeleasha tiba tiba saja tertuju pada seorang pria bermotor besar yang sedang berlalu di hadapannya. Dia Danar dengan segala kelebihannya. 

"Motor besar muka ganteng. Wajar aja diidolain. Gagah sih gagah banget malah, tapi sayang resenya minta ampun." Ocehnya pada dirinya sendiri.

****

Sekitar 1 jam berlalu, Azka tak kunjung datang menjemput Aeleasha dan sialnya ponselnya pun tak bisa dihubungi. Hari akan semakin gelap. Angkot yang berlalu lalang terlihat penuh oleh penumpang dan tentu saja Aeleasha tak akan menumpanginya. 

Fikirannya seketika berantakan.

"Naik angkot hujan hujan gini, sesak gak bisa nafas sampe rumah kepala puyeng. Jalan kaki jauh, hujan, bisa bisa besok sakit. Nunggu abang datang, gak tau kapan nongolnya." Kalimat itu terus berkecamuk di kepalanya.

Tak lama ada sebuah motor besar berhenti tepat di depan Aeleasha yang sedang terduduk diam dalam lamunannya. Pengemudinya tiba tiba saja turun dari motor dan menghampiri Aeleasha yang sedang bertengkar dengan fikirannya sendiri.

"Sini pulang. Aku antar." Ucapnya dengan nada datar.

Aeleasha yang sedaritadi sibuk memikirkan cara untuk cepat pulang tiba tiba saja mendongak dan melihat pria yang sedang berdiri tegap di hadapannya.

"Hah?" Hanya kata itu saja yang dapat keluar dari mulut Aeleasha. "Dia Danar?! Beneran Danar, atau Danar kw nih orang?" Fikirnya seakan tak percaya.

"Aku gak makan orang kok." Ucap Danar tersenyum. Matanya menatap Aeleasha dengan teduh. Membuat perempuan di hadapannya ini masih tak menyangka dengan apa yang dialaminya sore ini.

"Eh?" Ucap Aeleasha lagi dan lagi seakan tak percaya bahwa orang ini adalah Danar. "Dia senyum? Nih batu bisa senyum juga ya?" Fikirnya

"Sudah satu jam lebih aku memperhatikanmu dari toko diseberang sana tapi kamu belum pulang juga. Sini biar aku anter." Tanpa segan Danar memberikan Aeleasha helm yang ia pegang. 

"Eh, mmm gak usah deh. Aku pulang sama abang aku aja." Tolaknya halus.

"Jakarta tuh kalau hujan pasti bakal macet. Apalagi kalau bawa mobil, nyampenya pasti bakalan lama banget. Abang kamu bawa mobil kan?" Tanya Danar yang disambut dengan anggukan dari Aeleasha. "Yaudah sini ikut aku. Aku anter kamu pulang."

Entah apa yang terjadi dengan Aeleasha. Kakinya seakan menurut saja pada perkataan Danar. Akhirnya ia pun mengikuti Danar dan menuju ke motornya.

"Helm nya dipake ya. Maaf aku gak bawa jas hujan. Ini pakai jaket aku aja." Ucap Danar yang disambut oleh anggukan Aeleasha lagi.

Di jalan, mereka berdua berjalan dengan keheningan. Danar sibuk mengemudikan motornya sedangkan Aeleasha sibuk bertengkar lagi dan lagi dengan fikirannya.

"Pliss fikiran. Jangan sampai idolain Danar juga ya gara gara tumpangan dan jaket ini. Plis plis." Kalimat ini terus terlintas di kepala Aeleasha.

"Ini belok mana ya?" Tanya Danar tiba tiba yang memecah keheningan.

"Mmm, di depan ada kantor pos terus disampingnya itu ada belokan. Belok disitu aja. Rumah aku warna coklat udah deket dari situ." Ujarnya kaku.

Tak lama, motor Danar pun sampai dan berhenti di depan sebuah rumah yang lumayan besar dengan pekarangan yang luas.

"Ini kan?"

"I..Iya. Hehehe makasih yah. Masuk dulu? Baju kamu basah." Tawar Aeleasha dengan senyum malu yang ditahan sambil mengembalikan helm yang ia kenakan.

"Gak usah. Ini mau balik ke sekolah lagi. Mau balikin helm bapak yang disamping sekolahan yang lagi neduh."

"Hah? Hahaha jadi ini helm bukan punya kamu?"

"Bukan. Ini spontan aja aku pinjam. Jaminannya tas aku." Ucapan Danar sukses membuat Aeleasha tertawa.

"Hahaha. Mmm soal kemarin kemarin maafin aku ya."

"Iya gapapa aku maafin kok. Kamu masuk cepetan. Ini hujannya tambah deres gini."

"Beneran? Yeaay dimaafin. Makasih Tuhan. Yaudah aku masuk dul..."

"Aku suka kamu." Ucap Danar memotong ucapan Aeleasha dengan mata yang berbinar seakan menaruh harapan yang sangat dalam dan kemudian berlalu meninggalkan Aeleasha yang mematung. Ucapannya terpotong oleh perkataan Danar yang membuat Aeleasha sekakan tak percaya untuk kedua kalinya hari ini.

****

"Dek... kamu mana?" Azka terburu buru memasuki rumah dan mencari adiknya. "Maafin abang. Abang tadi kejebak macet terus ponsel abang mati. Maafin ya dek." Ucap Azka membuka pintu kamar Aeleasha dan dilihatnya adiknya sedang tertidur pulas.

"Kok udah tidur ya? Kecapean? Jangan jangan jalan kaki?! Mampus tuh betis jadi sixpack. Duh besok gue udah jadi rendang nih." Gerutu Azka yang membuat Aeleasha sibuk menahan senyum hingga abangnya keluar dari kamar.

Aeleasha sebenarnya tak tidur. Ia hanya malas bertemu dengan abangnya dan sibuk memikirkan apa yang telah Danar ucapkan tadi sore padanya. "Itu dia bercanda atau seriusan ya? TAPI GIMANA CARA BALIKIN JAKETNYA TUHAN?!" Hal itu menjadi beban baginya. Ia merasa malu untuk bertemu Danar lagi dan menatap mata teduhnya untuk kedua kalinya.

****

Minta kritik dan saran yaa:)

Makasihhh

AELEASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang