Chapter 6

81 6 0
                                    

"Pagi ma."

"Loh tumben anak mama udah siap aja nih ke sekolah." Ucap seorang wanita berpostur tinggi dengan rambut sebahu yang sedang sibuk menyiapkan makanan di meja makan. Dia Rahma, ibu dari Aeleasha dan Azka tetapi kedua anaknya lebih sering memanggilnya dengan sebutan mama. "Temennya ada yang ulangtahun? Kok bawa kado segala."

"Lah, itukan paket yang kemarin." Azka yang baru turun dari tangga masuk di dalam pembicaraan mereka berdua.

"Iya... Ini punya temen aku. Ini mau aku bawain hari ini." Ujar Aeleasha sambil menyantap sarapannya.

"Kok abang bingung ya dek sama penjelasan kamu."

"Duh nih abang ya. Gini, paket kemarin itu emang punya aku. Tapi kotaknya aku ambil buat balikin jaket temen aku yang waktu hari jumat ituloh."

"Kok pinjam jaket temen sih? Emangnya buat apa?" Tanya Rahma yang ikut bingung. Azka yang awalnya tak mengira pembicaraan akan membahas tentang jemputan itupun hanya bisa menelan ludah. "Duh bego sih." Sumpahnya pada dirinya sendiri.

****

Senin. Satu kata berjuta makna. Hari ini Aeleasha datang sangat cepat dari hari hari kemarin. Bukan karena ia takut telat atau apa. Tapi ia hanya tak ingin banyak siswa yang melihatnya membawa sebuah kotak kado.

"Siapa yang ulangtahun? Kok bawa kado segala. Aku hari ini gak ulangtahun loh." Diva datang dan mengejutkan Aeleasha yang sedang melipat kedua tangannya di meja sambil menelungkupkan mukanya.

"GR banget ya mbak nya."

"Makanya kasih tau dong itu apa dan untuk siapa. Boleh liat gak?"

"Gak kok bukan apa apa."

"Duh yaudah kalau gak mau ngasih tau. Tapi eh kok lemes gini sih? Semangat dongg. Hari inikan mantan kamu ngajar."

"Siapa?"

"Pak Ahmad. Hahaha."

"Dihhh hahaha apaan sih. Bilang aja cemburu. Gak deh, aku gak tega rebut Pak Ahmad dari kamu."

"Gapapa. Aku relain dia buat kamu."

"Oh iya.. kamu kan udah ada Jevvv..." seakan tau apa yang akan dikatakan sahabatnya, Diva langsung saja menutup rapat mulut Aeleasha.

"Kalian berdua gak mau sama Pak Ahmad? Yaudah buat aku aja." Ujar seorang perempuan yang kebetulan duduk di kursi depan Aeleasha dan Diva. Dia Lisa Amalia. Perempuan cantik dan pintar yang cerewetnya minta ampun.

"Kok gue shock gini ya." Ujar Diva

"Lumayanlah bisa bantuin matematika."

"Awas ya Lis, ntar dijadiin istri kedua."

"I..iya juga ya. Tapi kan istri pertamanya itu Aeleasha kan yaa."

"Daripada kalian bahas aku mulu sama Pak Ahmad, mending sekarang kita ke lapangan aja. Udah jam 7 nih." Ujar Aeleasha menutup pembicaraan dan kemudian berjalan keluar kelas.

****

"Mau makan apaan? Sini gue pesenin." Ucap Adit menawarkan pada Aeleasha dan Diva. Aditya Irawan, sang ketua kelas yang sangat baik dan mudah bergaul. Masih terbilang murid baru, tapi Aeleasha bisa dengan cepat akrab dengannya.

"Gak deh. Aku minum aja. Biar aku yang pergi beli minumnya. Kalian berdua mau apaan?" Tanya Aeleasha.

"Aku juga gak mau makan. Aku air mineral aja leale."

"Yaudah aku gak makan juga biar kompak hehe. Kalau aku ale ale aja ale ale." Adit mengejek dengan polosnya.

"Gak aku pesenin cop." Aeleasha lalu berjalan menuju ke stan kantin Mbak Inah untuk membeli minum.

AELEASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang