Chapter 10

52 1 0
                                    

Sehari yang lalu...

"Banggg." Jevin terburu buru turun dari motornya menemui Danar yang saat ini sedang membersihkan motornya di halaman rumahnya.

"Mau ngapain ke sini?" Tatapan tajam mata Danar membuat langkah Jevin terhenti.

"Nggak. Ini bukan yang seperti lo fikirin. Ini tentang Aeleasha." Mata tajam Danar yang menatap Jevin pun mulai merubah arah pandangannya seakan memberi tanda pada Jevin untuk melanjutkan ceritanya. "Ini tentang Aeleasha, dan Diva." Jelas Jevin kembali.

"Apa apaan nih? Lo gunain nama Aeleasha buat manfaatin gue supaya bisa bantu lo deket sama perempuan itu?" Kalimat Danar membuat Jevin terdiam.

"Dia punya nama bang. Diva, adek lo. Kalau lo mikir gue manfaatin lo doang, lo salah. Ini tentang lo juga."

"Apaan emang?" tanya Danar dengan hati yang tidak terlalu penasaran.

"Tapi plis, lo janji jangan marah sama siapa pun disini."

"Hmm." lanjutnya sambil tetap membersihkan motor.

"Gini, tadi Aeleasha sama Diva ketemuan di taman. Dan Diva itu ngaku kalau dia suka sama lo. Tapi dia gak ngaku kalau dia adek lo. Terus lo tau kan ya, Aeleasha itu baiknya gimana. Dia tuh malah bilang kalau emangnya Diva suka, yaudah suka aja. Nah terus masalahnya gini bang. Gue tau lo suka sama Aeleasha. Gue tau lo lagi ngejar Aeleasha sekarang. Gini, kalau usaha lo gini aja buat dapetin dia, lo yakin Aeleasha bakalan jatuh hati sama lo?" Setelah mendengar seluruh penjelasan Jevin, Danar hanya menoleh dan mengerjapkan matanya beberapakali.

"Itu lo barusan ngapain?"

"Yaelah bang. Ngejelasin kan?"

"Ya gimana mau ngerti. Lo nya aja mungkin gak paham sama yang lo bilang."

"Gini yaa." Jevin lalu berjalan ke arah Danar lalu menyeretnya untuk duduk di kursi teras. "Naah gini kan duduk enak. Gini bang dengerin ya, seberapa pun usaha lo buat dapetin Aeleasha, gue yakin dia gak bakalan jatuh hati sama lo kalau usaha lo gitu gitu aja. Bukannya apa, pasti dia nahan hatinya juga buat suka sama lo sejak Diva bilang kalau dia itu suka sama lo. Misalnya nih yaa sekarang mungkin dia itu udah suka sama lo, tapi gue yakin dia bakalan nahan hatinya buat suka sama lo soalnya dia gak mau Diva itu kecewa sama dia."

Danar yang seakan tetap kokoh dengan pendiriannya, sepertinya tetap tak ingin masuk di dalam permasalahan Diva dan Jevin meskipun itu menyangkut perempuan yang ia sukai.

"Bang plis lah. Bantuin gue juga disini. Diva udah nyuruh gue buat ninggalin dia. Dan sekarang dia gak mau bicara sama gue. Demi siapa? Demi lo."

"Terus?"

"Aelah. Simple nya gini, lo kejar Aeleasha dan gue kejar Diva. Buat Aeleasha suka sama lo bang. Tingkatin cara lo. Lo fikir dengan sok dingin gini terus lo deketin dia itu bisa manjur? Pake dukun iya manjur, tapi kalo gini doang mah gue juga gak bakalan luluh sama lo. Nah terus sementara lo bisa buat Aeleasha suka sama lo, dengan begitu gue bisa deket dengan Diva."

Mendengar seluruh penjelasan dari Jevin membuat fikiran Danar seketika penuh dan sesak. Ia tiba tiba berjalan masuk ke dalam rumahnya tanpa kata kata dan meninggalkan Jevin yang masih terduduk. Jevin yang merasa setengah mati telah menjelaskan panjang lebar mendelik tak percaya.

Tapi tak lama kemudian Danar datang dengan memegang segelas air.

"Minum dulu. Dada gue sesak liat mulut lo ngoceh mulu."

"Jiah, nih fikiran gue udah negative thinking aja sama lo. Gue kira lo ngacangin gue."

"Jadi lo mau gue gimana?"

"Harus gue jelasin lagi bang? Aelah." Jevin menenggak habis minumnya kemudian melanjutkan pembicaraan kembali. "Gini, kejar Aeleasha. Tingkatin cara lo. Mungkin kemarin lo ngejar dia cuma pakai cara A. Sekarang ubah jadi AB bang. Biar ada plusnya gitu. Eh tapi tunggu dulu, lo jangan marah ya sama Diva soal masalah ini? Gue yang di geplak ini mah kalo ketahuan gue ngikutin dia."

"Lo tenang aja. Justru gue makasih sama perempuan yang lo suka itu. Soalnya gue jadi lebih niat buat dapetin Aeleasha."

"Maksudnya lebih niat? Jadi sebelum sebelumnya lo itu gak niat sama Aeleasha?"

"Bukan gitu sih, gue masih gak yakin gitu sama diri gue sendiri buat dapetin dia. Tapi setelah gue dengerin ceramah lo barusan, ya gue jadi ngerasa ketantang juga sih. Perempuan baik gak datang dua kali."

"Nah itu lo ngerti. Tapi gimana kalo nanti Aeleasha tau kalau lo saudaraan sama Diva?"

"Itu gak bakalan terjadi."

Kalimat terakhir Danar membuat Jevin yang semula bernafas lega kembali menahan nafasnya. Sampai kapan Danar tak akan mengakui Diva sebagai adiknya?

****

Mohon maafkan dosa author yang sudah membuat cerita gaje ini.

Kalau suka tinggalin jejak yaa. Tapi kalau belum srek, mohon diberikan saran dan doa agar otak author lebih waras buat bikin next partnya.

Maaciww

AELEASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang